Metode Penelitian Kualitatif

Diposting pada

Metode-Penelitian-Kualitatif

Metode Penelitian Kualitatif

Metode Penelitian Kualitatif Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi.


Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.


Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Metode Penelitian


Konsep Dasar Penelitian Kualitatif

1. Pengertian Penelitian kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiri yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan multimetoda, bersifat alami dan holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan secara naratif. Dari sisi lain dan secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan jawaban terhadap suatu fenomena atau pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis dengan menggunakan pendekatan kualitatif (Yusuf, 2013: 334).


Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapa pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (Creswell, 2010:4).


Menurut Sugiyono (2013:7) Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dianamakan postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena penelitian lebih bersifat sebi (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.


Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (nantural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.


Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih mekankan makna dari pada generalisasi.


Pada awal perkembangan penelitian kualitatif, banyak label nama yang disinonimkan dengan penelitian kualitatif seperti:

  1. Thorne (1997) menggunakan istilah “noncategorical qualitative research”;
  2. Sandelowski (2000) menyebutnya dengan “fundamental qualitative method”;
  3. Merriam (1998) menyebut penelitian kualitatif dengan istilah “generic qualitative method”; “basic interpretative qualitative study (2002). Generic qualitative method adalah suatu cara untuk menemukan sesuatu dan memahami phenomena, melalui suatu proses tau perspektif dan pandangan orang yang terlibat didalamnya. Tidak mempunyai suatu set asumsi filosofis dasar dalam menetapkan metodologi kualitatif.

Oleh karena itu dalam berbagai literatur ilmiah akan ditemukan berbagai “label” untuk penelitian kualitatif, dengan berbagai jenis/tipenya pula. Walaupun demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif yang manapun labelnya, merupakan suatu proses penemuan dan pengumpulan, analisa dan interpretasi data visual dan naratif yang komprehensif untuk mendapatkan pemahaman tentang suatu fenomena atau masalah yang menarik perhatian.


2. Aksioma penelitian kualitatif

Meliputi aksioma tentang realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai.


  • Sifat realitas
    Penelitian kualitatif berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau paradigma interpretive, suatu realitas atau obyek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam beberapa variabel. Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ibarat meneliti peformance suatu mobil, peneliti kualitatif akan meneliti semua komponen dan hubungan satu dengan yang lain, serta kinerja pada saat mobil dijalankan.
    Realitas pada penelitian kualitatif tidak hanya yang tampak (teramati), tetapi sampai dibalik yang tampak tersebut. Jadi realitas itu merupakan konstruksi atau interpretasi dari pemahaman terhadap semua data yang tampak di lapangan.


  • Hubungan peneliti dengan yang diteliti
    Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data participant observation (observasi berperan serta) dan in depth interview (wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data.


  • Hubungan antar variabel
    Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi (reciprocal/interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel dependen dan independennya. Contoh hubungan antara iklan dan nilai penjualan. Dalam hal ini hubungannnya interaktif, artinya makin banyak uang yang dikeluarkan untuk iklan maka akan semakin banyak nilai penjualan, tetapi juga sebaliknya makin banyak nilai penjualan maka alokasi dana untuk iklan juga semakin tinggi.


  • Kemungkinan generalisasi
    Penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi tetapi lebih menekankan ke dalam informasi sehingga sampai pada tingkat makna. Seperti telah dikemukakan, makna adalah data dibalik yang tampak. Walaupun penelitian kualitatif tidak membuat generalisasi, tidak berarti hasil penelitian kualitatif tidak dapat diterapkan di tempat lain. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut transferability dalam bahasa Indonesia dinamakan keteralihan. Maksudnya adalaha bahwa, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian.


  • Peranan nilai
    Penelitian kualitatif dalam melakukan pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti data dengan sumber data. Dalam interaksi ini baik peneliti maupun sumber data memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi berbeda-beda, sehingga dalam pengumpulan data, analisis, dan pembuatan laporan akan terikat oleh nilai-nilai masing-masing.


Peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus menerus dengan para partisipan. Keterlibatan inilah yang nantinya membunculkan serangkaian isu-isu strategis, etis, dan personal dalam penelitian kualitatif (Locke dalam Creswell 2010: 264). Selain itu, para peneliti kualitatif juga berperan memperoleh entri dalam lokasi penelitian dan masalah-masalah etis yang bisa saja muncul tiba-tiba.


  1. Nyatakanlah pengalaman peneliti sebelumnya yang kira-kira dapat mencerminkan data mengenai latar belakang yang komprehensif sehingga pembaca bisa lebih memahami topik, setting, atau para partisipan serta interpretasi peneliti atas fenomena tertentu.
  2. Jelaskan hubungan antara peneliti dan partisipan, dan berilah keterangan mengenai lokasi penelitian.
  3. Jelaskan langkah-langkah yang peneliti lalui dalam memperoleh izin untuk memproteksi hak-hak para partisipan.
  4. Jelaskan langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh izin dalam meneliti para partisipan dan lokasi penelitian.
  5. Berikan penjelasan mengenai masalah-masalah etis yang mungkin muncul. Untuk masalah-masalah etis ini, dijelaskan bagaimana peneliti mengantisipasinya. Misalnya, ketika sedang meneliti topik yang sensitif, penting merahasiakan nama-nama orang, lokasi, atau aktivitas-aktivitas tertentu. Dalam hal ini proses merahasiakan informasi juga perlu dibahas dalam proposal penelitian.

3. Karakteristik penelitian kualitatif

Penelitian kualitatif pada permulaannya banyak digunakan dalam bidang sosiologi, antropologi, dan kemudian memasuki bidang psikologi, pendidikan, bahasa dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya. Penelitian kualitatif, dalam analisis datanya tidak menggunakan analisis statistik, tetapi lebih banyak secara naratif, sedangkan dalam penelitian kuantitif sejak awal proposal dirumuskan, data yang akan dikumpulkan hendaklah data kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan.


Sebaliknya dalam penelitian kualitatif sejak awal ingin mengungkapkan data secara kualitatif dan disajikan secara naratif. data kualitatif ini mencakup antara lain:

  1. Deskripsi yang mendetail tentang situasi, kegiatan atau peristiwa maupun fenomena tertentu, baik yang menyangkut manusianya atau hubungannya dengan manusia lainnya.
  2. Pendapat langsung dari orang-orang yang telah berpengalaman, pandangannya, sikapnya, kepercayaan serta jalan pikirannya.
  3. Cuplikan dari dokumen, dokumen laporan, arsip-arsip dan sejarahnya.
  4. Deskripsi yang mendetail tentang sikap dan tingkah laku seseorang.

Oleh karena itu untuk dapat mengumpulkan data kualitatif dengan baik, peneliti harus tahu apa yang dicari, asal mulanya, dan hubungannya dengan yang lain, yang tidak terlepas dari konteksnya. Justru karena itu, peneliti kualitatif hendaklah:

  • Upayakan mempelajari fenomena yang belum dipelajari sebelumnya.
  • Dapat menambah dan memperkaya ilustrasi dengan dokumen-dokumen lain, antara lain dokumen tertulis.
  • Memahami dengan baik topik yang diteliti dengan mempelajari secara simultan, melakukan triangulasi atau melakukan penelitian dengan metode gabungan.
  • Mencoba memahami fenomena sosial dari perspektif keterlibatan aktor dari pada menerangkan dari luar.

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen dalam Sugiyono (2013: 13):

  1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
  2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
  3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome.
  4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
  5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)

Menurut Yusuf (2013:336) beberapa ciri umum penelitian kualitatif, sebagai berikut:

  • menggunakan natural setting sebagai sumber data penelitian.
  • peneliti sebagai instrumen penelitian.
  • teknik-teknik yang sering digunakan peneliti dalam pengumpulan data di lapangan adalah pengamatan (observasi), interview, dan analisis dokumen atau analisis isi/wawancara.
  • data yang dikumpulkan data kualitatif
  • data disajikan dalam bentuk deskriptif atau naratif
  • lebih mementingkan proses dari pada hasil
  • cenderung menganalisis data secara induktif
  •  makna (meaning) adalah sesuatu yang essensial dalam penelitian kualitatif
  • mengutamakan rincian kontestual
  • sebagian besar penelitian kualitatif menggunakan data langsung dari tangan pertama.
  • melakukan triangulasi
  • subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti
  • analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan dilanjutkan sepanjang penelitian
  • dalam penelitian kualitatif, verifikasi perlu dilakukan
  • penelitian kualitatif dipengaruhi oleh pandangan dan keunikan peneliti
  • peneliti memandang fenomena sosial secara holistik
  • rancangan bersifat umum dan fleksibel

4. Proses penelitian kualitatif

Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan dalam Sugiyono seperti orang mau piknik, sehingga ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi tentu belum tahu pasti apa yang ada di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki obyek, dengan cara membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek dan aktivitas orang yang ada di sekelilingnya, melakukan wawancara dan sebagainya. Proses penelitian kualitatif juga dapat diibaratkan seperti orang asing yang mau melihat pertunjukan wayang kulit atau kesenian, atau peristiwa lain. Ia belum tahu apa, mengapa, bagaimana wayang kulit itu. Ia akan tahu setelah ia melihat, mengamati, dan menganalisis dengan serius.


Berdasarkan ilustrasi tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun peneliti kualitatif belum memiliki masalah, atau keinginan yang jelas, tetapi dapat langsung memasuki obyek/lapangan. Pada waktu memasuki obyek, peneliti tentu masih merasa asing terhadap obyek tersebut, seperti halnya orang asing yang masih asing terhadapa pertunjukan wayang kulit. Setelah memasuki obyek, peneliti kualitatif akan melihat segala sesuatu yang ada di tempat itu, yang masih bersifat umum. Pada tahap ini disebut tahap orientasi atau deskripsi, dengan grand tour question. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang didlihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan. Mereka baru mengenal serba sepintas terhadap informasi yang diperolehnya. Pada tahap ini data yang diperoleh cukup banyak, bervariasi dan belum tersusun secara jelas.


Proses penelitian kualitatif pada tahap ke 2 disebut tahap reduksi/fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang tealh diperoleh pada tahap pertama. Pada proses reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Pada tahap reduksi ini peneliti menyortir data dengan cara memeilih mana data yang menarik, penting, berguna, dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian.


Proses penelitian kualitatif pada tahap ke 3 adalah tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Pada tahap ini, setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan tema dengan cara mengkonstruksi data yang diperoleh menjadi sesuatu hubungan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru.


Hasil akhir penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari melalaui metode kuantitatif, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu yang baru dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia.


Proses memperoleh data atau informasi pada setiap tahapan (deskripsi, reduksi, seleksi) tersebut dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang dengan berbagai cara dan berbagai sumber. Setelah peneliti memasuki obyek penelitian atau sering disebut sebagai situasi sosia, tahapan selanjutnya adalah:

  1. Peneliti berfikir apa yang ingin ditanyakan
  2. Setelah menemukan apa yang akan ditanyakan, maka peneliti bertanya pada orang-orang yang dijumpai pada tempat tersebut
  3. Stelah mendpatkan jawaban, peneliti akan menganalisis apakah jawaban yang diberikan itu benar atau tidak
  4. Jika jawaban dirasa benar, maka dibuatlah kesimpulan
  5. Peneliti mencandra kembali terhadap kesimpulan yang telah dibuat. Apakah kesimpulan yang dibuat itu kredibel atau tidak. Untuk memastikan kesimpulan yang telah dibuat tersebut, maka peneliti masuk lapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda, tetapi tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang tinggi, maka pengumpulan data dinyatakan selesai.

5. Penggunaan metode kualitatif

Metode kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan metode kuantitatif. Berikut ini dikemukakan kapan metode kualitatif digunakan.

  • Bila masalah penelitian belum jelas, masing remang-remang atau mungkin malah masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian dengan model ini, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek.

  • Untuk memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa difahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai makna tertentu. Sering terjadi menurut penelitian kuantitatif benar, tetapi justru menjadi tanda tanya menurut penelitian kualitatif.


  • Untuk memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut.


  • Memahami perasaan orang. Perasaan orang sulit dimengerti kalau tidak diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut.


  • Untuk mengembangkan teori. Metode ini paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapangan. Teori yang demikian dibangun melalui grounded research. Dengan metode kualitatif peneliti pada tahap awalnya melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Hipotesis tersebut selanjutnya diverivikasi dengan pengumpulan data yang lebih mendalam. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis atau teori.


  • Untuk memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data triangulasi/gabungan, maka kepastian data akan lebih terjamin. Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, dan penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data akan dapat diperoleh.


  • Meneliti sejarah perkembangan. Sejarah perkembangan kehidupan seseorang tokoh atau masyarakat akan dapat dilacak melalui metode kualitatif. Dengan menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau orang yang dipandang tahu, maka dapat diketahui sejarah perkembangan kehidupan seseorang.


6. Jangka waktu penelitian kualitatif

Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif.


Namun demikian kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari provokator atau mengurai masalah, atau memahami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu minggu, dan telah diuji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan selesai, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama.


7. Kompetensi peneliti kualitatif

Berikut ini dikemukakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh peneliti kualitatif:

  1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti
  2. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial.
  3. Memilik kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek penelitian (konteks sosial)
  4. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain
  5. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/budaya
  6. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas hasil penelitian
  7. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis atau ilmu baru
  8. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap, dan rinci

8. Tujuan penelitian kualitatif

Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan penelitian kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Tujuan ini ditulis dengan istilah-istilah “teknis” penelitian yang bersumber dari bahasa penelitian kualitatif (Creswell, 2010: 167).


Untuk itulah peneliti perlu memperhatikan beberapa hal mendasar dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, seperti berikut ini:

  • Gunakanlah kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk menandai tujuan penelitian yang ditulis.
  • Fokuslah pada suatu fenomena (atau konsep atau gagasan) utama.
  • Gunakanlah kata-kata tindakan untuk menunjukkan bahwa ada proses learning dalam penelitian.
  • Gunakan kata-kata dan frasa-frasa yang netral (bahasa tidak langsung)
  • Sajikan definisi umum mengenai fenomena atau gagasan utama, khususnya jika fenomena tersebut merupakan istilah yang tidak dipahami oleh pembaca luas.
  • Gunakan kata-kata teknis berbasis strategi/ teori penelitian yang digunakan ketika sampai pada bagian pengumpulan data, analisis data, dan proses penelitian.
  • Jelaskan para partisipan yang terlibat dalam penelitian.
  • Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian.
  • Sebagai langkah akhir dalam tujuan penelitian kualitatif, gunakan beberapa bahasa yang membatasi ruang lingkup partisipan atau lokasi penelitian.

Meskipun ada banyak variasi dalam mencantumkan poin-poin di atas pada tujuan penelitian, proposal disertasi atau tesis kualitatif yang baik, setidaktidaknya harus mencakup beberapa diantara poin-poin itu.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : √ Penelitian Sosial: Pengertian, Definisi, Metode, Tujuan, Ciri Dan Unsurnya


Masalah dalam Penelitian Kualitatif

Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Namun terdapat perbedaan yang mendasar antara “masalah” dalam penelitian kuantitatif dan “masalah” dalam penelitian kualitatif.


Kalau dalam penelitian kuantitatif, “masalah” yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah, tetapi dalam penelitian kualitatif “masalah” yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis. Oleh kaarena itu “masalah” dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.


Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian, yaitu:

  1. Masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir sama. Dengan demikian judul proposal dengan judul laporan penelitian sama.

  2. Masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup disempurnakan.


  3. Masalah yang dibawa oleh peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus “ganti” masalah. Dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dan judulnya diganti. Dalam institusi tertentu judul yang diganti ini sering mengalami kesulitan administrasi. Oleh karena itu institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik masalah kualitatif ini


Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai, merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena ia dipandang mampu melepaskan apa yang telah difikirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Kemungkinan masalah sebelum dan sesudah ke lapangan dalam penelitian kualitatif dapat digambarkan sebagai berikut.

Masalah dalam Penelitian Kualitatif


Terdapat perbedaan antara masalah dan rumusan masalah. Seperti telah dikemukakan bahwa, masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Sedangkan rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Data tentang masalah bisa berasal dari dokumentasi hasil penelitian, pengawasan, evaluasi, pengamatan pendahuluan, dan pernyataan orang-orang yang patut dipercaya.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Metode Penelitian Hukum – Pengertian, Macam, Normatif, Empiris, Pendekatan, Data, Analisa, Para Ahli


Ciri- ciri Penelitian Kualitatif

  1. Bersifat deskriptif analitis, terlihat dari caranya mengumpulkan dan merekap data yang bukan dicatat dalam bentuk angka namun penjelasan sejelas-jelas dan sedalam-dalamnya. (Baca juga: Teori Efek Media Massa)

  2. Bersifat induktif, yaitu peneltiian dimulai dari data atau fenomena yang ada di lapangan yang kemudian memunculkan teori. (Baca juga: Teori Komunikasi Politik)


  3. Menggunakan teori yang sudah ada sebagai pedoman dan pendukung, karena meski berangkat dari data namun tetap saja teori digunakan sebagai fokus pembatas dari objek penelitian. (Baca juga: Teori Dramaturgi)


  4. Berfokus pada makna yang terdapat dalam suatu fenomena yang diteliti, yang dapat digali dari persepsi objek penelitian. (Baca juga: Teori Komunikasi Organisasi)


  5. Mengutamakan akan pentingnya proses penelitian yang berjalan, bukan semata mengacu pada hasil yang ingin dicapai. (Baca juga: Teori Spiral Keheningan)


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Penelitian – Ciri, Sikap, Syarat, Tujuan, Macam, Jenis, Para Ahli


Jenis Penelitian Kualitatif

Setelah memahami apa itu penelitian kualitatif, selanjutnya kita akan membahas apa saja jenis penelitian yang ada dalam penelitian kualitatif. Berikut adalah jenis-jenis penelitian kualitatif yang biasa digunakan dalam penelitian ilmu sosial, termasuk ilmu komunikasi:

a. Fenomenologi

Jenis Metode Penelitian Kualitatif yang pertama adalah fenomenologi. Kata fenomenologi Berasal kata dari bahasa Yunani, phainomenon yang berarti penampakan diri dan logos yang berarti akal, studi fenomenologi merupakan penelitian yang mengkhususkan pada fenomena dan realitas yang tampak untuk mengkaji penjelasan di dalamnya. Fenomenologi sendiri memiliki dua makna yaitu sebagai filsafat sains dan juga metode penelitian, yang bertujuan mencari arti atau makna dari pengalaman yang ada dalam kehidupan.


Fenomenologi akan menggali data untuk menemukan makna dari hal-hal mendasar dan esensial dari fenomena, realitas, atau pengalaman yang dialami oleh objek penelitian. Penelitian fenomenologi dapat dimulai dengan memperhatikan dan menelaah fokus fenomena yang hendak diteliti, yang melihat berbagai aspek subjektif dari perilaku objek.


Kemudian, peneliti melakukan penggalian data berupa bagaimana pemaknaan objek dalam memberikan arti terhadap fenomena terkait. Penggalian data ini dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada objek atau informan dalam penelitian, juga dengan melakukan observasi langsung mengenai bagaimana objek peneltiian menginterpretasikan pengalamannya kepada orang lain.


b. Etnografi

Berangkat dari dasar ilmu antropologi atau kajian budaya, etnografi merupakan metode penelitian yang melihat kajian bahasa dalam perilaku sosial dan komunikasi masyarakat dan bagaimana bahasa tersebut diterapkan berdasarkan konsep budaya yang terkait. Kajian etnografi memiliki dua dasar konsep yang menjadi landasan penelitian, yaitu aspek budaya (antropologi) dan bahasa (linguistik), dimana bahasa dipandang sebagai sistem penting yang berada dalam budaya masyarakat.


Metode penelitian etnografi memiliki tujuan untuk mengkaji bentuk dan fungsi bahasa yang tersedia dalam budaya serta digunakan untuk berkomunikasi individu di dalamnya, serta melihat bagaimana bentuk dan fungsi bahasa tersebut menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Selain itu, metode etnografi juga menginterpretasikan kelompok sosial, sistem yang berlaku dan peran yang dijalankan, serta interaksi sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat.


Metode etnografi biasanya digunakan untuk berfokus pada kegiatan atau ritual tertentu dalam masyarakat, bahasa, kepercayaan, cara-cara hidup, dan lain sebagainya.


c. Studi Kasus

Sesuai dengan namanya, metode penelitian studi kasus meneliti suatu kasus atau fenomena tertentu yang ada dalam masyarakat yang dilakukan secara mendalam untuk mempelajari latar belakang, keadaan, dan interaksi yang terjadi. Studi kasus dilakukan pada suatu kesatuan sistem yang bisa berupa suatu program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang ada pada keadaan atau kondisi tertentu.


Karena khusus meneliti suatu hal atau sistem tertentu, penelitian studi kasus bukanlah dilakukan untuk menarik kesimpulan terhadap fenomena dari suatu populasi atau kumpulan tertentu melainkan khusus untuk kejadian atau fenomena yang diteliti saja.


Meski mencakup satu kesatuan sistem, penelitian studi kasus tidak harus meneliti satu orang atau idnividu saja, namun bisa dengan beberapa orang atau objek yang memiliki satu kesatuan fokus fenomena yang akan diteliti. Untuk mendapatkan data yang mendalam, penelitian studi kasus menggunakan teknik wawancara, observasi, sekaligus studi dokumenter yang kemudian akan dianalisis menjadi suatu teori. Studi kasus akan memahami, menelaah, dan kemudian menafsirkan makna yang didapat dari fenomena yang diteliti tersebut.


d. Metode Historis

Penelitian selanjutnya adalah metode historis, yaitu penelitian yang memiliki fokus penelitian berupa peristiwa-peristiwa yang sudah berlalu dan melakukan rekonstruksi masa lalu denga sumber data atau saksi sejarah yang masih ada hingga saat ini. Sumber data tersebut bisa diperoleh dari berbagai catatan sejarah, artifak, laporan verbal, maupun saksi hidup yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran persaksiannya.


Karena mengkaji peristiwa yang sudah berlalu, ciri khas dari penelitian historis adalah waktu; dimana fenomena dilihat perkembangan atau perubahannya berdasarkan pergeseran waktu. Ciri lain dari metode historis adalah kajian penelitian lebih banyak bergantung pada data observasi orang lain yang sudah terlebih dahulu melakukan penelitian, bukan hanya data observasi milik peneliti itu sendiri.


Selain itu, sumber data yang digunakan haruslah bersifat objektif, sistematis, akurat, serta otentik yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta berasal dari sumber yang tepat. Karena metode historis memiliki konse dasar waktu, perlu diperhatikan dengan lebih teliti mengenai urutan peristiwa dan waktu-waktunya dengan detail dan jelas.


e. Metode Teori Dasar (Grounded Theory)

Jenis Metode Penelitian Kualitatif lainnya ada Metode Teori Dasar. Metode teori dasar merupakan penelitian yang dilakukan untuk menemukan suatu teori atau menguatkan teori yang sudah ada dengan mengkaji prinsip dan kaidah dasar yang ada lalu dibuat kesimpulan dasar yang membentuk prinsip dasar dari suatu teori.


Dalam melakukan metode ini, peneliti perlu memilah mana fenomena yang dapat dikatakan fenomena inti dan mana yang bukan untuk dapat diambil dan dibentuk suatu teori. Pengumpulan data metode teori dasar ini dilakukan dengan studi lapangan, observasi, pembandingan antara kategori, fenomena, dan situasi berdasarkan berbagai penilaian, seperti kajian induktif, deduktif, dan verifikasi hingga datanya bersifat jenuh.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Semiotika – Penelitian, Elemen, Analisis, Teori, Para Ahli


Tujuan Penelitian Kualitatif

Tujuan penelitian kualitatif menurut Kriyantono adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data sedalam-dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti. Pada penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan tergali suatu data yang didapatkan maka dapat dikatakan semakin baik pula kualitas penelitian. Namun dari segi jumlah responden atau objek penelitian, kualitatif memiliki objek yang lebih sedikit dibanding kuantitatif karena lebih mengedepankan kedalaman data bukan kuantitas data.


Karena penelitian mendalam pada objek tertentu yang telah dipilih dan jumlahnya terbatas, penelitian kualitatif cenderung bersifat subjektif serta tak dapat digeneralisasi secara umum. Penelitian kualitatif pada prakteknya banyak menggunakan metode wawancara dan observasi dalam proses pengumpulan data di lapangan. Tak jarang, peneliti dalam penelitian kualitatif terlibat langsung dalam proses penelitian terutama observasi lapangan. Wawancara juga dilakukan secara mendalam baik melalui wawancara individu atau focus group discussion (FGD).


Demikianlah pembahasan mengenai metode penelitian kualitatif dan jenis-jenis penelitian yang ada di dalamnya. Semoga pembahasan ini berguna bagi Anda yang sedang mencari informasi mengenai metode penelitian kualitatif berikut pengertian, ciri-ciri, dan jenis yang ada di dalamnya.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Perbedaan Kualitatif Kuantitatif – Pengertian, pendekatan, jenis, Penelitian, Desain


Prinsip Penelitian Kualitatif

  • Mengungkap gejala ttg permasalahan yang akan diteliti
  • Pengujian epindensi2 data induktif yang menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan
  • Mengemukakan alasan2 penting dan layaknya masalah untuk diteliti
    -Apa yang terjadi dengan fenomena tersebut
    -Bagaimana mereka melakukannya
    -Apa makna bagi mereka
    -Bagaimana mereka menafsirkannya dan mengungkapkan hal ini pada orang lain
    -Bagaimana qt menafsirkan dan mendokumentasikan cara mereka bertindak
    -Apa yang mereka ceritakan kepada kita megenai hal2 yang mereka ketahui
    -Bagaimana mereka membenarkan tindakannya
    -Apa hubungannya antara qt dengan mereka
  • Data penunjang keaslian penelitian bahwa penelitian tsb belum ditelti sebelumnya, atau melanjutkan penelitian sebelumnya
  • Relevansi masalah yang diteliti dengan permasalahan yang lebih luas
  • Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian
  • Bersifat subjektif
  • Post positivisme

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 9 Pengertian Rancangan Penelitian Menurut Para Ahli


Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitas

Proses Penelitian untuk memahami yang didasarkan pada tradisi penelitian yang khas. Meneliti tentang Manusia atau Masyarakat.

No

Perbedaan

Kualitatif

Kuantitatif

1 Konsep yang berhubungan dengan pendekatan menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan  kehidupan sehari-hari mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing.
2 Dasar Teori dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.
3 Tujuan Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”. Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan  hasilnya.
4 Desain desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. desainnya harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya.
5 Data data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian dilakukan. datanya bersifat kuantitatif / angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi
6 Sampel Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. sample  besar, karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil.
7 Teknik eknik observasi atau dengan melakukan observasi terlibat langsung, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung dengan yang diteliti eknik yang dipakai akan berbentuk observasi terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu.
8 Hubungan dengan yang diteliti peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti. peneliti mengambil jarak dengan yang diteliti.
9 Analisa Data bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research). bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik, seperti korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dll.nya.

Persamaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitas

Inferensi Melibatkan inferensi detil-detil pengamatan empiris ke suatu kesimpulan umum.
Keterbukaan Menerapkan metode pengumpulan data yang sistematis dan terbuka hingga bisa dinilai pihak lain.
Perbandingan Membandingkan data, mencari kesamaan dan perbedaan untuk menemukan pola tertentu pada data.
Koreksi Menggunakan prosedur untuk menghindari kesalahan analisis dan penarikan inferensi.

Contoh Proposal Penelitian Kualitatif

Eksistensi Kampung Wisata Batik Laweyan dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Laweyan Surakarta

 


A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, punya naluri untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam peradaban modern seperti saat ini, pesatnya arus informasi, perkembangan teknologi dan komunikasi, ilmu pengetahuan dan seni menyebabkan orang tergerak untuk melakukan perjalanan wisata keluar daerahnya bahkan keluar negaranya.


Kegiatan pariwisata yang identik dengan rekreasi merupakan salah satu dari berbagai aktifitas manusia. Adanya kemajuan teknologi dan juga akibat urbanisasi yang besar sebagai salah satu ciri dari kota metropolitan, banyak menarik kaum urban menuju pusat-pusat kota untuk mencari nafkah. Akibatnya, banyak orang kota yang terlibat dalam suasana tegang atau mengalami stress. Salah satu pelariannya adalah melakukan rekreasi atau berlibur di tempat-tempat wisata. Masyarakat kota menginginkan suasana yang baru, rileks, dan menikmati perubahan lingkungan dengan udara yang bersih, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani agar segar dan siap untuk bekerja kembali.


Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Sehingga pariwisata merupakan salah satu aspek yang saat ini berusaha dikembangkan secara optimal oleh pemerintah pusat terutama kepariwisataan daerah, baik daerah propinsi maupun daerah kabupaten. Dengan pembangunan pariwisata di masing-masing daerah diharapkan mampu membangun keadaan ekonomi negara secara luas dan khususnya daerah yang mempunyai potensi kepariwisataan (Ramaini, 1992:37).


Sektor pariwisata ini diharapkan mampu menghasilkan pemasukan keuangan bagi negara maupun pemerintah daerah. Selain itu dari sektor pariwisata ini diharapkan mampu mendorong perkembangan ekonomi nasional maupun perkembangan ekonomi lokal, memberdayakan ekonomi masyarakat, meningkatkan kesempatan usaha bagi masyarakat sekitar, mendorong pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan pembangunan sektor lainnya, memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan rasa cinta tanah air, mendorong perkembangan daerah, memperkenalkan produk nasional maupun produk lokal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan yang terpenting adalah menyerap tenaga kerja serta meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat ( Soekadijo, 1997:8-9).


Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan kerja sama kepariwisataan regional maupun global ( Nyoman S. Pendit, 1994:15). Surakarta adalah sebuah kota besar di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Nama lainnya adalah Solo atau Sala. Karena dalam keberjalanannya Kota Surakarta telah mendapatkan julukan yang cukup beragam, ada yang menyebut Surakarta sebagai Kota Budaya, Kota Pelesir, Kota Pariwisata, Kota Seniman, Kota Batik, dan lainnya yang mencerminkan perkembangan kota yang pesat dalam menyikapi pertumbuhan peradaban dan kebudayaan.


Identitas sebagai Kota Budaya sangat akrab dan melekat lama di Kota Surakarta. Hal itu tidak lepas dari peninggalan berbagai warisan pusaka (heritage) berupa tangible heritage (bendawi) dan intangible heritage (nonbendawi). Sebuah upaya pelestarian sudah menjadi kehendak seluruh warga Kota Surakarta. Sebab pelestarian warisan pusaka sebagai tanda proses perubahan serta perkembangan kota yang terjadi secara alamiah. Di kota Surakarta terdapat banyak tempat-tempat wisata budaya yang diantaranya adalah Kampung Baluwarti, Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, Kampung Batik Kauman, THR Sriwedari, Museum Radya Pustaka dan Kampung Wisata Batik Laweyan.


Batik merupakan karya seni tradisional yang banyak ditekuni oleh masyarakat Laweyan, maka kampung Laweyan pernah dikenal sebagai kampung “Juragan Batik” dan mencapai kejayaannya pada di era 1970-an. Banyak showroom batik di kampung batik yang menarik dan dapat di kunjungi di salah satu daerah wisata ini.
Kampung Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah.


Menurut RT. Mlayadipuro Pasar Laweyan dulunya merupakan pasar Lawe (bahan baku tenun) yang sangat ramai. Bahan baku kapas pada saat itu banyak dihasilkan dari desa Pedan, Juwiring, dan Gawok yang masih termasuk daerah Kerajaan Pajang. Adapun lokasi pasar Laweyan terdapat di desa Laweyan (sekarang terletak diantara kampung Lor Pasar Mati dan Kidul Pasar Mati serta di sebelah timur kampung Setono). Di selatan pasar Laweyan di tepi sungai Kabanaran terdapat sebuah bandar besar yaitu bandar Kabanaran. Melalui bandar dan sungai Kabanaran tersebut pasar Laweyan terhubung ke bandar besar Nusupan di tepi Sungai Bengawan Solo.


Kampung Laweyan merupakan suatu kelurahan yang luas wilayahnya 24.83 ha dengan penduduk sekitar 2500 jiwa. Laweyan adalah kampung batik tertua di Indonesia. Eksistensi para pengusaha batik/juragan Laweyan sangat terkenal terutama pada jaman keemasan era KH Samanhudi sekitar tahun 1911. Laweyan juga terkenal dengan bentuk bangunan dan kondisi lingkungan yang khas. Arsitektur rumah tinggal di kampung batik ini umumnya di pengaruhi unsure tradisional Jawa, Eropa(Indisch), China dan Islam. Bangunan-bangunan ini dilengkapi dengan pagar tinggi atau “Beteng” yang menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit.


Kawasan sentra industri batik ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546 M. Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi oleh para juragan batik sebagai pemilik usaha batik, sampai sekarang masih terus ditekuni masyarakat Laweyan sampai sekarang. Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik, Kampung Laweyan didesain sebagai kampung batik terpadu, memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 ha yang terdiri dari 3 blok.
Konsep pengembangan ini untuk memunculkan nuansa batik yang dominan yang secara langsung akan mengantarkan para pengunjung pada keindahan seni batik.Di antara ratusan motif batik yang dapat ditemukan di Kampung Batik Laweyan, jarik dengan motif Tirto Tejo dan Truntum jadi ciri khan Batik Laweyan.


Pengelolaan Kampung Batik Laweyan ditujukan untuk menciptakan suasana wisata dengan konsep utama “Rumahku adatah Galeriku”. Artinya rumah memiliki fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi. Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul yaitu “Eksistensi Kampung Wisata Batik Laweyan Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Laweyan Surakarta”.


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana deskripsi lokasi Kampung Wisata Batik Laweyan?
  2. Bagaimana latar belakang Kampung Wisata Batik Laweyan ?
  3. Bagaimana perkembangan Kampung Wisata Batik Laweyan?
  4. Bagaimana dampak perkembangan tersebut terhadap kehidupan  masyarakat Laweyan Surakarta?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :

  • Untuk mengetahui deskripsi lokasi Kampung Wisata Batik Laweyan.
    Untuk mengetahui latar belakang Kampung Wisata Batik Laweyan.
    Untuk mengetahui perkembangan Kampung Wisata Batik Laweyan.
    Untuk mengetahui dampak perkembangan tersebut terhadap kehidupan masyarakat di Laweyan, Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis
    Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
    a. Menambah pengetahuan dan wawasan ilmiah tentang sejarah pada umumnya dan tentang latar belakang Kampung Wisata Batik laweyan pada khususnya.
    b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada setiap pembaca agar digunakan sebagai tambahan bacaan dan sumber data dalam penulisan sejarah.

  2. Manfaat Praktis
    Secara praktis atau aplikasi penelitian ini bermanfaat :
    a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
    b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam sejarah pariwisata yang ada di Indonesia.


LANDASAN TEORI


1. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata diperoleh dari budayawan intelektual atas permintaan Presiden Soekarno kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku ketua DTI (Dewan Tourism Indionesia ) di tahun 1960-an. Secara terpisah kedua orang budayawan yang diminta pertimbangannya adalah Prof. Mr. Moh. Yamin dan Prof. Dr. Prijono. Kedua budayawan tersebut memberi istilah pariwisata untuk menggantikan istilah tourism. Istilah pariwisata terlahir dari bahasa sansekerta yang terdiri dari: pari, wis(man) dan sata. Yang bila dirangkai menjadi pariwisata yang berarti pergi secara lengkap meninggalkan rumah atau kampung halaman berkeliling terus menerus ( Nyoman S. Pendit, 2002:1).


Herman V. Schulalard, seorang ahli ekonomi berkebangsaan Austria, memberikan batasan pariwisata sebagai berikut, pariwisata dalam arti modern adalah gejala zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan, pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, keselarasan, keseragaman dan kenikmatan pada alam semesta. Pada faktor khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan antar negara dan kelas dalam masyarakat sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan ( E.Guyer Freuler dalam Nyoman S. Pendit, 1986:25).


b. Jenis – jenis Pariwisata
Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek moyang pada suatu negara, maka timbullah bermacam-macam dan jenis pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan mempunyai ciri khas tersendiri. Setiap ahli pariwisata tentunya mempunyai pandangan berbeda mengenai jenis dan macam pariwisata, antara ahli pariwisata satu dengan yang lain akan berbeda mengenai pembagian jenis-jenis pariwisata.


Menurut Nyoman S. Pendit (2002:40), selain pembagian jenis pariwisata di atas, pariwisata dapat dibagi dalam beberapa macam pariwisata.. yaitu :

  • 1) Wisata Budaya, perjalanan ini dilakukan untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai cara hidup, kebiasaan, adat istiadat, budaya dan seni masyarakat di lain negara.
  • 2) Wisata Olahraga, wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau mengambil bagian dari pesta olah raga di suatu negara atau tempat.
  • 3) Wisata Komersial, yang termasuk jenis ini adalah perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan panen raya yang bersifat komersial.
  • 4) Wisata Industri, adalah perjalanan yang dilakukan oleh orang awam maupun mahasiswa ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dengan tujuan untuk melakukan peninjauan atau penelitian.
  • 5) Wisata Pertanian, perjalanan wisata yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, pembibitan yang bertujuan untuk penelitian maupun menikmati lingkungan.
  • 6) Wisata Buru, jenis wisata ini banyak dilakukan di negara-negara yang memiliki daerah tempat berburu yang dibenarkan dan digalakkan oleh pemerintah.
  • 7) Wisata Pilgrim, jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayan umat atau kelompok dalam masyarakat.
  • 8) Wisata Bulan Madu yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan pengantin baru.
  • 9) Wisata Petualangan. Dikenal dengan Adventure Tourism, seperti masuk hutan belantara yang belum pernah dijelajahi.

c. Wisatawan

1) Pengertian Wisatawan
Dalam rangka lalu lintas kepariwisataan adanya wisatawan dapat dihubungkan dengan keperluan statisktik sebagai alat untuk pengambil keputusan dalam menentukan kebijaksanaan mengenai pengembangan kepariwisataan. Wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinnya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur, yang tertarik perjalanan umumnya dengan motivasi perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung di masa yang datang (Oka A. Yoeti, 1993:127).


Wisatawan adalah semua orang yang memenuhi syarat, yaitu mereka meninggalkan rumah untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari nafkah di tempat tersebut ( Nyoman S. Pendit, 1990:37).


Cohen dalam Rose dan Marianto (1998:5), mengemukakan bahwa “wisatawan adalah pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk sementara saja, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berutang”. Sedangkan Karyono (1997:2) mengemukakan “wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.


2) Jenis dan Macam Wisatawan
Oka A. Yoeti (1993:131-133) berpendapat bahwa berdasarkan sifat perjalanan dan ruang lingkup di mana perjalanan wisata itu dilakukan, maka wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  • a) Wisatawan Asing (foreign tourist). Yaitu orang asing yang melakukan kunjungan wisata ke negara lain.
  • b) Domestic Foreign Tourist. Yaitu orang yang berdiam di suatu negara dan dia melakukan perjalanan wisata dimana ia tinggal.
  • c) Domestic Tourist. Yaitu wisatawan dalam negeri yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya.
  • d) Indigenous Foreign Tourist. Yaitu warga negara tertentu yang karena tugas berada di luar negeri, kemudian pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di negaranya sendiri.
  • e) Transit Tourist. Yaitu wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata dan singgah pada suatu pelabuhan, bandara atau stasiun yang bukan karena kemauannya sendiri.
  • f) Business Tourist. Yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata setelah tujuan utamanya selesai.
    d. Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan (Oka A. Yoeti, 1993:181).


Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Salah Wahab dalam Nyoman S. Pendit (2002:80), membagi sarana dan prasarana pariwisata menjadi tiga bagian penting yaitu :

  • 1) Receptive Tourist Plant. Yaitu segala bentuk badan usaha yang kegiatannya khusus untuk menyambut kedatangan wisatawan. Termasuk di dalamnya yaitu: Travel Agent dan Tour Operator.
  • 2) Residental Tourist Plant . Yaitu semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan untuk dapat menginap dan tinggal untuk sementara waktu. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua bentuk akomodasi untuk wisatawan, yaitu: hotel, wisma, restoran dan rumah makan.
  • 3) Recreative and Sportive Plant. Yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olah raga. Misalnya: fasilitas golf, kolam renang, lapangan tenis dan fasilitas lainnya.

2. Masyarakat

Manusia merupakan makhluk sosial, artinya bahwa masyarakat tidak dapat hidup sendiri. Ada ketergantungan antara manusia satu dengan manusia yang lain sehingga menyebabkan ketergantungan antar manusia. Masyarakat menyadari, bahwa manusia sebagai pribadi atau individu hidup di dalam suatu kebudayaan yang memperlakukan manusia sebagai makhluk yang mampu untuk mengarahkan dirinya di dalam kehidupan dan yang menjadi unsur dinamis di dalam peristiwa-peristiwa sosial. Manusia sebagai individu juga mempunyai kedudukan dan peran tertentu di dalam pergaulannya yaitu dalam masyarakat, sebagai suatu bentuk pergaulan hidup tertentu ( Soerjono Soekanto, 1983:9). Salah satu definisi masyarakat pada awalnya adalah “a union of families” yaitu masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari keluarga-keluarga. Awal dari masyarakat adalah hubungan dari individu-individu, kemudian kelompok yang lebih besar lagi menjadi satu kelompok besar orang-orang yang disebut dengan masyarakat ( Khairuddin. M, 2001:34).


Koentjaraningrat (1990:144) mengemukakan “masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi”. Hal yang berbeda diungkapkan Max Weber dalam bukunya Daljoeni (1997:33), menyimpulkan bahwa “masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan (agamawi) dan nilai-nilai yang dominan dari warganya”. Sedangkan Karl Marx, melihat masyarakat sebagai suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh kebudayaan yang mereka anggap sama” ( Poerwadarminta, 1993:157). Masyarakat juga merupakan suatu kesatuan fungsional, struktural, dan harmonis, selain itu adanya ketegangan dan konflik hanya peristiwa yang kebetulan saja. Masyarakat dalam ekologi sosial disebut juga dengan community yaitu kehidupan bersama yang berdasarkan teritorial, jadi bisa berupa kota, desa, metropol, dan benua yang bahkan seluruh dunia ( Daljoeni, 1997:34). Pelly dan Menanti (1994:137) mengemukakan hakekat “masyarakat adalah sekumpulan manusia yang memiliki budaya sendiri dan bertempat tinggal didaerah teritorial yang tertentu”. Anggota masyarakat itu memiliki rasa persatuan dan menggangap mereka memiliki identitas tersendiri.


Koentjaraningrat (1990:239) juga mengatakan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul dan berinteraksi merupakan masyarakat, karena satu masyarakat harus mempunyai satu ikatan lain yang khusus. Ikatan khusus yang membuat satu kesatuan manusia menjadi satu masyarakat yaitu :

  1. Pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan itu.
  2. Pola itu harus bersifat mantap dan kontinyu (terus menerus), atau dengan kata lain pada khas itu sudah menjadi adat istiadat yang khas.
  3. Adanya satu rasa identitas diantara para warga atau anggotanya bahwa mereka merupakan satu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lain.

Adanya perbedaan lingkungan alam dan kompleksitas kebutuhan manusia di muka bumi menjadikan kehidupan manusia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa berdasarkan sejumlah kriteria. Seperti yang dikemukakan oleh Hendropuspito O.C (1989:90), bahwa klasifikasi masyarakat dibagi dalam :

  • Masyarakat Sederhana dan Masyarakat Maju (berkembang).
    1) Masyarakat Sederhana ditandai dengan tidak adanya pembagian kerja yang cermat. Setiap orang melakukan semua pekerjaan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhannya. Dengan kata lain setiap orang dapat mengerjakan segala jenis pekerjaan.
    2) Masyarakat Maju. Masyarakat ini ditandai dengan adanya pembagian kerja yang terinci dan kekhususan yang teliti. Anggota-anggota masyarakat sedemikian ini hanya tahu menjalankan satu jenis pekerjaan atau satu profesi saja.
  • Masyarakat Ekonomi.
    Masyarakat ini seluruh aktifitas segenap penduduk ditentukan pada keberhasilan ekonomi sebagai puncak tertinggi. Tinggi rendahnya status sosial serta jabatan di dalam masyarakat diukur menurut tinggi rendahnya prestasi ekonomi.
  • Masyarakat Agama
    Klasifikasi ini ditandai apabila agama merupakan kekuatan terbesar yang menentukan jalannya segala bidang kehidupan dalam masyarakat baik politik, ekonomi, pendidikan, cara berfikir dan bertindak harus berpedoman pada ajaran agama.
  • Masyarakat Totaliter
    Yaitu apabila dalam masyarakat, kekuasaan politik berada dalam satu kelompok pemerintahan yang mengatur semua kelompok-kelompok lain serta lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat itu secara terpusat dan ketat.
  • Masyarakat Demokrasi
    Yaitu ditandai dengan adanya kekuasaan tertinggi di tangan rakyat dan adanya pengakuan persamaan hak dan persamaan martabat semua manusia.

Tujuan utama kelompok manusia yaitu guna mewujudkan hidup bersama yang lebih sempurna dalam segala aspeknya, maka dari itu masyarakat mempunyai tugas pokok bagi anggota masyarakatnya. Mengenai tugas pokok masyarakat antara lain:

  1. Melestarikan eksistensi penghuninya sebagai satu bangsa yang sejahtera. Tugas yang besar ini meliputi pengadaan sarana-sarana dasar dengan tingkat kepastian yang tinggi dan yang dapat menjamin tercapainya sandang, pangan dan pemukiman yang cukup, keamanan, dan ketentraman yang langgeng serta proreaksi warga masyarakat baru.
  2. Mengatur pembagian tugas. Masyarakat sebagai kesatuan organisme sosial mengemban serangkaian tugas yang harus diselesaikan melalui warganya. Pembagian tugas yang begitu penting sekaligus kompleks tidak dapat diserahkan pada kemauan-kemauan masyarakat. Untuk itu harus ada skema yang menyeluruh, berdasarkan skema tersebut masyarakat membagi-bagikan tugas pada kesatuan-kesatuan bakat, pendidikan, dan keterampilan yang dibina oleh kesatuan yang bersangkutan.
  3. Mempersatukan warga masyarakat. Nilai persatuan dan kesatuan yang telah mengambil keputusan untuk hidup bersama dalam kesatuan yang lebih luas guna mencapai tujuan bersama ( Hoogevt, 1985:35).

3. Perubahan Sosial Ekonomi

Manusia yang dikaruniai akal dan pikiran oleh Tuhan dalam hidupnya pasti akan mengalami suatu perubahan. Perubahan yang terjadi pada prinsipnya merupakan suatu proses yang terus menerus. Artinya bahwa perubahan itu akan dapat terjadi secara lambat maupun terjadi secara cepat.


Menurut Mac Iver dalam Soerjono Soekanto (1986:264) “perubahan sosial adalah sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap hubungan keseimbangan social”. Soerjono Soekanto (1986:41) memberikan definisi “perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga sosial yang mempengaruhi sistem sosial termasuk di dalamnya nilai, sikap dan perilaku di antara kelompok dalam suatu masyarakat”.


Perubahan sosial sebagai bagian dari proses sosial yang mencakup perubahan dalam struktur fungsi, budaya kelompok manusia dan lembaga kemasyarakatan (Daldjoeni, 1979:2). Selain itu perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial adalah proses sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat yang didukung oleh sebagaian besar anggota masyarakat yang merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilan (Nursid Kusumaatmaja,1986:79 )


Dari beberapa pendapat mengenai perubahan sosial di atas dapat diketahui bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat yang meliputi perubahan di dalam adalah lembaga masyarakat. Perubahan ini akan diikuti oleh perubahan sosial lainnya sehubungan dengan adanya dinamika anggota masyarakat dan dilakukan oleh sebagian besar anggota masyarakat.


Dalam konteks sosial ekonomi, perubahan mempunyai pengertian sebagai proses pergeseran atau perkembangan masyarakat dalam aspek sosial dan aspek ekonomi dari suatu kondisi tertentu menjadi kondisi yang lain, berupa kemajuan dan penurunan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa tertentu.


B. Kerangka Berfikir

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu  maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Kerangka Berfikir

Keterangan:

Batik merupakan salah satu benda budaya yang ada di kota Surakarta. Masyarakat Laweyan sebagian besar merupakan pedagang dan pengrajin batik sehingga sebagian masyarakat Laweyan masih melestarikan benda budaya tersebut dan juga sebagai mata pencaharian utama masyarakat Laweyan. Di Surakarta, Laweyan dikenal sebagai daerah para pengrajin batik.


Untuk dapat meningkatkan pendapatan dan juga melestarikan benda budaya sehingga pemerintah kota Surakarta menjadikan wilayah Laweyan sebagai tempat wisata batik dengan konsep rumah sebagai galeri dengan nama Kampung Wisata Batik Laweyan.


Kampung Wisata Batik Laweyan merupakan wadah bagi para pengrajin batik yang ada di Laweyan untuk memasarkan hasil kerajinannya sehingga para pedagang juga memperoleh pendapatan dari Kampung Wisata Batik Laweyan.  Kampung Wisata Batik Laweyan mempengaruhi kehidupan ekonomi dan juga social masyarakat sekitarnya.


METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian

  1. Tempat Penelitian
    Tempat penelitian sangat menentukan diperolehnya informasi untuk menyampaikan kebenaran dari suatu penelitian. Tempat penelitian yang akan peneliti gunakan adalah Desa Laweyan, Kecamatan Laweyan, Surakarta.
  2. Waktu Penelitian
    Waktu penelitian merupakan jangka yang peneliti gunakan untuk kepentingan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini waktu yang digunakan penulis adalah sejak pengajuan judul pada bulan September 2010 sampai selesai.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian
Penelitian dengan judul Eksistensi Kampung Wisata Batik Laweyan dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Laweyan Surakarta merupakan penelitian yang akan mengungkap perubahan sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.


Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Lexy J. Maleong, 2002:3). Dalam metode penelitian deskriptif, data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari obyek yang diamati maupun orang yang diwawancarai merupakan sumber data utama.


Sedangkan Kirl dan Miller yang dikutip oleh Maleong (2002:3), mendiskripsikan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Disebut penelitan kualitatif deskriptif, karena data yang dianalisis tidak menerima atau menolak hipotesis jika ada.
Sesuai dengan pendapat di atas, maka bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang mengambil masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dengan menggambarkan obyek yang menjadi pokok permasalahannya dengan mengumpulkan, menyusun, menganalisis dan menginterpretasikan ke dalam bentuk laporan.


2. Strategi Penelitian
Dalam pemilihan strategi penelitian menjelaskan bagaimana tujuan penelitian akan dicapai dan juga bagaimana masalah yang dihadapi di dalam penelitian akan dikaji dan dipecahkan untuk dipahami.


Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus terpancang tunggal. Pendekatan kasus terpancang merupakan suatu cara untuk mendapatkan data dalam bentuk kesatuan watak dari obyek yang diteliti (Goede, 1952:331). Dikaitkan dengan lokasi penelitian yang tunggal, maka penelitian ini merupakan studi kasus tunggal yang terpancang atau embeded case study. Menurut H.B. Sutopo (2002:15), studi kasus tunggal terpancang adalah penelitian hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu obyek).


Aspek-aspek tunggal dapat berupa satu orang atau lebih, satu kelompok atau lebih, satu organisasi atau lebih, satu desa, satu kecamatan, kabupaten, propinsi, negara, bangsa atau lebih, tergantung adanya kesamaan karakteristiknya atau adanya keseragaman dalam banyak hal. Sedangkan terpancang artinya hanya mengkaji satu masalah saja dan sudah menentukan fokus penelitiannya berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan tujuan dan minat penelitinya (H.B. Sutopo, 2002:30), sehingga fokus studi dalam penelitian ini adalah studi tentang perubahan sosial ekonomi masyarakat.


C. Sumber Data

Menurut H. B. Sutopo (2002) bahwa “Dalam penelitian kualitatif, sumber datanya dapat berupa manusia, pertanyaan dan tingkah laku, doikumen dan arsip atau benda lain”. Sedangkan menurut Lofland, “ Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen”. (Lexi J. Moleong, 2001). Dalam penelitian ini sumber data diperoleh melalui :

  • 1. Informan
    Lexi J. Moleong (2001: 45) mengatakan bahwa yang disebut informan adalah “Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Dalam penelitian ini orang yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data serta mengetahui permasalahan yang akan dikaji adalah : tokoh formal masyarakat Laweyan dan anggota masyarakat Laweyan perajin batik.
  • 2. Tempat dan Peristiwa
    Sumber data lain adalah tempat dan peristiwa. Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya.
    Dalam penelitian ini, sebagai informasinya dapat digali dari pengamatan secara cermat mengenai kondisi dan kelengkapan lokasi, atau tempat yang merupakan bagian dari kehidupan warga masyarakat Laweyan sehari-hari. Sedangkan dari peristiwa aktivitas dalam penelitian ini, peneliti mengetahui perubahan social ekonomi masyarakat Laweyan.
  • 3. Dokumen dan Arsip
    H. B. Sutopo (2002: 54) mengemukakan bahwa “Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sering sangat penting artinya dalam penelitian kualitatif. Terutama bila sasarannya terarah pada latar belakang dengan kondisi peristiwa yang terkini yang sedang dipelajari”.
    Dalam penelitian ini dokumen dan arsip menyangkut informasi tentang data demografi di daerah penelitian antara lain meliputi data social ekonomi dan data fisik secara terperinci yaitu luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk, jumlah kepala keluarga, jumalah penduduk menurut umur dan jenis kelamin, menurut mata pencaharian, menurut tingkat pendidikan dan menurut agama.

D. Teknik Sampling

Hadari Nawawi (1993: 152) menjelaskan “Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sample yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebarannya populasi agar diperoleh sampel yang representative atau benar-benar mewakili populasi”. “Dalam purposive sampling, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap” (H. B. Sutopo, 2002: 56).


Bertolak dari penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini bentuk sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data.


E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data yang diperoleh menjadi sempurna dan dapat dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

  • a. Wawancara Mendalam
    Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis berdasarkan pada tujuan penelitian. Lexi J. Moleong (2001: 35) mendefinisikan wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan dengan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik dengan wawancara langsung.
  • b. Observasi
    Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Observasi ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung dilakukan terhadap obyek ditempat berlangsungnya kegiatan, sehingga observer cberada bersama obyek yang diteliti (Hadari Nawawi, 1993). Dengan observasi dapat memudahkan bagi peneliti untuk mendapatkan data secara mendalam, sebab peneliti sudah melihat sendiri bagaimana keadaan obyek tersebut.
  • c. Analisis Dokumen
    Dalam penelitian ini, disamping peneliti berusaha mengumpulkan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, maka juga menggunakan analisis dokumen sebagai bahan tertulis untuk melengkapi data-data yang dianggap masih kurang. Cara yang dilakukan adalah dengan mencari teori atau membaca dokumen dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

F. Validitas Data

Validitas data adalah kebenaran dalam kancah penelitian, dimana kebenaran data dalam penelitian itu sangat diperlukan agar hasil penelitian tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode trianggulasi data dan review informan dalam menguji keabsahan data. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

  • 1. Trianggulasi Data
    Dengan menggunakan berbagai sumber data untuk memperoleh data yang sama supaya lebih meyakinkan kebenaran data tersebut. Jadi data dan informasi yang diperoleh dapat diuji dan dicocokkan dari data informasi yang lain. Dengan demikian peneliti menggunakan beberapa sumber data atau mewawancarai beberapa orang untuk memperoleh data yang benar.
  • 2. Review Informan
    Penelitian ini mengadakan pengecekan data dengan cara mengadakan diskusi dengan para narasumber data di lapangan guna memeriksa ulang atas informasi yang telah diberikan sebelumnya. Dengan kata lain peneliti akan mencocokkan data yang sudah diperoleh dengan narasumber yang berada di lapangan.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Lexi J. Moleong (2001: 103), pengertian analisis data adalah “Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam bentuk suatu pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan rumusan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data”.


Teknik analisis yang penulis gunakan adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis data yang didasarkan pada hubungan antara fakta satu dengan fakta yang lain secara hubungan sebab akibat untuk menerangkan suatu peristiwa. Analisis kualitatif yang peneliti gunakan adalah teknik analisis interaktif yang merupakan proses siklus yang bergerak diantara ketiga komponen pokok yaitu reduksi atau seleksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.


Adapun skema model analisis interaktif menurut H. B. Sutopo (2002 : 187) yaitu sebagaiberikut :

Teknik Analisis Data


H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah secara rinci dalam penelitian dari awal sampai akhir. Adapun langkah-langkah prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • a. Penulisan proposal pengurusan perijinan
    Setelah judul penelitian disetujui atau ditentukan dilanjutkan dengan penulisan proposal yang berisi garis besar penelitian. Langkah selanjutnya mengadakan langkah pelaksanaan yaitu dengan mengurus perijinan penelitian.
  • b. Pengumpulan data dan analisis awal
    Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian termasuk dalam hal ini mengadakan wawancara dengan informan dan mengadakan observasi terhadap sumber-sumber tertulis yang ada kaitannya dengan topic dalam penelitian sebagai data.
  • c. Analisis akhir dan penarikan kesimpulan
    Data yang sudah tersusun rapi merupakan bagian dari analisis awal, maka kegiatan selanjutnya merupakan analisis akhir dengan mengorganisasikan dan mengurutkan data pola dalam uraian dasar sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.
  • d. Penulisan laporan dan perbanyakan laporan
    Dari data yang sudah disusun berdasarkan pedoman penelitian kualitatif, maka akan dapat diambil sebuah laporan penelitian sebagai karya ilmiah, yang sebelumnya melalui proses pengujian terlebih dahulu.

Dari uraian di atas, maka dapat digambarkan skema prosedur penelitian sebagai berikut
Prosedur Penelitian

 


 

DAFTAR PUSTAKA

  • Bambang Prasetyo & Lina Miftanul Jannah (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo.
  • Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
  • Widodo, T. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Surakarta.:LPP UNS Press
  • Creswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka pelajar
  • Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
  • Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : ALFABETA CV
  • Yusuf, A Muri. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Padang : UNP Press
  • Hadari Nawawi. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
  • Heribertus Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press
  • Koentjoroningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
  • Koentjoroningrat. 1984. Kebudayaan Jawa . Jakarta: Balai Pustaka.
  • Lexi J. Moleong, M. A. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya
  • Peursen, C. A. Van. 1976. Strategi Kebudayaan (Terjemahan Dick Hartoko). Yogyakarta: Kanisius
  • Soerjono Soekanto. 1995. Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari