Suku Minangkabau – Sejarah, Kebudayaan, Adat Istiadat, Kekerabatan, Bahasa, Makanan, Pakaian, Rumah Adat

Diposting pada

Suku Minangkabau – Sejarah, Kebudayaan, Adat Istiadat, Kekerabatan, Bahasa, Makanan, Pakaian, Rumah Adat : Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.


suku minangkabau

Sejarah Suku Minangkabau

Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.


Sebutan orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, hal ini merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pembacaan Teks Proklamasi 17 Agustus 1945


Etnis Minang juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah(Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur’an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.


Etnis ini juga sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada dalam perantauan.


Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain.


Walau tambo tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik masyarakat banyak. Namun kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat dibandingkan dengan Sulalatus Salatin yang juga menceritakan bagaimana masyarakat Minangkabau mengutus wakilnya untuk meminta Sang Sapurba salah seorang keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut untuk menjadi raja mereka.


Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500–2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman orang Minangkabau.


Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang dikenal dengan nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak Nan Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo Puluah, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Data. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan luhak tersebut menjadi daerah teritorial pemerintahan yang disebut afdeling, dikepalai oleh seorang residen yang oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan nama Tuan Luhak.


Awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad ke-19, penyebutan Minang dan Melayu mulai dibedakan melihat budaya matrilineal yang tetap bertahan berbanding patrilineal yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya. Kemudian pengelompokan ini terus berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Isi Trikora ( Tri Komando Rakyat ) : Tujuan, Latar Belakang, Sejarah Awal Hingga Akhir


Kebudayaan Suku Minangkabau

1. Pakaian Adat Suku Minangkabau

  • Pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang

    Yang pertama adalah Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering pula disebut pakaian Bundo Kanduang. Pakaian ini merupakan lambang kebesaran bagi para wanita yang telah menikah. Pakaian tersebut merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah keluarga. Limapeh sendiri artinya adalah tiang tengah dari bangunan rumah adat Sumatera Barat.


    Peran limapeh dalam mengokohtegakan bangunan adalah analogi dari peran ibu dalam sebuah keluarga. Jika limapeh rubuh, maka rumah atau suatu bangunan juga akan rubuh, begitupun jika seorang ibu atau wanita tidak pandai mengatur rumah tangga, maka keluarganya juga tak akan bertahan lama. Secara umum, pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang memiliki desain yang berbeda-beda dari setiap nagari atau sub suku. Akan tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam jenis-jenis pakaian tersebut. Perlengkapan ini antara lain tingkuluak (tengkuluk), baju batabue, minsie, lambak atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa aksesoris lainnya.


  • Baju Tradisional Pria Minangkabau Pakaian adat Sumatera Barat

    untuk para pria bernama pakaian penghulu. Sesuai namanya, pakaian ini hanya digunakan oleh tetua adat atau orang tertentu, dimana dalam cara pemakaiannya pun di atur sedemikian rupa oleh hukum adat. Pakaian ini terdiri atas beberapa kelengkapan yang di antaranya Deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek.


  • Pakaian Adat Pengantin Padang

    Selain baju bundo kanduang dan baju penghulu, ada pula jenis pakaian adat Sumatera Barat lainnya yang umum dikenakan oleh para pengantin dalam upacara pernikahan. Pakaian pengantin ini lazimnya berwarna merah dengan tutup kepala dan hiasan yang lebih banyak. Hingga kini, pakaian tersebut masih kerap digunakan tapi tentunya dengan sedikit tambahan modernisasi dengan gaya atau desain yang lebih unik.


2. Rumah Adat Suku Minang Kabau

Rumah Gadang adalah rumah adat suku Minangkabau yang juga memiliki sebutan lain seperti rumah Godang, rumah Bagonjong, dan rumah Baanjuang. Rumah adat ini merupakan rumah model panggung yang berukuran besar dengan bentuk persegi panjang.


Sama seperti rumah adat Indonesia lainnya, rumah gadang juga dibuat dari material yang berasal dari alam. Tiang penyangga, dinding, dan lantai terbuat dari papan kayu dan bambu, sementara atapnya yang berbentuk seperti tanduk kerbau terbuat dari ijuk. Meski terbuat dari hampir 100% bahan alam, arsitektur rumah gadang tetaplah memiliki desain yang kuat.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : BPUPKI : Pengertian, Anggota, Tugas, Sidang, Dan Tujuan Beserta Sejarahnya Lengkap


Rumah ini memiliki desain tahan gempa sesuai dengan kondisi geografis Sumatera Barat yang memang terletak di daerah rawan gempa. Desain tahan gempa pada rumah gadang salah satunya ditemukan pada tiangnya yang tidak menancap ke tanah. Tiang rumah adat Sumatera barat ini justru menumpang atau bertumpu pada batu-batu datar di atas tanah.


Dengan desain ini, getaran tidak akan mengakibatkan rumah rubuh saat terjadi gempa berskala besar sekalipun. Selain itu, setiap pertemuan antara tiang dan kaso besar pada rumah adat ini tidak disatukan menggunakan paku, melainkan menggunakan pasak yang terbuat dari kayu. Dengan sistem sambungan ini, rumah gadang akan dapat bergerak secara fleksibel meski diguncang dengan getaran gempa yang kuat.


3. Seni Tari Suku Minang Kabau

  • Tarian pencak

    berbeda dengan pencak dan silat. Pencak silat dilakukan oleh dua orang dengan gaya silat. Secara pisik dalam pencak, permainannya dapat bersinggungan atau bersentuhan. Tetapi, di dalam tarian, pemain tigak bersinggungan atau bersentuhan. Tarian ini diikuti oleh bunyi-bunyian seperti talempong dan pupuik batang padi. Gerakannya tidak harus mengikuti irama dan bunyi-bunyian.


    Bunyi-bunyian itu hanyalah sekedar pengiring belaka. Gerakan tarian pencak ini disesuaikn dengan gerak lawan. Bagaimana lawan memainkan gerakan, seperti itu pula gerakan yang satunya. Ada 3 jenis tarian pencak yaitu sebagai berikut : Tari Sewah, Tari Alo Ambek, dan Tari Galombang.


  • Tarian perintang

    yaitu tarian yang dimainkan pemuda-pemuda untuk perintang waktu. Tarian dapat dilakukan bersama-sama atau seorang diri. Tarian diiringi bunyi-bunyian seperti talempong, gendang, dan puput batang padi. Tarian dilakukan dengan bebas dengan irama 4/4 tanpa terikat dengan bunyi-bunyian yang mengiringinya.


    Setiap penari bebas melakukan gerakan sesuai kemahirannya. Akan tetapi ada gerakan yang telah terpola seperti menirukan gerak tupai, elang terbang, kebaru mengamuk, dan sebagainya. Tarian ini dimainkan di sawah pada musim panen atau pada acara-acara keramaian lainnya. Antara lain tari piring, tari galuak, dan tari kerbau jalang.


  • Tarian kaba

    adalah tarian yang mengangkat tema cerita (kaba). Tarian ini mengutamakan nyanyian daripada gerak tari. Penari menyanyikan cerita kaba sambil menari. Pengungkapan cerita kaba dengan nyanyian lebih diutamakan daripada gerak tarinya. Jadi, tari hanya sebagai pembawa kaba belaka. Tarian biasanya juga diikuti oleh musik pengiring seperti talempong dan adok. Jenis tarian ini tergantung kepada cerita kaba yang dibawakan.


    Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : PPKI : Pengertian, Sejarah, Tugas, Dan Anggota Beserta Sidang Lengkap


3. Alat Musik Khas Suku Minangkabau

  • Talempong

    Salah satu alat musik tradisional minangkabau adalah talempong. Alat musik pukul ini terbuat dari kuningan, berbentuk bulat dengan bagian bawah berlubang dan pada bagian atasnya ada sedikit tonjolan. Talempong sering digunakan sebagai alat musik untuk mengiringi berbagai kesenian tradisional minangkabau seperti tarian atau musik.


  • Saluang

    termasuk alat musik tiup. Alat musik tradisional minangkabau ini terbuang dari ‘talang’ yang merupakan sejenis bambu tapi lebih tipis. Talang dengan ukuran yang lebih besar juga digunakan sebagai wadah untuk memasak makanan khas minangkabau yaitu Lamang.


    Alat musik tradsiional minangkabau yang satu ini memiliki panjang 40-60 sentimeter dengan 4 buah lubang dengan diameter masing-masing lubang 3-4 sentimeter. Untuk memainkan Saluang tidaklah mudah, dibutuhkan teknik khusus yang dinamakan dengan ‘manyisiahan angok’ (menyisakan nafas). Dengan teknik ini pemain saluang bisa meniup saluang dari awal sampai akhir lagu tanpa nafas yang terputus.


  • Rabab

    adalah alat musik tradisional minangkabau yang mirip dengan biola. Dikatakan mirip karena dari segi bentuk memang hampir sama dan cara memainkannya pun sama yaitu dengan digesek. Rabab selain menjadi alat musik juga menjadi kesenian tersendiri. Kesenian rabab biasanya berbentuk cerita atau dendang dengan diiringi alat musik rabab tadi. Dua aliran rabab yang cukup terkenal adalah Rabab Pasisia dan Rabab Pariaman.


  • Pupuik Batang Padi

    Seperti namanya alat musik tiup ini memang terbuat dari batang padi. Pada bagian ujung tempat tiupan biasanya dipecah sedikit sehingga menimbulkan celah, jika ditiup celah ini akan mengelurkan bunyi. Biasanya pupuik batang padi ditambah dengan lilitan daun kelapa pada ujungnya.


    Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Terbentuknya DI-TII Beserta Penjelasannya


  • Bansi

    adalah salah satu alat musik tiup tradisional minangkabau. Bansi memiliki 7 lubang, mirip dengan rekorder, bentuknya pendek, biasanya berukuran 33-36 sentimeter.


  • Pupuik Tanduak

    Alat musik tradisional minangkabau yang satu ini cukup unik karena dibuat dari bekas tanduk kerbau. Meskipun termasuk alat musik tapi pupuik tanduak sangat jarang dimainkan sebagai pengiring musik, fungsinya lebih kepada alat pemanggil atau pemberitahu jika ada pengumuman dari pemuka adat.


  • Sarunai

    Konon kata Sarunai berasal dari kata Shehnai yaitu alat musik yang berasal dari India. Sarunai terbuat dari dua potong bambu yang tidak sama besar, potongan yang kecil dapat masuk ke potongan yang lebih besar, dengan fungsi sebagai penghasil nada.


  • Tambua Tasa

    adalah alat musik pukul yang sampai saat ini masih sering digunakan, terutama pada saat acara adat. Alat musik ini terdiri dari dua alat yaitu Gandang Tambua dan Gandang Tasa. Gandang Tambua berbentuk tabung dengan bahan kayu dengan dua permukaan kulit.


    Gandang Tambua dimainkan dengan cara disandang pada salah satu bahu oleh pemain dalam posisi berdiri dengan menggunakan dua buah kayu sebagai pemukul. Sedangkan Gandang Tasa lebih mirip setengah bola yang hanya memiliki satu sisi kulit (single headed drum). Kayu untuk memukul Gandang Tasa biasanya lebih ramping, lentur dan berukuran lebih panjang.


Adat Istiadat Suku Minangkabau

1. Adat nan sabana adat

  • Adat nan sabana Adat, adalah ketentuan hukum, sifat yang terdapat pada alam benda, flora dan fauna, maupun manusia sebagai ciptaan-Nya (Sunatullah). Adat nan sabana Adat ini adalah sebagai SUMBER hukum Adat Minangkabau dalam menata masyarakat dalam segala hal.

    Dimana ketentuan alam tersebut adalah aksioma tidak bisa dibantah kebenarannya. Sebagai contoh dari benda Api dan Air, ketentuannya membakar dan membasahkan. Dia akan tetap abadi sampai hari kiamat dengan sifat tersebut, kecuali Allah sebagai sang penciptanya menentukan lain (merobahnya).


    Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)


  • Alam sebagai ciptaan-Nya bagi nenek moyang orang Minangkabau yakni Datuak perpatiah nan sabatang dan datuak ketumanggungan diamati, dipelajari dan dipedomani dan dijadikan guru untuk mengambil iktibar seperti yang disebutkan dalam pepatah-petitih Adat :
    • Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang,
      silodang ambiakkan niru, nan satitiak jadikan lawik,
      nan sakapa jadikan gunuang, Alam Takambang Jadi Guru.

2. Adat nan diadatkan oleh nenek-moyang.

  • Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya diatas yakni dengan meneliti, mempedomani, mempelajari alam sekitarnya oleh nenek-moyang orang Minangkabau, maka disusunlah ketentuan-ketentuan alam dengan segala fenomena-fenomenanya menjadi pepatah-petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam Adat dengan mengambil perbandingan dari ketentuan alam tersebut, kemudian dijadikan menjadi kaidah-kaidah sosial untuk menyusun masyarakat dalam segala bidang seperti : ekonomi, sosial budaya, hukum, politik, keamanan, pertahanan dan sebagainya.

  • Karena pepatah-petitih tersebut dicontoh dari ketentuan alam sesuai dengan fenomenanya masing-masing, maka kaidah-kaidah tersebut sesuai dengan sumbernya tidak boleh dirobah-robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun. Justru kedua jenis Adat pada huruf a dan b karena tidak boleh dirobah-robah disebut dalam pepatah :

Adat nan tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan,
dianjak tak layua, dibubuik tak mati,
dibasuah bahabih aia, dikikih bahabih basi.
Artinya adalah Kebenaran dari hukum alam tersebut . Selama Allah SWT, sebagai sang pencipta ketentuan alam tersebut tidak menentukaan lain, maka ketentuan alam tersebut tetap tak berobah.
contoh pepatah :lawik barombak, gunuang bakabuik,
lurah baraia, api mambaka,
aia mambasahkan,batuang babuku,
karambia bamato, batuang tumbuah dibukunyo,
karambia tumbuah dimatonyo .


3. Adat Teradat

  • Adat teradat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh penghulu-penghulu Adat dalam suatu nagari, peraturan guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah dituangkan oleh nenek moyang (Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan) dalam pepatah-petitih Adat.

    Bagaimana sebaiknya penetapan aturan-aturan pokok tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan pokok yang telah kita warisi secara turun-temurun dari nenek-moyang dahulunya. Sebagai contoh kita kemukakan beberapapepatah-petitih, mamang, bidal, Adat yang telah diadatkan oleh nenek moyang tersebut diatas seperti : Abih sandiang dek Bageso, Abih miyang dek bagisiah. Artinya nenek-moyang melalui pepatah ini melarang sekali-kali jangan bergaul bebas antara dua jenis yang berbeda sebelum nikah (setelah Islam) atau kawin (sebelum Islam).


    Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Penjelasan Kondisi Ekonomi Dan Politik Sebelum Reformasi Di Indonesia


  • Begitupun peresmian SAKO(gelar pusaka) kaum atau penghulu, ada nagari yang memotong kerbau, ada banteng, ada kambing, ada dengan membayar uang adat kenagari yang bersangkutan. Semuanya adalah aturan pelaksanaan dari peresmian satu gelar pusaka kaum (Sako) yang diambil keputusannya melalui musyawarah mufakat. dan lain sebagainya.

4. Adat Istiadat

  • Adat Istiadat adalah peraturan-peraturan yang juga dibuat oleh penghulu-penghulu disuatu nagari melalui musyawarah mufakat sehubungan dengan sehubungan dengan KESUKAAN anak nagari seperti kesenian, olah raga, pencak silat randai, talempong, pakaian laki-laki, pakaian wanita, barang-barang bawaan kerumah mempelai, begitupun helat jamu meresmikan S a k o itu tadi. Begitu pula Marawa, ubur-ubur, tanggo, gabah-gabah, pelamina dan sebagainya yang berbeda-beda disetiap nagari. Juga berlaku pepatah yang berbunyi :
    • Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain balalangnyo,
    • lain nagari lain adatnyo (Istiadatnya) .

  • Adat teradat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh penghulu-penghulu Adat dalam suatu nagari, peraturan guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah dituangkan oleh nenek moyang (Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan) dalam pepatah-petitih Adat.

    Bagaimana sebaiknya penetapan aturan-aturan pokok tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan pokok yang telah kita warisi secara turun-temurun dari nenek-moyang dahulunya.


Sistem Kepercayaan Suku Minang kabau

Sebagian besar masyarakat Minangkabau beragama Islam. Masyarakat desa percaya dengan hantu, seperti kuntilanak, perempuan menghirup ubun-ubun bayi dari jauh, dan menggasing (santet), yaitu menghantarkan racun melalui udara. Upacara-upacara adat di Minangkabau meliputi:


  • Upacara Tabuik adalah upacara peringatan kematian Hasan dan Husain di Padang Karabela;
  • Upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran hidup manusia, seperti:
    • upacara Turun Tanah/Turun Mandi adalah upacara bayi menyentuh tanah pertama kali,
    • upacara Kekah adalah upacara memotong rambut bayi pertama kali.
  • Upacara selamatan orang meninggal pada hari ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000.

Sistem Kekerabatan Suku Minangkabau

Sistem kekerabatan dalam masyarakat Minangkabau adalah matrilineal (garis keturunan ibu), sehingga sistem kekerabatan memerhitungkan dua generasi di atas ego lakilaki dan satu generasi di bawahnya. Urutannya sebagai berikut.


  • Ibunya ibu.
  • Saudara perempuan dan laki-laki ibunya ibu.
  • Saudara laki-laki ibu.
  • Anak laki-laki, perempuan saudara perempuan ibu ibunya ego.
  • Saudara laki-laki dan perempuan ego.
  • Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ibu.
  • Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ego.
  • Anak laki-laki dan perempuan anak perempuan saudara perempuan ibunya ibu.

Kesatuan keluarga kecil seperti di atas disebut paruik, pada sebagian masyarakat ada kesatuan yang disebut kampueng yang memisahkan paruik dengan suku. Kepentingan keluarga diurus oleh laki-laki yang bertindak sebagai niniek mamak. Dalam hal jodoh masyarakat Minangkabau memilih dari luar suku, tetapi pola itu kini mulai hilang. Bahkan akibat pengaruh dunia modern, perkawinan endogami lokal tidak lagi dipertahankan.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Berdirinya PBB Dan Tujuannya Terlengkap


Bahasa Suku Minangkabau

bahasa Minangkabau yang berbeda-beda untuk sebuah maksud yang sama, meski masih dalam akar rumpun kata yang sama. Dialek bahasa Minangkabau sangat bervariasi, bahkan antar kampung yang dipisahkan oleh sungai sekalipun sudah mempunyai dialek yang berbeda.


Perbedaan terbesar adalah dialek yang dituturkan di kawasan Pesisir Selatan dan dialek di wilayah Muko-Muko, Bengkulu. Selain itu dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan di Negeri Sembilan, Malaysia dan yang disebut sebagai Aneuk Jamee di Aceh, terutama di wilayah Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan.


Makanan Khas Suku Minangkabau

1. Lamang tapai

Lamang tapai merupakan makanan yang biasa disajikan ketika ada acara khusus. Misalnya saat berbuka puasa, hari raya, atau saat pesta pernikahan. Sehingga, makanan yang biasa dijadikan makanan pernutup ini sangat dinanti oleh masyarakat Minang.


Lamang tapai terdiri dari dua komponen utama, yaitu lamang dan tapai. Lamang terbuat dari beras ketan yang dimasak bersama dengan santan di dalam bambu. Sedangkan Tapai terbuat daru beras ketan hitam yang difermentasi. Makan lamang ini rasanya akan kurang kalau nggak sama-sama dengan tapai. Kombinasi rasa asam dan manis dari kedua makanan ini menjadikan sajian yang satu ini akan terasa lebih lezat.


2. Dadiah

Kamu tahu yoghurt? susu sapi yang difermentasi sehingga jadi lebih kental. Nah, kalau dadiah ini dibuat dari susu kerbau. Sama-sama difermentasi juga, tapi kala dadiah fermentasinya di dalam bambu. Dadiah, biasanya dihidangkan dengan mencampurnya bersama emping beras ketan dan disiram santan serta gula merah. Perpaduan rasa dari bahan-bahan yang dicampur akan terasa meleleh di lidah.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sejarah Demokrasi Di Dunia Dari Abad Ke-18 Hingga Sekarang


3. Sala Lauak

Sala lauak ini merupakan makanan sejenis gorengan. Terbuat dari tepung beras, ikan asin, dan bumbu seperti bawang, kunyit, cabe, dan garam. Kemudian, bahan-bahan yang sudah disiapkan dicampur dan dibuat menjadi adonan. Adonan kemudian dibentuk bulat seukuran bola pingpong.Sala lauak paling enak dimakan ketika masih hangat. Apalagi kalau kamu ada di dekat tempat menggorengnya. Aroma sala lauak yang baru saja matang akan menggoda iman kamu untuk segera mencicipinya.


Masyarakat Minang biasa menjadikan sala lauak sebagai pelengkap saat makan lontong atau ketupat sayur. Kalau kamu ingin mencicipi kuliner yang satu ini, pergi saja ke pusat kuliner yang ada di Kota Padang dan Pariaman. Kamu akan dengan mudah menemukan jajanan bulat nan gurih ini.


4. Pensi

sejenis kerang yang ukurannya kecil dan hanya hidup di Danau Maninjau. Pensi biasanya diolah oleh masyarakat Minang menjadi makanan ringan yang lezat. Pensi akan dimasak bersama dengan jahe, lengkuas, daun bawang, seledri, dan garam. Rasanya sungguh lezat dan menggoda, ada gurih dan manis yang berpadu menjadi satu. Untuk mendapatkan makanan ringan yang satu ini, kamu bisa mencarinya di pasar-pasar tradisional yang ada di Kabupaten Agam. Kamu bisa menuju Pasar Maninjau, Pasar Tiku, Pasar Lubuk Basung, dan Pasar Matur.


5. Goreng Rinuak

Rinuak merupakan ikan yang ukurannya kecil, kira-kira hanya berukuran 2 cm saja. Ikan ini hanya bisa kamu temui di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kalau dilihat, ikan ini mirip seperti ikan teri, cuma bedanya, ikan ini hidup di air tawar. Rinuak akan mudah kamu temui di sekitar Danau maninjau.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Isi Trikora ( Tri Komando Rakyat ) : Tujuan, Latar Belakang, Sejarah Awal Hingga Akhir


Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari