Definisi Limbah Padat Beserta Cara Penanganannya

Diposting pada

Limbah-padat

Pengertian Limbah padat

Limbah padat merupakan hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dandomestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah pada

Berdasarkan sifat kimia terdapat dua jenis limbah padat, yaitu: kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat, kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organic, bakteri, kulit telur dan lain-lain.


Limbah padat adalah sisa aktifitas manusia yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Limbah padat umumnya dalam bentuk sisa makanan (limbah padat dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, logam, drum, debu sisa penyapuan, dsb (SNI 19-2454-1991).


Limbah padat adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).


Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood , limbah nuklir, pengawetan buah, ikan atau daging. Secara garis besar limbah padat terdiri dari :

  • Limbah padat yang mudah terbakar.
  • Limbah padat yang sukar terbakar.
  • Limbah padat yang mudah membusuk.
  • Limbah yang dapat di daur ulang.
  • Limbah radioaktif.
  • Bongkaran bangunan.
  • Lumpur.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Jenis Sampah – Pengertian, Sumber, Prinsip, Pengolahan, Faktor, Dampak


Sumber-Sumber Limbah padat

  1. Limbah padat rumah tangga
    Umumnya limbah padat rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, limbah padat kebun/halaman, dan lain-lain.

  2. Limbah padat dari pertanian
    Limbah padat dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya.Sebagian besar limbah padat yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk.Untuk limbah padat bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan.Limbah padat pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.


  3. Limbah padat dari industri
    Limbah padat ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Limbah padat industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang


  4. Limbah padat dari sisa bangunan dan konstruksi gedung
    Limbah padat yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini dapat berupa bahan organic maupun anorganik. Limbah padat organik, misalnya : kayu, bamboo, triplek. Limbah padat anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi, baja, kaca, dan kaleng.


  5. Limbah padat yang berasal dari jalan raya
    Limbah padat ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastic dan sebagainya.


  6. Limbah padat yang berasal dari pertambangan
    Limbah padat ini berasal dari daerah pertambangan tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran, dsb.


  7. Limbah padat yang berasal dari peternakan dan perikanan
    Limbah padat yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-kotoran ternak, sisa makanan, bangkai binatang, dsb.


  8. Limbah padat dari perdagangan dan perkantoran
    Limbah padat yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk limbah padat makanan dan restoran. Limbah padat yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Klasifikasi Limbah” Definisi Beserta Contohnya


Jenis dan Macam Limbah padat

Berdasarkan sifat kimia terdapat dua jenis limbah padat, yaitu:

  • Limbah padat Organik, yang mengandung senyawa-senyawa organik dan tersusun oleh unsur-unsur karbon,hidrogen, oksigen dan nitrogen. Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh mikroba. Bahan-bahan yangtermasuk dalam jenis limbah padat ini, antara lain daun-daunan, kayu, tulang, sisa makanan, sayuran,buah-buahan dan sebagainya.

  • Limbah padat Anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi, dan logam-logam lainnya seperti gelas, mikaatau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa organik. Limbah padat ini sulit didegradasi olehmikroorganisme di alam.


Berdasarkan sifat fisiknya, limbah padat digolongkan menjadi :

1. Limbah padat Basah (Garbage),
terdiri dari bahan-bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk (sisamakanan, buah atau sayuran). Sifat utama dari limbah padat basah ini banyak mengandung air dan cepatmembusuk terutama pada daerah tropis seperti Indonesia.


2. Limbah padat Kering (Rubbish),
tersusun dari bahan organik maupun anorganik yang sifatnya lambat atau tidakmudah membusuk. Limbah padat kering ini terdiri atas dua golongan:

  • Metalic Rubbish, misalnya pipa besi tua, kaleng-kaleng bekas.
  • Non Metalic Rubbish, misalnya kertas, kayu, sisa-sisa kain, kaca, mika, keramik, dan batu-batuan.

3. Limbah padat Lembut,
terdiri dari partikel-partikel kecil, ringan dan mempunyai sifat mudah beterbangan, yang dapat membahayakan dan mengganggu pernafasan serta mata.

  1. Debu, berasal dari penyapuan lantai rumah atau gedung, debu pengrajin kayu, debu pabrik kapur,pabrik semen, pabrik tenun, dan lain-lain.
  2. Abu berasal dari sisa pembakaran kayu, abu rokok, abu sekam, limbah padat yang terbakar, dan lain-lain.

4. Limbah padat Besar (Bulky Waste),
merupakan limbah padat yang berukuran besar, misal: bekas furnitur (kursi,meja), peralatan rumah tangga (kulkas, TV), dan lain-lain.


5. Limbah padat Berbahaya dan Beracun, B3 (Hazardous Waste),
merupakan limbah padat yang berbahaya baik terhadapmanusia, hewan maupun tanaman, yang terdiri dari:

  • Limbah padat patogen, berupa limbah padat yang berasal dari rumah sakit dan klinik.
  • Limbah padat beracun, berupa sisa-sisa pestisida, insektisida, kertas bekas pembungkus bahan beracun,baterei bekas, dan lain-lain.
  • Limbah padat radioaktif, berupa limbah padat bahan-bahan nuklir.
  • Limbah padat ledakan, berupa petasan, mesiu dari limbah padat perang, dan sebagainya.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Limbah Organik” Definisi & ( Jenis – Prinsip Pengolahan )


Sifat-Sifat Limbah Padat

  • Sifat Kimia Limbah Padat

Informasi mengenai komposisi kimia yang terkandung di dalam limbah limbap padat domestik adalah penting untuk mengevaluasi proses alternatif dan pilihan pemulihan. Sebagai contoh, kelayakan dalam pembakaran limbah padat/ limbah padat bergantung pada komposisi kimia dari limbah padat tersebut. Jika limbah padat akan digunakan sebagai bahan bakar, maka karakteristik penting yang harus diketahui adalah :


a. Analisis Proksimat (Proximate Analysis)
Analisis proksimat meliputi 4 uji, yaitu kehilangan kelembapan ketika dipanaskan pada suhu 105oC selama 1 jam, bahan volatile, senyawa karbon, dan abu (berat residu setelah pembakaran).

Nilai Analisis Proksimat

b. Titik Pengabuan (Pushing Point of Ash)
Titik pengabuan adalah suhu dimana abu dihasilkan dari pembakaran limbah padat dengan suhu 1100oC -1200oC.


c. Analisis Unsur (Ultimate Analysis of Solid Waste Components)
Analisis unsure dari komponen limbah padat mencakup determinasi persentasi dari C (karbon), H (hidrogen), S (sulfur), O (oksigen), N (nitrogen), dan abu. Hasil analisis ini digunakan untuk karakteristik komposisi bahan organik limbah.Hal ini penting untuk menentukan nilai C/N berkaitan dengan dekomposisi biologis.

Data Analisis Unsur


d. Kandungan Energi (Energy Content of Sokid Waste Components)
Kandungan energi komponen limbah (kJ/kg) dapat dideterminasi menggunakan boiler system, laboratory bomb calorimeter, atau dengan menghitung komposisi elemen. Kandungan energy oenting jika akan dilakukan proses pembakaran limbah.


e. Nutrien Esensial (Essential Nutrients and Other Elements).
Analisa ini penting jika kandungan organic limbah digunakan untuk konversi biolpgi seperti kompos, produksi metana atau etanol.Nutrien utama yang paling penting adalah bentuk nitrogen (nitrat, ammonium), fosfor dan potassium.


  • Sifat Biologis Limbah

Fraksi organik limbah (tidak termasuk karet dan kulit), dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  • Bahan yang larut terhadap air, seperti gula, pati, asam amino dan asam organik
  • Hemiselulosa
  • Selulosa
  • Lemak, minyak dan lilin, seperti ester dari alcohol dan asam lemak rantai panjang.
  • Lignin dan lignoselulosa
  • Protein, seperti rantai asam amino

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian, Macam, Dan Contoh Pencemaran Lingkungan Beserta Cara Penanggulangannya Lengkap


Pemrosesan Limbah Padat

  • Pembuangan Akhir

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana limbah padat mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana limbah padat diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.


TPA yang dulu merupakan tempat pembuangan akhir, berdasarkan UU no 18 Tahun 2008 menjadi tempat pemrosesan akhir didefinisikan sebagai pemrosesan akhir limbah padat dalam bentuk pengembalian limbah padat dan atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Selain itu di lokasi pemrosesan akhir tidak hanya ada proses penimbunan limbah padat tetapi juga wajib terdapat 4 (empat) aktivitas utama penanganan limbah padat di lokasi TPA, yaitu (Litbang PU, 2009):


  • Pemilahan limbah padat
  • Daur-ulang limbah padat non-hayati (an-organik)
  • Pengomposan limbah padat hayati (organik)
  • Pengurugkan/penimbunan limbah padat residu dari proses di atas di lokasipengurugkan atau penimbunan (landfill)

Di Indonesia dikenal konsep controlled landfill sejak tahun 1990-an, yaitu metode perbaikanopen dumping sebelum mampu mengoperasikan pengurugkan limbah padat deangan sanitary landfill. Perbedaan antara kedua metode tersebut terlihat pada tabel berikut.

Perbedaan controlled landfill dengan sanitary landfill

Perbedaan controlled landfill dengan sanitary landfill

Landfill merupakan suatu kegiatan penimbunan limbah padat padat pada tanah. Jika tanah memiliki muka air yang cukup dalam, tanah bisadigali, dan limbah padat bisa ditimbun didalamnya. Metode ini kemudian dikembangkanmenjadi sanitary landfill yaitu penimbunan limbah padat dengan cara yang sehat dan tidak mencemari lingkungan. Sanitary landfill didefinisikan sebagai sistem penimbunan limbah padat secara sehat dimana limbah padat dibuang di tempat yang rendah atau parit yangdigali untuk menampung limbah padat, lalu limbah padat ditimbun dengan tanah yang dilakukanlapis demi lapis sedemikian rupa sehingga limbah padat tidak berada di alam terbuka (Tchobanoglous, et al., 1993). Pada prinsipnya landfill dibutuhkan karena:


  • Pengurangan limbah di sumber, daur ulang atau minimasi limbah tidak dapat menyingkirkan seluruh limbah
  • Pengolahan limbah biasanya menghasilkan residu yang harus ditangani lebih lanjut
  • Kadangkala limbah sulit diuraikan secara biologis, sulit diolah secara kimia, atau sulit untuk dibakar.

Beberapa hal yang sangat diperhatikan dalam operasional sanitary landfill adalahadanya pengendalian pencemaran yang mungkin timbul selama operasional dari landfillseperti adanya pengendalian gas, pengolahan leachate dan tanah penutup yangberfungsi mencegah hidupnya vector penyakit. Berdasarkan peletakkan limbah padat di dalam sanitary landfill, maka klasifikasi dari landfilldapat dibedakan menjadi :


  1. Mengisi Lembah atau cekungan.
    Metode ini biasa digunakan untuk penimbunan limbah padat yang dilakukan padadaerah lembah, seperti tebing, jurang, cekungan kering, dan bekas galian.Metode ini dikenal dengan depression method.Teknik peletakan danpemadatan limbah padat tergantung pada jenis material penutup yang tersedia,kondisi geologi dan hidrologi lokasi, tipe fasilitas pengontrolan leachate dangas yang digunakan, dan sarana menuju lokasi.


  2. Mengupas Lahan secara bertahap
    Pengupasan membentuk parit-parit tempat penimbunan limbah padat dikenalsebagai metode trench.Metode ini digunakan pada area yang memiliki mukaair tanah yang dalam.Area yang digunakan digali dan dilapisi dengan bahanyang biasanya terbuat dari membran sintetis, tanah liat dengan permeabilitasyang rendah (low-permeability clay), atau kombinasi keduanya, untukmembatasi pergerakan leachate dan gasnya.


  3. Menimbun Limbah padat di atas lahan.
    Untuk daerah yang datar, dengan muka air tanah tinggi, dilakukan dengancara menimbun limbah padat di atas lahan. Cara ini dikenal sebagai metode area.Limbah padat dibuang menyebar memanjang pada permukaan tanah, dan tiap lapisdalam proses pengisian (biasanya per 1 hari), lapisan dipadatkan, dan ditutupdengan material penutup setebal 15-30 cm. Luas area penyebaran bervariasitergantung pada volume timbulan limbah padat dan luas lahan yang tersedia.


Klasifikasi Landfill Berdasarkan Metode Peletakkan Limbah padat

Klasifikasi Landfill Berdasarkan Metode Peletakkan Limbah padat

Beberapa penelitian dan perencanaan sanitary landfill melakukan berbagai upaya inovasi untuk memperbaiki proses degradasi limbah padat di dalam landfill, antara lain:


  • Landfill semi anaerobic, yang berfungsi untuk mempercepat proses degradasilimbah padat dan mengurangi dampak negatif dari leachate dengan melakukan prosesresirkulasi leachate ke dalam tumpukan limbah padat. Leachate dianggap sebagai nutrisisebagai sumber makanan bagi mikoorganisme di dalam limbah padat.


  • Landfill aerobic, dengan menambahkan oksigen ke dalam tumpukan limbah padat disanitary landfill yang berfungsi mempercepat proses degradasi limbah padat sehinggamendapatkan material stabil seperti kompos.


  • Reusable landfill atau landfill mining and reclamation. Definisi dari proses ini adalahsebuah sistem pengolahan limbah padat yang berkesinambungan dengan menggunakanmetode Supply Ruang Penampungan Limbah padat. Proses ini sering digunakan dalamrevitalisasi TPA, dimana material yang dapat digali dari TPA yang lama akandimanfaatkan. Bekas galian TPA akan dirancang untuk menerima limbah padat kembalidengan konsep sanitary landfill.

Anaerobic Landfill Sustainable Landfill


  • Metode Pengurugkan

Metode pengurugkan limbah padat berdasarkan kondisi topografi, sumber materi penutup dan kedalaman air tanah dibedakan metode trench dan area.

1. Metode trench atau ditch

Metode trench atau ditch

Metode ini diterapkan ditanah yang datar.Dilakukan penggalian tanah secara berkalauntuk membuat parit sedalam dua sampai 3 meter.Tanah disimpan untuk dipakai sebagai bahan penutup.Limbah padat diletakan di di dalam parit, disebarkan, dipadatkandan ditutup dengan tanah.


2. Metode Area

Metode Area

Untuk area yang datar dimana parit tidak bisa dibuat, limbah padat disimpan langsung diatas tanah asli smapai ketinggian beberapa meter.Tanah penutup bisa diambil dariluar TPA atau diambil dari bagian atas tanah.


3. Kombinasi kedua metode

Kombinasi kedua metode

Karena kedua cara ini sama dalam pengurugkannya, maka keduanya dapat dikombinasikan agar pemanfaatan tanah dan bahan penutup yang baik sertameningkatkan kinerja operasi.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Reboisasi : Pengertian, Fungsi, 20 Manfaat Reboisasi dan Penghijauan


Alternatif Sistem Pengolahan Limbah padat

Melihat komposisi limbah padat di Indonesia yang sebagian besar adalah sisa-sisa makanan, khususnyalimbah padat dapur, maka limbah padat jenis ini akan cepat membusuk, atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam ini. Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organik (hayati) yang mudahmembusuk.Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristiksebagai humus dan bebas dari bakteri patogen serta tidak berbau yang tidak enak.Limbah padat yang telah membusuk di sebuah timbunan limbah padat misalnya di landfill sebetulnya adalah kompos anaerob yang dapat dimanfaatkan pada pasca operasi.Alasan utama utama kegagalan pengomposan selama iniadalah pemasaran.


Salah satu jenis pengolah limbah padat yang sering digunakan sebagai alternatif penanganan limbah padat adalahinsinerator.Saat ini teknologi insinerator dengan penangkap panas (enersi) dikenal sebagai waste-toenergy. Khusus untuk limbah padat kota, sebuah insinerator akan dianggap layak bila selama pembakarannya tidak dibutuhkan subsidi enersi dari luar. Jadi limbah padat tersebut harus terbakar dengan sendirinya.


Kelebihan dan kelemahan alternatif sistem pengolahan limbah padat

Kelebihan dan kelemahan alternatif sistem pengolahan limbah padat


  • Insinerator

Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat (dalam hal ini limbah padat) menjadi materi gas (gas buang), serta materi padatan yang sulit terbakar, yaitu abu (bottom ash) dandebu (fly ash). Panas yang dihasilkan dari proses insinerasi juga dapat dimanfaatkan untukmengkonversi suatu materi menjadi materi lain dan energi, misalnya untuk pembangkitan listrik dan airpanas. Insinerasi adalah metode pengolahan limbah padat dengan cara membakar limbah padat pada suatutungku pembakaran. Di beberapa negara maju, teknologi insinerasi sudah diterapkan dengan kapasitasbesar (skala kota). Teknologi insinerator skala besar terus berkembang, khususnya dengan banyaknyapenolakan akan teknologi ini yang dianggap bermasalah dalam sudut pencemaran udara. Salah satukelebihan yang dikembangkan terus dalam teknologi terbaru dari insinerator ini adalah pemanfaatanenersi, sehingga nama insinerator cenderung berubah seperti waste-to-energy, thermal converter.


Meskipun teknologi ini mampu melakukan reduksi volume limbah padat hingga 70%, namun teknologi insinerasi membutuhkan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang cukup tinggi.Fasilitaspembakaran limbah padat dianjurkan hanya digunakan untuk memusnahkan/membakar limbah padat yang tidakbisa didaur ulang,ataupun tidak layak untuk diurug. Alat ini harus dilengkapi dengan sistempengendalian dan kontrol untuk memenuhi batas-batas emisi partikel dan gas-buangsehingga dipastikanasap yang keluar dari tempat pembakaran limbah padat merupakan asap/gas yang sudah netral. Abu yangdihasilkan dari proses pembakaran bisa digunakan untuk bahan bangunan, dibuat bahan campurankompos, atau dibuang ke landfill.


Sedangkan residu dari limbah padat yang tidak bisa dibakar seperti sisalogam bisa didaur ulang.Insinerasi merupakan proses pengolahan buangan dengan cara pembakaran pada temperatur yangsangat tinggi (>800ºC) untuk mereduksi limbah padat yang tergolong mudah terbakar (combustible), yangsudah tidak dapat didaurulang lagi. Sasaran insinerasi adalah untuk mereduksi massa dan volumebuangan, membunuh bakteri dan virus dan meredukdi materi kimia toksik, serta memudahkanpenanganan limbah selanjutnya. Insinerasi dapat mengurangi volume buangan padat domestik sampai 85-95% dan pengurangan berat sampai 70-80 %.


Proses insinerasi berlangsung melalui 3 (tiga) tahap, yaitu:

  • Mula-mula membuat air dalam limbah padat menjadi uap air, hasilnya limbah menjadi kering yang akansiap terbakar.
  • Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana temperatur belumterlalu tinggi
  • Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna.

Agar terjadi proses yang optimal maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menjalankansuatu insinerator, antara lain:

  • Aspek keterbakaran: menyangkut nilai kalor, kadar air, dan kadar abu dari buangan padat,khususnya limbah padat.
  • Aspek keamanan: menyangkut titik nyala, tekanan uap, deteksi logam berat, dan operasionalinsinerator.
  • Aspek pencegahan pencemaran udara: menyangkut penanganan debu terbang, gas toksik, danuap metalik.

Terdapat 3 parameter utama dalam operasi insinerator yang harus diperhatikan, yaitu (Temperature,Time dan Turbulence) :

  • Temperature (Suhu): Berkaitan dengan pasokan oksigen (melalui udara). Udara yang dipasok akan menaikkan temperatur karena proses oksidasi materi organik bersifat eksotermis. Temperatur idealuntuk limbah padat kota tidak kurang dari 800o
  • Time (waktu): Berkaitan dengan lamanya fasa gas yang harus terpapar dengan panas yang telahditentukan. Biasanya sekitar 2 detik pada fase gas, sehingga terjadi pembakaran sempurna.
  • Turbulensi: Limbah harus kontak sempurna dengan oksigen. Insinerator besar diatur dengan kisi-kisiatau tungku yang dapat bergerak, sedang insinerator kecil (modular) tungkunya adalah statis.

Skema insinerator kapasitas besar untuk limbah padat kota umumnya terdiri atas bagian-bagian sebagaiberikut

  • Unit Penerima: perlu untuk menjaga kontinuitas suplai limbah padat.
  • Sistem Feeding/Penyuplai: agar instalasi terus bekerja secara kontinu tanpa tenaga manusia.
  • Tungku pembakar: harus bisa mendorong dan membalik limbah padat.
  • Suplai udara: agar tetap memasok udara sehingga sistem dapat terbakar. Pasokan udara daribawah adalah suplai utama. Udara sekunder perlu untuk membakar bagian-bagian gas yang tidaksempurna.
  • Kebutuhan udara: tergantung dari jenis limbah
  • Pembubuhan air: mendinginkan residu/abu dan gas yang akan keluar stack agar tidak mencemarilingkungan.
  • Unit pemisah: memisahkan abu dari bahan padat yang lain.
  • APC (Air Pollution Control): terdapat beragam pencemaran yang akan muncul, khususnya:
  • Debu atau partikulat
  • Air asam
  • Gas yang belum sempurna terbakar: CO
  • Gas-gas hasil pembakaran seperti CO2, NOx , SOx,
  • Dioxin
  • Panas

Setiap jenis pencemar, membutuhkan APC yang sesuai pula, sehingga bila seluruh jenis pencemarini ingin dihilangkan, maka akan dibutuhkan serangkaian unit-unit APC yang sesuai. Padainsinerator modular yang sering digunakan di kota-kota di Indonesia, dapat dikatakan sarana inibelum dilengkapi unit APC, paling tidak untuk mengurangi partikel-partikel debu yang keluar.

  • Cerobong (stack): semakin tinggi akan semakin baik, terutama untuk daerah sekitarnya, tetapi tidakberarti tidak mengotori udara. Dengan cerobong yang tinggi maka terjadi pendinginan-pengenceran.
  • Dinding insinerator harus tahan panas, dan tidak menyalurkan panas keluar.

Nilai kalor limbah padat Indonesia mencapai 1.000 – 2.000 kkal/kg-kering. Dapat dicapai proses insineras yang ekonomis bila limbah padat memiliki nilai kalor paling tidak 2.000 kkal/kg-kering, sehingga tidakdibutuhkan enersi tambahan dari luar. Kebutuhan oksigen dan nilai kalor yang dikandungnya dapatdihitung berdasarkan metode pendekatan kadar unsur limbah padat, misalnya dengan rumus kimia limbah padatIndonesia dengan dominasi rata–rata kandungan limbah padat organik sekitar 60%,limbah padat plastik 17%, danlimbah padat kertas 16% adalah C351,42H2.368,63O1.099,65N13,603S.


Di Indonesia, penggunaan insinerator skala kota baru dilaksanakan di Surabaya. Namun karenapermasalahan teknis yang sejak awal telah terjadi, insinerator ini cendererung kurang berfungsi.Insinerator skala modular (skala kecil), banyak dicoba di beberapa kota di Indonesia, walaupun ternyatamengalami beberapa permasalahan, seperti mahalnya biaya operasi, timbulnya permasalahanlingkungan yang terlihat nyata secara visual seperti asap dan bau.


  • Pembentukan Leachate

Limbah padat yang dibuang ke landfill mengalami beberapa perubahan fisik, kimia dan biologis secara simultan yang diantaranya menghasilkan cairan yang disebut leachate.Leachate bisa didefinisikan sebagai cairan yang telah melewati limbah padat yang telahmengekstrasi material terlarut/tersuspensi dari limbah padat tersebut (Tchobanoglous,1993).Leachate diproduksi ketika cairan melakukan kontak dengan limbah padat yangterutama berasal dari buangan domestik, dimana hal tersebut tidak dapat dihindaripada lahan pembuangan akhir.


Leachate dihasilkan dari infiltrasi air hujan ke dalamtumpukan limbah padat di TPA dan dari cairan yang terdapat di dalam limbah padat itu sendiri.Apabila tidak terkontrol, landfill yang dipenuhi air leachate dapat mencemari air bawahtanah dan air permukaan.Pada umumnya karakteristik leachate adalah : cairan berwarna coklat, mempunyaikandungan organik (BOD,COD) tinggi, kandungan logam berat biasanya juga tinggidan berbau septik. Komposisi zat kimia dari leachate berubah-ubah tergantung padabeberapa hal antara lain :


  1. Karakteristik dan Komposisi limbah padat
    Secara alami, fraksi organik limbah padat dipengaruhi oleh degradasi limbah padat dalamlandfill dan juga kualitas leachate yang diproduksi. Hadirnya zat-zat beracun bagibakteri akan memperlambat proses degradasi.


  2. Jenis tanah penutup landfill
    Porositas tanah penutup landfill akan mempengaruhi banyak tidaknya air hujanyang masuk ke dalamnya yang nantinya juga akan mempengaruhi jumlah leachateyang dihasilkan. Untuk itu diperlukan persyaratan khusus bagi tanah penutupharian maupun tanah penutup akhir.


  3. Musim
    Pergantian musim akan memberikan dampak yang berbeda pada jumlah produksileachate dan juga konsentrasinya. Pada musim penghujan jumlah leachate yangdihasilkan umumnya akan lebih besar namun memiliki konsentrasi yang lebihrendah dibandingkan pada saat musim kemarau karena air hujan yang masuk kedalam landfill akan berperan sebagai pengencer.


  4. pH dan kelembaban
    Nilai pH akan mempengaruhi proses kimia yang merupakan basis dari transfer massa dalam sistem leachate limbah padat.


  5. Umur Timbunan (Usia landfill)
    Usia landfill dapat tercermin dari variasi komposisi leachate dan jumlah polutanyang terkandung. Umur landfill berpengaruh penentuan karakteristik leachate yang akan diatur oleh tipe proses stabilisasi.


Berdasarkan karakteristik dari leachate, pengolahan sangat diperlukan sebelumleachate dibuang ke badan air.Pengolahan terutama bertujuan untuk mengurangikandungan bahan organik di dalam leachate, mengurangi kandungan nutrient sepertiNH4 dan kandungan logam berat yang diperkirakan ikut larut didalam leachate.


Pengolahan leachate bisanya merupakan kombinasi baik pengolahan fisik, kimia dan biologis. Pengolahan leachate merupakan salah satu dari penanganan effluen leachate yang dapat dilakukan. Alternatif lainnya yang dapat dilakukan antara lain:


  • Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan pengaturan air tanah sehingga aliran leachate tidak menuju air tanah
  • Mengisolasi lahan urug landfill sehingga air eksternal tidak masuk danleachatenya tidak keluar
  • Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar dengan kemampuan yang baikuntuk menetralisir cemaran
  • Mengembalikan (resirkulasi) leachate ke arah timbunan limbah padat
  • Mengalirkan leachate menuju pengolahan air buangan domestic
  • Mengolah leachate dengan unit pengolahan sendiri.

Sistem Penyaluran Leachate dengan Pipa dan Gambar Detail Pipa

Sistem Penyaluran Leachate dengan Pipa dan Gambar Detail Pipa

Pengolahan leachate merupakan pengolahan kombinasi antara fisik-kimia dan biologi.Pengolahan fisik bertujuan mengurangi zat padat baik tersuspensi maupun terlarut didalam leachate.Pengolahan ini biasanya digabungkan dengan pengolahan kimia danbiologis. Pengolahan secara kimiawi bertujuan mengurangi kandungan ion-ion di dalamleachate dan proses koagulasi dan flokulasi untuk mengurangi kandungan zat padattersuspensi di dalam leachate. Proses pengolahan biologis tertutama gabungan daripengolahan anerobik dan aerobik bertujuan mengurangi kandungan bahan organic didalam leachate. Alternatif sistem pengolahan yang dapat digunakan untuk mengolahleachate adalah sebagai berikut (Hermana, 2007):


1. Pengolahan dengan Proses Biologis

  • Kombinasi Kolam Stabilisasi, untuk lokasi dengan ketersediaan lahan yang memadai, dengan alternatif kombinasi sebagai berikut:
    • Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif 1).
    • Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan land treatment atau Wetland (alternatif 2).
  • Kombinasi Proses Pengolahan Anaerobik – Aerobik, untuk lokasi dengan ketersediaan lahan yang lebih terbatas, yaitu kombinasi antara Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (alternatif 3).

2. Pengolahan dengan Proses Fisika-Kimia
Pengolahan ini tepat digunakan apabila dikehendaki kualitas efluen leachate yang lebih baik sehingga dapat digunakan untuk proses penyiraman atau pembersihan peralatan dalam lokasi TPA atau dibuang ke badan air Kelas II (PP No. 82 Tahun 2001). Kombinasi sistem pengolahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

  • Proses Koagulasi – Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR (alternatif 4).
  • Proses Koagulasi – Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi II (alternatif 5).

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Bioteknologi Beserta Penjelasannya


Cara Penanganan Limbah Padat

Untuk kegiatan menimalisasi limbah padat berpedoman pada konsep pelaksanaan pembangunan berkelanjutaan yang menghemat penggunaan sumber daya alam, serta pembangunan yang member nilai tambah terhadap sumber daya alam. Menghemat sumber daya alam dapat dilakukan melalui cara empat R yaitu replace, reduce, recycle dan reuse, untuk lebih jelasnya dari masing-masing berikut ini.


a. Replace

Replace ialah usaha mengurangi pencemaran dengan menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan. Contohnya memanfaatkan daun dari pada plastic sebagai pembungkus, mengganti penggunaan kantong plastic biasa dengan plastic biodegradable, plastic biodegradable merupakan plastic ramah lingkungan.


b. Reduce

Reduce ialah usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan meminimalkan produksi sampah. Contohnya membawa tas belanja sendiri yang besar dari pada banyak kantong plastik, membeli kemasan isi ulang rinso, pelembut pakaian, minyak goring dan lain-lain dari pada membeli botol setiap kali habis, membeli bahan-bahan makanan atau keperluan lain dalam kemasan besar dari pada yang kecil-kecil.


Contoh kegiatan reduce sehari-hari lainnya :

  • Memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
  • Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
  • Menggunakan produk yang dapat diisi ulang ( refill ), misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali ).
  • Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.
  • Menggunakan email ( surat elektronik ) untuk berkirim surat.

c. Recycle

Recycle merupakan usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan mendaur ulang sampah melalui penanganan dan teknologi khusus. Proses daur ulang biasanya dilakukan oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain yang dapat dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus mendapatkan keuntungan karena dengan memilah sampah yang dapat didaur ulang dapat mendapat penghasilan. Misalnya plastik-plastik bekas bisa didaur ulang menjadi ember, gantungan baju, pot tanaman dan lain-lain.


Contoh lainnya dari kegiatan recycle sehari-hari :

  • Memilih produk dan kemasan yang dapat dilakukan pengolahan ulang dan mudah terurai.
  • Mengolah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
  • Melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
  • Lakukan pengolahan sampah organik menjadi barang yang bermanfaat dan bahkan memiliki nilai jual.
  • Mengolah sampah menjadi sumber bahan bakar.

d. Reuse

Reuse merupakan usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya sudah dibuang. Misalnya memanfaatkan botol/kaleng bekas sebagai wadah, memanfaatkan kain perca menjadi keset, memanfaatkan kemasan plastik menjadi kantong belanja/tas dan lain-lain.


Contoh kegiatan reuse sehari-hari :

  1. Memilih wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya menggunakan sapu tangan dari pada menggunakan tissue, menggunakan tas belanja dari kain dari pada menggunakan kantong plastik.
  2. Menggunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
  3. Menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.

Daftar Pustaka

  • G.H. Tchobanoglous, H. Theissen, S.A. Vigil: Integrated Solid Waste Management, McGraw Hill, 1993
  • SNI 19-2454-2002: Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Limbah Padat
  • SNI S 04‐1993‐03: Standar Spesifikasi Timbulan Limbah padat untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia
Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari