Sejarah Suku Batak

Diposting pada

Untuk pembahasan kali ini kami mengulas mengenai suku batak yang dimana dalam hal ini meliputi bahasa, kesenian, kepercayaan dan mata pencaharian, nah agar lebih memahami dan dimengerti simak ulasannya dibawah ini.

Sejarah-Suku-Batak

Sejarah Suku Batak

Orang batak ialah penutur bahasa Austronesia dimana bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia berasal dari Taiwan yang telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu pada zaman batu muda “Neolitikum”.

Belum diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali berada di Tapanuli dan Sumatera Timur. Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara pada zaman logam.


Bahasa Suku Batak

Bahasa yang digunakan oleh orang Batak ialah bahasa Batak dan sebagaian juga ada yang menggunakan bahasa Melayu. Setiap puak memiliki logat yang berbeda-beda. Orang Karo menggunakan Logat Karo, sementara logat Pakpak dipakai oleh Batak Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh Batak Simalungun dan logat Toba dipakai oleh orang Batak Toba, Angkola dan Mandailing.

Baca Juga : Sejarah Suku Mentawai


Kesenian Suku Batak

Tari Tor-tor merupakan kesenian yang dimiliki suku Batak, tarian ini bersifat magis, ada lagi Tari serampang dua belas yang hanya bersifat hiburan. Sementara alat musik tradisionalnya ialah Gong dan Saga-saga. Adapun warisan kebudayaan berbetuk kain ialah kain ulos. Kain hasil kerajinan tenun suku batak ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor.


Agama dan Kepercayaan Suku Batak

Sebelum suku Batak Toba mengenal agama, mereka menganut sistem kepercayaan religi tentang Mulajadi na Bolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-nya terwujud dalam Debata Natolu.


Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep yaitu:

  • Tondi

    Merupakan jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap “menjemput” tondi dari sombaon yang menawannya.

  • Sahala

    Merupakan jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang, semua orang memiliki tondi tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.

  • Begu

    Merupakan tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.


Mata Pencaharian Suku Batak

Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap keluarga mendapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan.

Peternakan juga salah satu mata penvaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang, misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitnya dengan pariwisata.


Sistem Kekerabatan Suku Batak

Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada.

Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar marga tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian Marga. Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga lainnya. Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang sering kali disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah.

Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat.

Baca Juga : Sejarah Suku Pamona


Adat Istiadat Suku Batak

Setiap suku tentu memiliki pandangan hidup yang dipakai sebagai pedoman hidup. Falsafah masing-masing suku tidak jarang kali berbeda-beda sebab kepercayaan yang mereka yakini pun berbeda. Berikut ialah nilai-nilai adat yang dipunyai oleh Suku Batak :


  • Hagabeon

Hagabeon ialah harapan masyarakat Batak guna mempunyai keturunan anak cucu yang baik.

Di samping baik mereka pun selalu bercita-cita anak cucu mereka diberi kesehatan sebab adalahpenerus mereka.

Tujuan utama dari pernikahan menurut keterangan dari orang Batak ialah mendapatkan keturunan.

Bagi mereka keturunan ialah suatu keberhasilan yang patut dibanggakan.

Terutama guna anak laki-laki yang seringkali akan meneruskan nama marganya. Uniknya lagi pada aturan adat kuno.

Jika kamu orang Batak pada zaman dahulu, kamu akan diajak mempunyai 33 anak diantaranya 17 anak laki-laki dan 16 anak perempuan. Namun seiring pertumbuhan zaman, aturan tersebut sudah tidak sedikit ditinggalkan.

Pada zaman kini yang dijadikan prioritas ialah kualitas dari seorang anak, bukan kuantitasnya. Maka bakal lebih dikhususkan untuk mengajar ketrampilan seorang anak dan menjangkau pendidikan yang tinggi.


  • Uhum Dan Ugari

Uhum dan ugari adalahhukum di masyarakat Batak. Orang Batak sangat mendirikan hukum dan memprioritaskan sikap keadilan.

Hukum adat batak ini erat kaitannya dengan suatu kesetiaan dan jani.

Jika terdapat yang melanggar suatu kesepakatan yang telah dijanjikan maka bakal menerima suatu sanksi.

Misalnya andai anda ialah orang Batak dan mempunyai sebuah kesepakatan dan telah berjanji.

Kemudian kamu berkhianat, maka kamu akan menerima sanksi serta bakal mendapat cacian dari masyarakat sekitar.

Hukum untuk orang Batak adalah suatu urusan yang sangat urgen untuk ditaati.


  • Marsisarian

Marsisarian adalah sebuah nilai guna saling menghormati, mengerti, dan membantu.

Nilai ini tercipta sebab adanya perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Maka dari tersebut dengan adanya nilai ini dapat menanggulangi konflik sosial yang ada.

Selain tersebut nilai ini pun mencegah terjadinya konflik lagi dalam kehidupan sosial.


  • Hamoraan

Hamoraan dalam bahasa indonesia memiliki makna kehormatan.

Seseorang bakal terhormat bilamana mempunyai kekayaan dan sikap baik terhadap sesama.

Contohnya andai anda ialah orang kaya namun tidak mau menolong yang kesusahan, maka kamu dianggap tidak mempunyai nilai hamoraan.


  • Pangayoman

Berdasarkan keterangan dari pendapat orang Batak pangayoman memiliki makna bahwa seluruh orang adalahpengayom.

Mereka orang Batak bakal senantiasa saling melindungi antar satu sama lain.

Nilai ini menjadikan orang Batak lebih berdikari dan tidak tidak jarang kali bergantung untuk orang lain.

Baca Juga : Sejarah Suku Baduy


Rumah Adat Suku Batak

Rumah-Adat-Suku-Batak

Rumah adat Suku Batak mempunyai nama yakni Rumah Bolon.

Rumah Bolon di Sumatera Utara mempunyai enam jenis lokasi tinggal yang berbeda.

Karena Suku Batak mempunyai enam sub suku, yakni Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Angkola, Karo, dan Pakpak.

Meskipun jenis lokasi tinggal ini berbeda-beda tetapi perbedaan lokasi tinggal ini tidaklah banyak.

Rumah bolon memiliki karakteristik yaitu terdapat dekorasi ornamen pada unsur tertentu. Hiasan ornamen tersebut seringkali berada di unsur dinding atas pintu.

Hiasan ini ditujukan sebagai penolak kejelekan seperti bahaya dan penyakit.

Ornamen yang terdapat pada lokasi tinggal bolon disebut dengan gorga, oleh karena tersebut rumah bolo biasa dinamakan dengan sebutan lokasi tinggal gorga.

Gorga adalahukiran yang seringkali bergambar binatang.

Binatang tersebut ialah cicak, ular, atau kerbau dan memiliki makna tertentu. Gorba seringkali diberi warna hitam, putih, dan merah.

Gorga berbentuk gambar ular diandalkan oleh orang Batak bahwa ular sebagai petanda bahwa empunya rumah bakal mendapatkan berkah yang banyak.

Gorga dengan format gambar cicak memiliki makna bahwa orang Batak dapat hidup dimana juga mereka berada. Salah satunya ialah saat merantau diinginkan orang Batak tidak bakal terputus tali persaudaraannya meskipun berada di wilayah yang jauh.

Di samping itu, diinginkan juga saat bertemu dengan sesama sukunya di wilayah lain maka mesti saling mengikat persaudaran.

Sedangkan gorga yang berbentuk kerbau adalahucapan terima kasih.

Ucapan terima kasih itu ditujukan untuk kerbau yang selalu menolong menggarap pertanian mereka.

Dalam mengerakan ladang pertanian orang Batak tidak sedikit menggunakan kerbau pada zaman dahulu sebelum adanya mesin traktor dan yang lainnya.

Pada unsur atap lokasi tinggal bolon bentuknya lancip di depan dan belakang. Bentuk atap ini yang menciptakan rumah bolon terlihat indah. Pada unsur depan lokasi tinggal bolon lebih panjang diabndingkan unsur belakangnya.

Dengan format rumah laksana ini diinginkan keturunan dari empunya rumah bisa menjadi orang yang sukses.

Pada zaman kini ini, kamu akan jarang menenukan lokasi tinggal ini. Karena tidak sedikit orang Batak yang bukan lagi menggunakan format rumah bolon.

Mereka sudah tidak sedikit mengalami peradaban sehingga memilih format rumah modern dikomparasikan rumah bolon.

Baca Juga : “Suku Tidore” Sejarah & ( Bahasa – Mata Pencaharian – Kekerabatan – Agama – Kepercayaan )


Pakaian Adat Suku Batak

Pakaian-Adat-Suku-Batak

Suku Batak mempunyai pakaian adat yang paling terkenal, yakni kain ulos. Kain ulos telah dijadikan sebagai identitas guna Provinsi Sumatra Utara.

Kain ulos adalahkain yang berbahan benang sutra dan ditenun secara manual. Pakaian ulos ini juga dipakai dalam kehidupan keseharian karena tidak sedikit yang menyenangi pakaian ini serta nyaman digunakan.

Kain ulos mempunyai beranekaragam corak dan motif yang indah. Setiap motif yang dipunyai kain ulos mempunyai makna tertentu.

Kain ulos yang ditenun seringkali berwarna merah, hitam, emas, dan putih. Pada upacara adat atau acara tertentu orang Batak akan memakai kain ulos ini sebagai selendang.

Suku Batak ialah suku dengan warga terbesar di Indonesia, selain tersebut penduduknya pun tidak sedikit tersebar di semua Indonesia.

Hal ini disebabkan ada sebuah doktrin dari nenek moyang mereka supaya keturunannya tidak jarang kali merantau ke sekian banyak tempat. Yang sangat dikenal dari Batak ialah salah satu sub sukunya yakni Batak Toba.

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari