Definisi Hubungan Struktur Sosial Dengan Mobilitas Sosial

Diposting pada

Struktur-Sosial-Dengan-Mobilitas-Sosial

Pengertian Mobilitas Sosial

Berasal dari bahasa Latin mobilis yang artinya mudah dipindahkan, banyak gerak, atau bergerak. Jadi, mobilitas sosial adalah gerak yang menghasilkan perpindahan yaitu perpindahan dari lapisan satu ke lapisan yang lain atau dari  satu dimensi ke dimensi yang lain. Istilah mobilitas sosial diartikan pada perpindahan sosial, istilah gerak sosial atau gerakan sosial.


Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Menurut Soerjono Sokanto gerak social mobility adalah suatu gerak dalam struktue organisasi suatu kelompok sosial.


Mobilitas sosial tidak selalu diartikan sebagai bentuk perpindahan dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi, karena mobilitas sosial sesungguhnya dapat berlangsung dalam dua arah. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan penghasilan yang dialami individu atau seluruh anggota kelompok.


Perubahan dalam mobilitas ditandai oleh perubahan struktur sosial yang meliputi hubungan antar individu dalam kelompok dan antara individu dengan kelompok. Baik mobilitas individu maupun kelompok sama-sama memiliki dampak sosial. Keduanya membawa pengaruh bagi perubahan struktur masyarakat yang bersangkutan. Mobilitas sosial terkait erat dengan sertifikasi sosial karena mobilitas sosial merupakan gerak perpindahan dari satu strata sosial ke strata sosial yang lain.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Jenis Pengendalian Sosial Beserta Penjelasannya


Ciri – Ciri Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial memiliki sejumlah karakteristik yaitu di antaranya:

  1. Mobilitas sosial dapat melibatkan individu atau sekelompok individu dalam masyarakat.
  2. Mobilitas sosial dapat berlangsung secara vertikal (ke atas dan bawah) maupun horizontal.
  3. Mudah-tidaknya individu atau sekelompok individu melakukan mobilitas sosial tergantung pada struktur sosial masyarakatnya.
  4. Perubahan dalam mobilitas sosial ditandai oleh perubahan struktur sosial yang meliputi hubungan antar individu dalam kelompok dan antara individu dengan kelompok.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Penjelasan Peran Sosial Beserta Jenis dan Macam


Jenis-Jenis Mobilitas

  • Mobilitas Vertikal

Mobilitas vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari satu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Dibagi menjadi dua, yaitu


a. Mobilitas Vertikal Naik
Dibagi ke dalam dua bentuk:

  1. Masuknya individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan lebih tinggi yang telah tersedia (ex: seorang bpati terpilih menjadi gubernur, seorang manager diangkat menjadi direksi)
  2. Pembentukan kelompok baru yang ditempatkan pada derajat lebih tinggi dari kedudukan pembentuk kelompok tersebut(ex: dewan pengurus suatu organisasi yang dibentuk melalui rapat anggota.

Faktor yang menyebabkan adalah kemajuan industri, banyaknya peserta didik, komunikasi massa, urbanisasi, dan mobilitas geografis.


b. Mobilitas sosial vertical turun
Dibagi ke dalam dua bentuk:

  • Perpindahan kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya (ex: seorang hakim menjadi narapidana karena kasus penyuapan, DPR yang dipecat karena korupsi)
  • Turunnya derajat sekelompok individu berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.

Faktor penyebab : pendidikan yang tidak memadai, menikah terlalu muda, meningkatnya jumlah keluarga besar, dan dilahirkan dalam suatu keluarga yang sangat besar.


  • Mobilitas Horizontal

Mobilitas horizontal adalah peralihan individu atau objek-objek sosial dari satu kelompok ke kelompok lain yang sederajat. (ex : guru SMK menjadi guru SMA, petani neralih profesi menjadi pedagang hasil pertanian).


  • Mobilitas intragenerasi dan antargenerasi

Mobilitas intragenerasi adalah perpindahan dari satu lapisan atau kelompok sosial ke lapisan atau kelompok sosial lainnya yang dialami seseorang dalam masa hidupnya (ex: guru biasa jadi kepsek, karyawan biasa menjadi manager perusahaan).


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Konflik Sosial : Pengertian, Macam, + 5 Faktor Penyebabnya


Faktor Mempengaruhi Mobilitas Sosial

  1. Perubahan kondisi sosial
    Dalam hal ini terjadi perubahan di dalam/ di luar masyarakat itu sendiri, sehingga struktur kelas dan kasta dalam masyarakat dapat berubah. Sebagai contoh, kemajuan dalam bidang teknologi yang digunakan dalam perindustrian dapat membuka kemungkinan terjadinya mobilitas ke atas.

  2. Ekspansi teritorial dan gerak penduduk
    Pada ekspansi teritorial dan gerak penduduk terjadi tiga mobilitas sosial, yaitu mobilitas geografis(dari desa ke kota),mobilitas horizontal(dari profesi petani menjadi pedagang), dan mobilitas vertikal naik(dari orang miskin menjadi orang kaya).


  3. Pembatasan komunikasi
    Situasi-situasi yang membatasi komunikasi di antara anggota strata sosial yang berbeda akan menghalangi pertukaran pengetahuan dan pengalaman diantara mereka, sehingga itu dapat menjadi penghalang terjadinya mobilitas sosial.


  4. Pembagian kerja
    Jika dalam masyarakat terjadi spesialisasi kerja ketat,tingkat mobilitas sosial akan menjadi lemah, sehingga akan menyulitkan seseorang berpindah dari profesi yang satu ke profesi yang lain dan juga dapat memperlemah perpindahan strata yang satu ke strata yang lain.


  5. Tingkat natalitas (kelahiran)
    Tingkat kelahiran yang tinggi dari kelas yang lebih rendah akan membatasi anggota-anggota keluarga meningkat secara sosial, karena rendahnya tingkat ekonomi mereka, sehingga mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Penjelasan Fungsi Pengendalian Sosial


Saluran Mobilitas Sosial Vertikal

  • Angkatan bersenjata
    Seorang prajurit (militer) yang berpangkat rendah, tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan pangkatnya ke jenjang yang lebih tinggi, karena mereka dianggap telah berjasa kepada negara yang dibelanya.

  • Lembaga keagamaan
    Dalam lembaga keagamaan, para pemuka agama biasanya menempati kedudukan sosial tinggi dalam masyarakat, tetapi belum tentu mereka berasal dari keluarga yang berkedudukan sosial tinggi. Mereja masuk dalam status sosial yang tinggi karena peranannya dalam kelompok agama.


  • Lembaga pendidikan
    Karena pendidikan, kedudukan sosial seseorang dapat bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Misalnya, anak buruh dapat melanjutkan pendidikan tinggi karena mendapat beasiswa, sehingga setelah ia lulus ia dapat mencari pekerjaan yang bisa mengangkatnya pada kedudukan sosial lebih tinggi.


  • Organisasi politik
    Partai politik (Parpol) dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk menempati kedudukan sosial yang tinggi. Sebagai contoh, seorang anggota partai politik yang menonjol, karier politiknya dapat naik dengan cepat.


  • Organisasi ekonomi
    Orang-orang kaya akan menduduki lapisan sosial atas, sebaliknya orang-orang miskin akan menduduki lapisan sosial bawah. Oleh karena itu, organisasi ekonomi seperti BUMN, Persero, dan PT dapat menjadi saluran untuk mobilitas vertikal naik.


  • Organisasi keahlian
    Banyak sarjana membentuk wadah/ perhimpunan untuk menampung mereka yang memiliki keahlian tertentu, misalnya PII (Persatuan Insinyur Indonesia), IDI (Ikatan Dokter Indonesia), ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia), dll.


  • Saluran lainnya
    Masih banyak lagi saluran yang dapat menjadi saluran untuk mobilitas vertikal naik, misalnya perkawinan.

  1. Angkatan bersenjata
    Seorang prajurit (militer) yang berpangkat rendah, tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan pangkatnya ke jenjang yang lebih tinggi, karena mereka dianggap telah berjasa kepada negara yang dibelanya.

  2. Lembaga keagamaan
    Dalam lembaga keagamaan, para pemuka agama biasanya menempati kedudukan sosial tinggi dalam masyarakat, tetapi belum tentu mereka berasal dari keluarga yang berkedudukan sosial tinggi. Mereja masuk dalam status sosial yang tinggi karena peranannya dalam kelompok agama.


  3. Lembaga pendidikan
    Karena pendidikan, kedudukan sosial seseorang dapat bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Misalnya, anak buruh dapat melanjutkan pendidikan tinggi karena mendapat beasiswa, sehingga setelah ia lulus ia dapat mencari pekerjaan yang bisa mengangkatnya pada kedudukan sosial lebih tinggi.


  4. Organisasi politik
    Partai politik (Parpol) dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk menempati kedudukan sosial yang tinggi. Sebagai contoh, seorang anggota partai politik yang menonjol, karier politiknya dapat naik dengan cepat.


  5. Organisasi ekonomi
    Orang-orang kaya akan menduduki lapisan sosial atas, sebaliknya orang-orang miskin akan menduduki lapisan sosial bawah. Oleh karena itu, organisasi ekonomi seperti BUMN, Persero, dan PT dapat menjadi saluran untuk mobilitas vertikal naik.


  6. Organisasi keahlian
    Banyak sarjana membentuk wadah/ perhimpunan untuk menampung mereka yang memiliki keahlian tertentu, misalnya PII (Persatuan Insinyur Indonesia), IDI (Ikatan Dokter Indonesia), ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia), dll.


  7. Saluran lainnya
    Masih banyak lagi saluran yang dapat menjadi saluran untuk mobilitas vertikal naik, misalnya perkawinan.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 5 Pengertian Teori Pertukaran Sosial Menurut Para Ahli


Dampak Mobilitas Sosial

  • Dampak Mobilitas Vertikal

Menurut David Papence (1983), mobilitas vertical menurun dapat menyebabkan stres dan gangguan mental yang serius.Hasil penelitian warren breed mencatat bahwa tingkat bunuh diri yang dilalukan oleh orang yang mengalami mobilitas vertikal turun dibandingkan mereka yang mengalami mobilitas vertikal naik. Mobilitas vertikal naik menyebabkan stres dan gangguan mental, serta efek-efek yang tidak diinginkan lainnya. Menurut Kessin (1971), orang yang sangat “mobil”, yaitu mereka yang mengalami mobilitas vertikal naik melewati dua level strata/ lebih,menunjukan tingkat kecemasan lebih tinggi daripada mereka yang meningkat secara perlahan.


Peter blau (1967) menyimpulkan bahwa orang-orang yang mengalami mobilitas vertikal naik/ turun menghadapi masalah dalam berelasi dengan orang lain masyarakat tertutup ternyata mempunyai masalah sosial yang lebih berat. Status sosial dalam masyakarat sosial tertutup biasanya diperoleh dari keturunan. Ayah dan ibu dengan bakat yang luar biasa mungkin memiliki keturunan dengan bakat yang biasa-biasa saja/ tidak memiliki bakat sama sekali, sebagai contoh raja dengan kemampuan yang luar biasa bisa membawa kerajaan ke masa kejayaan, tetapi keturunannya yang menggantikan posisinya belum tentu memliki kemampuan yang sama, akibatnya kerajaan itu mengalami kemunduran lalu hilang digantikan oleh kerajaan lain.


Karena itu, pada masyarakat maju selalu terbuka jalan untuk pengambilalihan posisi penting dari mereka yang lahir dalam kelas sosial atas, namun tanpa kemampuan memadai, lalu diambil alih oleh individu-individu yang cakap dari kelas sosial yang lebih rendah. Masyarakat tertutup tidak memiliki kesempatan seperti ini, mereka lebih cenderung sewenang-wenang memperlakukan sumber daya manusia.


  • Dampak mobilitas geografis

Mobilitas penduduk/ geografis membawa dampak bagi daerah baru tempat penduduk tersebut bermukim dan bagi daerah asalnya. Urbanisasi besar-besaran, terutama ke kota-kota besar, dapat menimbulkan beragam masalah sosial. Tingkat urbanisasi yang tinggi membawa masalah kependudukan, baik bagi daerah asal/ daerah tujuan.


Di kota-kota yang menjadi tujuan urbanisasi terjadi ledakan jumlah penduduk, yang dapat menimbulkan masalah kemiskinan, permukiman kumuh, kesehatan, keamanan, tata kota yang semrawut, kebersihan, dan lain-lain. Sementara itu, daerah asal bisa saja kekurangan sumber daya manusia untuk mengelola sumber daya alamnya. Proses transmigrasi dalam banyak hal memang telah berjasil mengatasi masalah konsentrasi kepadatan penduduk, masalah pengangguran, dan perbaikan kesejaheraan, namun di beberapa tempat timbul masalah yang berkaitan dengan hubungan antara pendatang dan penduduk setempat yang akan menimbulkan konflik antara penduduk pendatang dan penduduk setempat.


Orang kaya,misalnya. Mereka termasuk lapisan sosial atas, namun tiba-tiba bangkrut dan jatuh miskin, sehingga mereka takut dengan status sosialnya yang baruyaitu sebagai anggota kelas sosial bawah,karena merekaharus beradaptasi dengan gaya hidup kelas sosial bawah. Setelah terbiasa dengan gaya hidup kelas sosial yang baru, orang-orang yang beralih kelas sosial (mengalami mobilitas sosial) mulai merasa aman dan berakhir konflik bantinnya. Bersamaan dengan pembiasaan itu ia mulai membangun pola-pola relasi baru untuk mengakhiri beragam konflik dengan pihak lain akibat mobilitas yang dialami.


Konflik-konflik dengan pihak-pihak lain, baik itu konflik antar indivdu, konflik antar kelompok, konflik antarkelas, maupun konflik antargenerasi bisa mereda bila pihak-pihak yang berkonflik menyesuaikan diri pada suatu keadaan yang memungkinkannya bekerja sama. Penyesuaian ini dinamakan akomodasi. Akomodasi adalah usaha manusia untuk meredakan suatu pertikian atau konflik dalam rangka mencapai kestabilan. Pihak yang berkonflik saling menyesuaikan diri, sehingga tercipta kerja sama.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 6 Pengertian Ilmu dan Nilai Sosial Menurut Para Ahli Sosial Dasar


Pengertian struktur sosial

Struktur sosial merupakan tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosal yang mengacu pada suatu keteraturan perilaku di dalam masyarakat.


Struktur sosial berkaitan dengan posisi-posisi individu atau kelompok dalam masyarakat. Kalau dalam ruang geografi seseorang atau sekelompok orang memiliki lokasi/tempat tinggal atau dalam bahasa yang lebih populer ”alamat”, maka dalam ruang sosial seseorang juga memiliki ”lokasi”, ”tempat”, atau ”alamat”.  Anda dan keluarga Anda memiliki posisi tertentu dalam struktur sosial, posisi itu sering disebut sebagai status atau kedudukan sosial.  SMA di mana Anda sekarang ini bersekolah juga memiliki posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.


Bagaimana mengetahui posisi kita? Sama dengan ruang geografik,  ruang sosial juga memiliki dimensi horizontal dan vertikal. Di ruang geografik seseorang memiliki alamat ”Jl. Sultan Agung Nomor 8 Lantai 7”, maka di ruang sosial seseorang dapat memiliki alamat ”orang tua atau muda, beragama Islam, Kristen-Protestan, Kristen-Katholik, Hindu, atau Budha, bekerja sebagai petani, pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, atau bekerja di sektor nonformal perkotaan, miskin, setengah kaya, atau kaya raya, berbudi bekerti luhur dan berhati mulia atau dikenal sebagai penjahat, pengikut setia Bung Karno,  Bung Hatta,  Gus Dur,  Amien Rais, atau yang lain, dan seterusnya.


Dalam ruang imaginer ”struktur sosial”, setiap orang punya tempat tinggal, dan sama dengan di ruang geografi, tempat tinggal itu dapat berubah-ubah.  Orang dan sekelompok orang dapat bermigrasi dalam ruang geografi, dari Jawa ke Sumatra, atau sebaliknya. Maka, dalam ruang sosial, orang atau sekelompok orang dapat mengalami ”mobilitas sosial”, dari orang kaya menjadi orang miskin, atau sebaliknya, dari orang miskin menjadi orang kaya. Dari pemimpin menjadi orang biasa. Dari orang baik menjadi orang jahat, atau sebaliknya dari orang jahat menjadi orang baik.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Sistem Sosial Budaya Indonesia Menurut Para Ahli Budaya


Analogi struktur sosial

Apabila masyarakat diumpamakan sebuah bangunan, maka struktur sosial masyarakat tersebut adalah kerangka sebuah bangunan yang terdiri dari kayu, besi, dan komponen-komponen bangunan lainnya. Komponen-komponen tersebut jalin menjalin membentuk suatu bangunan. Bangunan tersebut tidak dapat berdiri kokoh apabila salah satu
atau beberapa komponen yang dibutuhkan untuk membuat bangunan tersebut tidak ada.


Ciri – ciri struktur sosial

Adapun ciri-ciri struktur sosial antara lain sebagai berikut :

  1. Bersifat abstrak
    Artinya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Struktur sosial merupakan hierarki kedudukan dari tingkatan yang tertinggi sampai tingkatan terendah, berfungsi sebagai saluran kekuasaana dan pengaturan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.

  2. Terdapat dimensi vertikal dan horizontal
    Struktur sosial pada dimensi vertikal adalah hierarki status-status sosial dengan segala peranannya sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga struktur status yang terendah. Sedangkan pada struktur sosial dimensi horizontal, seluruh masyarakat berdasarkan karakteristiknya terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki karakteristik sama.


  3. Sebagai landasan sebuah proses sosial suatu masyarakat
    Proses sosial yang terjadi dalam suatu struktur sosial termasuk cepat lambatnya proses itu sendiri sangat dipengaruhi oleh bagaimana bentuk struktur sosialnya.


  4. Merupakan bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan masyarakat
    Struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk hubungan antarindividu di dalam masyarakat tersebut.


  5. Struktur sosial selalu berkembang dan dapat berubah
    Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan serta dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan, dan integrasi sosial yang berkesinambungan, sebelum terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat.


Fungsi Struktur Sosial

  • Fungsi pembelajaran. Yaitu sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin ilmu sosial.
  • Sebagai pengawas sosial. Yaitu sebagai pembatas agar setiap anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat tersebut.
  • Fungsi Identifikasi. Yaitu struktur sosial merupakan karakteristik yang khas yang dimiliki suatu masyarakat sehingga dapat memberikan warna yang berbeda dari masyarakat yang lain.

Bentuk Struktur Sosial

Dilihat dari sifatnya

  1. Struktur sosial kaku
    Merupakan bentuk struktur sosial yang tidak dapat dirubah atau sekurang-kurangnya masyarakat menghadapi kesulitan besar untuk melakukan perpindahan status atau kedudukannya. Contoh: sistem Kasta.
  2. Struktur sosial luwes
    Pada struktur ini setiap anggota masyarakatnya bebas bergerak melakukan perubahan.
  3. Struktur sosial formal
    Merupakan bentuk struktur sosial yang diakui oleh pihak yang berwenang.
  4. Struktur sosial informal
    Merupakan struktur sosial yang nyata ada dan berfungsi tetapi tidak memiliki ketetapan hukum dan tidak diakui oleh pihak yang berwenang.

Dilihat dari identitas keanggotaan masyarakatnya

  • Struktur sosial homogen
    Pada struktur sosial homogen memiliki latar belakang kesamaan identitas dari setiap anggota masyarakatnya, seperti kesamaan ras, suku bangsa ataupun agama.
  • Struktur sosial heterogen
    Struktur sosial ini ditandai oleh keragaman identitas anggota masyarakatnya.

Dilihat dari ketidaksamaan sosial

  1. Diferensiasi sosial
    Merupakan perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukkan adanya suatu tingkatan (hierarki).
  2. Stratifikasi sosial
    Merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.

Hubungan Struktur sosial dengan mobilitas sosial

Struktur sosial merupakan fakta sosial, yaitu cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang berada diluar individu tetapi mengikat. Sehingga, kelas sosial tertentu identik dengan cara hidup tertentu. Kelas sosial bukanlah sekedar kumpulan dari orang-orang yang pendidikan atau penghasilannya relative sama, tetapi lebih merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki cara atau gaya hidup yang relative sama.


Struktur sosial berkaitan dengan posisi-posisi individu atau kelompok dalam masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat sering disebut dengan status atau kedudukan sosial. Kedudukan seseorang dalam masyarakat atau kelompok sosial ditentukan berdasarkan kepemilikan harta, pendidikan (ilmu pengetahuan), kekuasaan dan wewenang, serta keturunan.


Dalam struktur sosial kedudukan seseorang dalam kelompok sosial di masyarakat terbagi dalam stratifikasi sosial. Startifikasi sosial merupakan pelapisan sosial dalam masyarakat secara vertikal. Seseorang yang memiliki kedudukan sosial tinggi atau berada pada lapisan atas dalam masyarakat akan lebih disegani oleh masyarakat. Kedudukan masyarakat ditunjukkan dengan “kekuasaan” dan identitas sosialnya.


Kedudukan seseorang dalam lapisan sosial di masyarakat tidak selamanya statis. Sistem pelapisan di masyarakat kita bersifat terbuka dimana dalam sistem pelapisan ini setiap orang meiliki kesempatan yang sama untuk melakukan perpindahan kedudukan atau status sosialnya. Seseorang yang pada awalnya memiliki status sosial rendah karena dia adalah anak dari petani ketika ia mampu menyenyam pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi dan ia memperoleh pekerjaan yang layak maka status atau kedudukan sosialnya di masyarakat akan meningkat.


Jadi, di dalam struktur sosial yang di dalamnya terdapat unsur-unsur kedudukan atau status sosial, kelompok sosial, dan startifikasi sosial memiliki hubungan erat dengan mobilitas sosial seperti yang telah dicontohkan di atas.


  • Mobilitas Sosial Pada Sistem Stratifikasi Sosial Tebuka

Untuk hal ini pada masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan bagi para anggotanya untuk melakukan mobilitas sosial vertikal yang terjadi dapat berupa sosial climbing ataupun sinking.

Yang dalam sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan setiap anggota masyarakat bersifat aktif dan kreatif dalam melakukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupanya.


Pada prinsip umum mobilitas sosial dalam masyarakat yang menganut stratifikasi terbuka ialah sebagai berikut:

  1. Tidak ada satu pun pada masyarakat yang mutlaj tertutup terhadap mobilitas sosial vertikal.
  2. Keterbukaan apapun suatu masyarakat terhadap mobilitas sosial, terkadang tetap ada hambatan-hambatan.
  3. Untuk setiap masyarakat pasti memiliki tipe mobilitas sosial vertikal sendiri, tidak ada tipe yang berlaku umum bagi setiap masyarakat.
  4. Laju mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik dan pekerjaan yang berbeda-beda.
  5. Mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politi dan pekerjaan, tidak menunjukkan adanya kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurang laju mobilitas sosial.

  • Mobilitas Sosial Pada Sistem Stratifikasi Sosial Yang Tertutup

Pada masyarkat yang dalam hal ini menganut sistem stratifikasi sosial tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial vertikal sangat kecil. Hal ini terjadi karena masyarakatnya lebih mengutamakan nilai-nilai tradisional.


Misalnya saja pada masyarkat suku baduy dalam, mereka lebih untuk memilih menjaga nilai-nilai tradisional dan menolak dengan adanya perubahan, dari uraian diatas jelas bahwa terdapat hubungan antara mobilitas sosial yang terjadi pada seseorang atau sekelompok orang dengan struktur sosial masyarakat tempat seseorang atau sekelompok orang tersebut berada.


Menurut Soedjatmoko (1980), mudah tidaknya seseorang melakukan mobilitas vertikal salah satunya ditentukan oleh kekakuan dan keluwesan struktur sosial dimana orang itu hidup. Mereka yang memiliki bekal pendidikan yang tinggi dan hidup dilingkungan masyarakat yang menghargai profesionalisme, besar kemungkinan akan lebih mudah menembus batas-batas lapisan sosial dan naik ke kedudukan lebih tinggi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Sebaliknya, setinggi apapun tingkat pendidikan seseorang, tetapi bila ia hidup pada suatu lingkungan masyarakat yang masih kuat nilai-nilai primordialisme dan sistem hubungan koneksi, maka kecil kemungkinan orang tersebut akan bisa lancer jenjang karirnya dalam bekerja.


Daftar Pustaka

  • Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi: Edisi kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
  • Soerjono, Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
  • Horton B. Paul dan Hunt L. Chester. 1996. Sosiologi. Jakarta: ERLANGGA.
  • https://alvazghany.wordpress.com/2012/11/18/hubungan-struktur-sosial-dengan-mobilitas-sosial/
  • http://presbaglogmandiri.blogspot.co.id/2016/08/makalah-mobilitas-sosial.html
Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari