Pengertian Sistem Saraf Otonom

Diposting pada

Pengertian-Sistem-Saraf-Otonom

Pengertian Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.


Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf perifer yang sebagian besar bertindak independen dari kontrol sadar (sengaja) dan terdiri dari saraf di otot jantung, otot polos, eksokrin dan kelenjar endokrin.


Sistem saraf otonom bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi pemeliharaan (metabolisme, aktivitas kardiovaskular, pengaturan suhu, pencernaan) yang memiliki reputasi untuk menjadi di luar kendali sadar. Pembagian utama lain dari sistem saraf perifer, sistem saraf somatik, terdiri dari tengkorak dan saraf tulang belakang yang menginervasi jaringan otot rangka dan lebih di bawah kontrol sengaja (Anissimov 2006; Towle 1989).


Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem saraf otonom juga disebut sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran. Struktur jaringan yang dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu otot jantung, pembuluh darah, iris mata, organ thorakalis, abdominalis, dan kelenjar tubuh. Secara umu, sistem saraf otonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.


Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SST memiliki 2 divisi yaitu sistem saraf sensoris dan saraf motorik, selanjutnya saraf sensoris dibagi menjadi saraf somatik sensoris dan saraf viseral sensorik sedangkan saraf motorik dibagi menjadi saraf motorik somatik dan saraf motorik otonom. Berikut ini adalah ilustrasi organisasi sistem saraf.


sensorik dari saraf aferen somatik dan viseral


Berdasarkan gambar di atas, SSP menerima informasi sensorik dari saraf aferen somatik dan viseral. Selanjutnya informasi sensorik akan diintegrasikan dalam sistem saraf pusat yang terdiri dari otak besar, batang otak dan medula spinalis. Selanjutnya SSP akan memberikan reaksi melalui saraf eferen yaitu saraf motorik somatik maupun saraf motorik viseral (saraf otonom). Saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu saraf simpatis dan parasimpatis.


Sistem saraf otonom (autonomic-auto=self; nom=govern) bekerja secara tidak sadar. Ada 3 hal yang membedakan antara saraf motorik somatik dan otonom yaitu:


  • Efektor; saraf motorik somatik akan menstimulasi otot skeletal, sedangkan saraf otonom akan menginervasi organ viseral seperti otot jantung, usus, dll.


  • Jaras eferen dan ganglion; badan sel saraf somatik terletak pada SSP membentuk nukleus (inti saraf) dan aksonnya menuju otot skeletal dan akson tersebut memiliki karakteristik tebal dan bermielin yang menghantar impuls saraf secara cepat.


  • Neurotransmiter; semua saraf motorik somatik akan melepaskan neurotransmiter asetilkolin (ACh) yang memberikan efek eksitasi yang menyebabkan otot skeletal untuk melakukan kontraksi sedangkan saraf otonom akan melepaskan neurotransmiter pada postganglion berupa norepinefrin pada sinaps akson postganglion saraf simpatis dan asetilkolin pada sinaps akson postganglion saraf parasimpatis yang dapat menyebabkan eksitasi atau inhibisi pada target organ tergantung pada reseptor yang dimiliki.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Penjelasan Hubungan Sistem Otot Dan Saraf


Anatomi Saraf Otonom

Secara anatomi saraf simpatis dan saraf parasimpatis dibedakan berdasarkan sebagai berikut:


1. Lokasi; saraf parasimpatis berasal dari otak dan medula spinalis bagian kraniosakral sedangkan saraf simpatis berasal dari torakolumbal medula spinalis seperti pada gambar dibawah ini.

Lokasi; saraf parasimpatis


2. Panjang neuron; Sebaliknya saraf simpatis memiliki neuron preganglion yang lebih pendek dan neuron postganglion yang lebih panjang.

Panjang neuron

Sebaliknya saraf parasimpatis memiliki neuron preganglion yang panjang dan neuron postganglion yang lebih pendek.


3. Letak ganglion; ganglion parasimpatis terletak pada organ viseral yang dipersarafi sedangkan ganglion simpatis terletak berdekatan dengan medula spinalis.

Letak ganglion


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Saraf Parasimpatik – Fungsi, Simpatik, Perbedaan, Persamaan, Jalur, Cara Kerja, Contoh


Macam atau Devisi Saraf Otonom

Saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu saraf simpatis dan parasimpatis yang bekerja pada organ viseral yang efeknya berlawanan. Saraf simpatis dan parasimpatis bekerja pada organ yang sama namun memberikan inhibisi atau eksibisi. Sifat ini disebut sebagai dual innervasi yaitu cara kerja yang dimaksudkan untuk mencapai suatu keseimbangan (homeostasis).

  • 1. Saraf parasimpatis

disebut juga “resting and digesting system” yang berfungsi untuk memastikan tubuh menggunakan seminimal mungkin energi tubuh. Pada saat makan maka saraf parasimpatis akan menyebabkan terjadinya proses digesti dan menyebabkan relaksasi tubuh ditandai dengan menurunnya tekanan darah dan melambatnya denyut nadi. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa lokasi saraf parasimpatis berasal dari kraniosakral . Berikut ini adalah jaras saraf kranialis parasimpatis yaitu:


a. Saraf Okulomotorius (III);
neuron preganglion bermula dari mesensefalon dan menuju ke ganglion siliaris dan neuron preganglion akan menginervasi otot polos pada pupil yang menyebabkan konstriksi otot spingter pupila dan merangsang otot siliaris untuk proses akomodasi


b. Saraf Fasialis (VII);
neuron preganglion bermula dari pons (nukleus salivarius superior) menuju ke ganglion pterigopalatin dan ganglion submandibularis yang merangsang kelenjar nasal, lakrimal, submandibularis dan sublingualis.


c. Saraf Glosofaringeal (IX);
neuron preganglion bermula dari medula oblongata (nukleus salivarius inferior) menuju ganglion otikus untuk mengaktivasi kelenjar parotis.


d. Saraf Vagus (X);
saraf vagus memiliki peran parasimpatis di tubuh manusia sekitar 90%. Saraf vagus akan menginervasi organ di dalam toraks dan abdomen. Neuron preganglionnya berasal dari medula oblongata (nukelus dorsal motorik) akan membentuk pleksus terlebih dahulu sebelum menuju ganglion organnya yaitu:

  • pleksus kardiak, menuju jantung untuk memperlambat denyut jantung
  • pleksus pulmonalis, menuju paru-paru
  • pleksus esofagus, menuju esofagus, kemudian akan mengeluarkan trunkus vagal anterior dan posterior dan mengeluarkan pleksus aorta yang dibentuk oleh pleksus yang lebih kecil seperti pleksus seliaka, mesenterika dan hipogastrika yang akan mempersarafi organ abdomen seperti usus kecil, lambung, hati, kandung empedu, ginjal, pankreas, ginjal dan sebagian proksimal usus besar seperti pada gambar dibawah ini.

Saraf sakral parasimpatis

Saraf sakral parasimpatis  bermula dari substansi grisea medula spinalis segmen S2-S4 yang neuron preganglionnya akan membentuk saraf splangnik pelvikus dan melewati pleksus hipogastrik pelvikus yang akan menginervasi organ: distal usus besar, vesika urinaria, ureter dan organ reproduksi.

Postganglion parasimpatis

Postganglion parasimpatis akan melepaskan neurotransmiter ACh dan akan ditangkap oleh organ yang memiliki reseptor kolinergik. Reseptor kolinergik ada dua yatu:

  • Nikotinik, reseptor ini ditemukan pada otot skeletal dan post gangion dendrit dan preganglion saraf simpatis dan parasimpatis. Sifat reseptor ini selalu melakukan eksitasi pada organ target yaitu otot skeletal.
  • Muskarinik, reseptor ini ditemukan pada organ target saraf parasimpatis. Sifat reseptor dapat menginhibisi atau mengeksitasi. Pada organ jantung maka parasimpatis akan menginhibisi, akan tetapi pada intestinal maka saraf parasimpatis akan mengeksitasi untuk memulai proses disgesti.

  • 2. Saraf simpatis

disebut juga “the fight-or-flight system ” yang berfungsi untuk melakukan eksitasi pada saat keadaan darurat dan emergensi. Akibat rangsangan saraf simpatis adalah meningkatnya denyut jantung dan kontraktilitasnya, nafas menjadi cepat dan dalam, tangan menjadi dingin dan berkeringat, serta pupil menjadi dilatasi. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi tahan terhadap ancaman dan stress.


Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa saraf simpatis berasal dari torakolumbal yang saraf neuron preganglionnya berasal dari substansia grisea. Selanjutnya neuron preganglion tersebut menuju trunkus simpatikus di paravertebra. Adapun jaras simpatis adalah sebagai berikut:


a. Jarah ke kepala,
neuron preganglion berasal dari T1-T4 akan naik menuju ganglion servikal superior dan akan mempengaruhi: kulit dan pembuluh darah daerah kepala,mengaktivasi otot spingter dilator pupil, menghambat kelenjar nasal sublingualis sehingga menyebabkan mulut kering dan juga ada yang ke jantung.

Jarah ke kepala Jarah ke kepala 2


b. Jaras ke toraks,
neuron preganglion berasal dari T1-T6 menuju ganglion servikal medial dan inferior dan akan mempersarafi jantung lewat pleksus kardiak, pulmonal, aorta, esofagus, kelenjar tiroid.

Jaras ke toraks


c. Jaras ke abdomen,
neuron preganglion berasal dari T5-L2 menuju saraf splangnik dan akan bersinaps di ganglion seliaka dan mesenterikum dan akan mempersarafi: lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal.

Jaras ke abdomen


d. Jaras ke pelvis neuron preganglion
berasal dari T10-L2 menuju ganglion trunkus mesenterika dan hipogastrika inferior dan mempersarafi: distal usus besar, vesika urinaria, organ reproduktif.

Jaras ke pelvis neuron preganglion


e. Jaras ke medula adrenal,
sebagian saraf dari splangnik melewati ganglion seliaka dan bersinaps di medula adrenal yang juga disebut sebagai modified sympathetic ganglion. Hal ini disebabkan karena medula adrenal dianggap sebagai postganglion yang akan melepaskan 80% katekolamin ke dalam darah.

Jaras ke medula adrenal,


Postsinaptik neuron postganglion akan melepaskan neurotransmiter norepinefrin yang akan ditangkap adrenoreseptor. Reseptor adrenergik memiliki 2 tipe reseptor yaitu alfa dan beta (a dan b). Reseptor a dan b selanjutnya akan dibagi menjadi a1, a2  dan b1, b2. Berikut ini penjelasan tentang reseptor adrenergik:


Reseptor terdapat pada otot polos pada tubuh (mata, paru,pembuluh darah, uterus, usus, dan sistem genitourinarius). Aktivasi reseptor ini akan menyebabkan peningkatan konsentrasi ion kalsium sehingga menyebabkan kontraksi otot. Berikut ini yang terjadi saat aktivasi reseptor yaitu

  • Vasokonstriksi
  • Peningkatan resistensi vaskuler perifer
  • Midriasis akibat kontraksi otot radialis pupil
  • Konstriksi spingter internal vesika urinaria

Reseptor terdapat secara primer saraf terminal presinaps. Aktivasi reseptor ini akan menyebabkan menghambat aktivasi adenilat siklase sehngga mengurangi eksositosis norepinefrin. Berikut ini yang terjadi saat aktivasi reseptor yaitu

  1. Inhibisi pelepasan norepinefrin
  2. Inhibisi insulin
  3. Sedasi dan penurunan tekanan darah akibat penurunan tonus simpatikus sehingga terjadi vasodilatasi perifer yang disebabkan aktivasi reseptor pada postsinaptik.

Reseptor terdapat pada membran postsinaptik yang terdapat pada jantung. Berikut ini yang terjadi saat aktivasi yaitu

  • Takikardi, karena menyebabkan kronotropik positif.
  •  Peningkatan lipolisis
  • Peningkatan kontraktilitas miokardium

Reseptor terdapat pada postsinaptik otot polos dan sel kelenjar, yang aktivasinya menyebabkan relaksasi otot polos. Berikut ini yang terjadi saat aktivasi yaitu

  1. Vasodilatasi
  2. Penurunan sedikit resistensi perifer
  3. Bronkodilatasi
  4. Peningkatan glikogenolisis otot dan hati
  5. Peningkatan pelepasan glukagon
  6. Relaksasi otot polos uterus

Katekolamin alami dalam tubuh yaitu: epinefrin, norepinefrin, dopamin, dan dobutamin. Katekolamin ini memiliki aktivasi adrenoreseptor tertentu yaitu:

  • Epinefrin; mengaktivasi a1, a2, b1, dan b2/++,++,+++,++.
  • Norepinefrin; mengaktivasi a1, a2, dan b1/++,++,++,-.
  • Dobutamin; mengaktivasi a1, a2, b1, dan b2/++,++,++,+.
  • Dopamin; mengaktivasi a1, a2, b1, dan b2/-, -, +++,+.

Katekolamin alami dalam tubuh


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Perbedaan Neuron Dan Neuroglia – Struktur, Macam, Bagian, Fungsi, Oligodendrosit, Sel Saraf


Kelainan Sistem Saraf Autonom

Gangguan pada sistem saraf ini memiliki gejala berfariasi, termaksuk gangguan regulasi frekuensi denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, berkeringangat, fungsi saluran cerna dan kandung kemih. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan antara lain lemah, kepala seperti melayang, sinkop, dan gangguan kognitif.


Gangguan sistem saraf otonom disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain, seperti diabetes, atau sebagai kelainan primer sistem saraf tersebut merupakan satu-satunya sistem yang mengalami gangguan. Gangguan sistem saraf otonom primer, antara lain :

  1. Hipotensi ortostatik
  2. Intoleransi ortostatik
  3. Sindrom tatikardi ortostatik
  4. Sinkop
  5. Saluran pencernaan neurogensik ( gangguan gerakan usus, konstipasi)
  6. Disfungsi ereksi dan gangguan kaandung kemih neurogenik.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Saraf Sensorik – Pengertian, Letak, Jenis, Jaras, Fungsi


Fungsi Sistem Saraf Otonom

Untuk kerja sistem saraf otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi hipotalamus yang terdapat di otak. Jika hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti mempercepat denyut jantung, menghambat kerja saluran pencernaan dan melebarkan pupil mata. Sistem saraf otonom terdiri atas gabungan saraf sensorik dan saraf motorik. Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua macam, antara lain sebagai berikut.


Sistem Saraf Simpatik

Sistem saraf simpatik ialah saraf yang terletak di depan ruas tulang belakang yang berpangkal pada sumsum tulang belakang ( medulla spinalis ) yang terdapat pada daerah dada dan pinggang. Sistem saraf simpatik disebut juga dengan sistem saraf torakolumbar, dikarenakan saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke 1 sampai ke 12. Sistem saraf simpatik terdiri atas 25 pasang ganglio atau simpul saraf di sumsum tulang belakang. Fungsi utama sistem saraf simpatik ialah untuk memacu kerja organ tubuh naun ada juga beberapa yang menghambat kerja organ tubuh.


Fungsi Sistem Saraf Simpatik

  • Memperbesar pupil mata
  • Mempercepat detak jantung
  • Memperbesar bronkus
  • Memperlambat kerja alat pencernaan
  • Menghambat kontraksi kantung seni
  • Menghambat ereksi
  • Menurunkan tekanan darah
  • Menghambat sekresi empedu
  • Meningkatkan sekresi adrenalin

Sistem Saraf Parasimpatik

Sistem saraf parasimpatik ialah sistem saraf yang berpangkal pada sumsum tulang lanjutan ( medulla oblongata ). Sistem saraf parasimpatik disebut juga sistem saraf kraniosakral dikarenakan saraf preganglion keluar dari daearah otak dan daerah sakral. Saraf simpatik berupa jaring-jaring yang saling terhubung dengan ganglion yang tersebar pada seluruh tubuh.


Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi kerja yang berlawanan dengan fungsi kerja sistem saraf simpatik. Jika fungsi utama sistem saraf simpatik ialah mempercepat kerja organ tubuh, namun beda halnya dengan fungsi utama sistem saraf simpatik yakni memperlambat kerja organ tubuh. Dari kerja kedua sistem saraf yang berlawanan tersebut menghasilkan keadaan yang normal.


Fungsi Sistem Saraf Parasimpatik

  • Memperkecil bronkus
  • Menghambat detak jantung
  • Memperkecil pupil mata
  • Mempercepat kontraksi kantung seni
  • Merangsang ereksi
  • Mempercepat kerja alat pencernaan
  • Meningkatkan tekanan darah
  • Meningkatkan sekresi empedu
  • Menghambat sekresi adrenalin

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sistem Saraf Manusia – Pengertian, Bagian, Fungsi, Sistem, Fungsinya


Perbedaan Sistem Saraf Simpatis Dan Saraf Parasimpatis

Penempatan sarah simpatik dan Parasimpatik

  • Sistem Saraf Simpatis

Sistem saraf simpatis terbagi juga menjadi dua bagian, yaitu saraf otonom cranial dan otonom sacral. Sistem saraf ini berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut sarafnya, letaknya didepan column vertebrae.


Sistem saraf simpatis ini berfungsi untuk :

  1. Mensarafi otot jantung
  2. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
  3. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus
  4. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
  5. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
  6. Mempertahankan tonus semua otot sadar

  • Sistem Saraf Parasimpatis

Sistem saraf parasimpatis, hampir sama dengan sistem saraf simpatis, hanya sistem kerjanya saja yang berbeda. Jika saraf simpatis memacu jantung misalnya, maka sistem saraf parasimpatis memperlambat denyut jantung.


Fungsi saraf parasimpatis adalah sebagai berikut :

  1. Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung
  2. Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung
  3. Menpersarafi kelenjar ludah
  4. Mempersarafi kelenjar parotis
  5. Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal, pancreas, lien, hepar dan kelenjar suprarenalis
  6. Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin.

SIMPATIK

PARASIMPATIK

Memperbesar pupil mata Mengecilkan pupil mata
Menghambat keluarnya air ludah (saliva) Membantu (stimulasi) keluarnya air ludah (saliva)
Meningkatkan ekskresi keringat dan sekresi getah pangkreas Menurunkan ekskresi keringat dan sekresi getah pancreas
Menghambat sekresi enzim pada kelenjar pencernaan Menstimulasi sekresi enzim pada kelenjar pencernaan
Menghambat kontraksi kandung kemih (vesica Urinaria) Mengerutkan kantung kemih(vesica urinaria)
Mempercepat denyut jantung Memperlambat denyut jantung
Menambah volume darah Mengurangi volume darah
Memperbesar pembuluh darah koroner Mempersempit pembuluh darah koroner
Mempersempit pembuluh darah arteri paru-paru dan arteri pada organ kelamin Memperbesar pembuluh darah arteri paru-paru dan arteri pada organ kelamin
Melebarkan cabang tenggorok

( bronkhia)

mempersempit cabang tenggorok (bronkhial)
Mengkerutkan kura (limpa) Melebarkan limpa
Menyebabkan kontraksi rahim pada saat kehamilan dan relaksasi rahim pada saat tidak ada kehamilan Tidak berpengaruh pada kontraksi dan relaksasi rahim

Daftar Pustaka

  • Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. The 11th edition. Philadelphia: Elsevier-Saunders: 945-960, 749-760.
  • Kronenberg, and Melmed. 2008. WILLIAMS TEXTBOOK OF ENDOCRINOLOGY . The 11th edition . Philadelphia: Elsevier-Saunders: 445-494, 505-531.
  • Snell, R.S. 1996. Neuroanatomi Klinik. Alih bahasa, R.F Maulany; Editor, Sjamsir. Edisi kedua. Jakarta: EGC: 175-520.
  • Marieb, E.N., and Hoehn, K. 2007. Human Anatomy and Physiology. The 7th edition. USA: Benjamin Cummings, Pearson Educaton, Inc.
  • Fox. 2003. Human Physiology . The 6the dition. New York : McGraw—Hill
  • McPhee, S.J, and Ganong, W.F. 2006. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine. The 5th edition. USA: McGraw—Hill.
  • Morgan & Mikhail’s. 2013. Clinical Anesthesiology. The 5th Edition. USA: McGraw—Hill.
  • Bauman, R. and Steve, D. 1991. Human dan Anatomy and Physiology, Laboratory Textbook. Whittier Publications Inc, United States of America.
  • Campbell, Reece, Mitchel. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
  • Pack, P. E. 2001. Biology 2nd Edition CliffsAP. Hungry Minds, Inc., New York.
  • Rae-Dupree, J. and Pat. 2007. Anatomy and Physiology for Dummies. Wiley Publishing Inc., Indiana
  • Sinaga, E. dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Medan: UNIMED Press
Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari