Kalimat Efektif

Diposting pada

Pentingnya pembelajaran kalimat efektif dilakukan untuk mengasah kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan gagasan yang dapat langsung dipahami oleh pembaca/pendengar tanpa menimbulkan penafsiran ganda. Mahasiswa yang setiap waktu di hadapkan tugas-tugas kuliah yang dituntut untuk membuat tulisan baik berupa makalah, essai, artikel ilmiah yang membutuhkan pengetahuan tentang kalimat efektif. Pemilihan kalimat efektif membuat komunikasi dalam bentuk tulisan menjadi sangat komunikatif dan tidak bertele-tele.

kalimat-efektif

            Dalam menyampaikan gagasan menggunakan kalimat efektif ini mahasiswa diharapkan mampu memahami pemakaian kalimat efektif dalam kalimat dan paragraf. Namun, pada kenyataanya masih banyak mahasiswa yang belum memahami pemakaian kalaimat efektif dalam kalimat seperti dalam penyusunan laporan praktikum yang selalu memaparkan tinjauan teoritis yang cukup panjang namun tidak memiliki inti kalimat serta ketidaksesuaian penempatan kalimat efektifnya.

            Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memyusun kalimat efektif yaitu: kurang memahami materi ini karena kurang tertarik dan budaya membaca yang sudah mulai luntur, kebiasaan mahasiswa dalam pengerjaan tugas ingin instan sehingga kebudayaan copy-paste sudah menjadi tradisi. Sehingga untuk meningkatkan kamampuan mahasiswa dalam menulis kalimat efektif dirasa perlu untuk kembali diangkat menjadi satu topik pembelajaran bahasa indonesia ditingkat universitas. Pada bab ini akan dibahas (1). Penegertian kalimat efektif, (2). Ciri-ciri kalimat efektif, (3). Syarat yang mendasari kalimat efektif, (4). Struktur kalimat efektif.

Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

Pengertian Kalimat Efektif Menurut Para Ahli

Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :

  •  Menurut (Rahayu: 2007)

Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca.

  •  (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001) Mengatakan

Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.

  • (Arifin: 1989) Mengatakan 

Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca.

  •  Menurut (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)

Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.

  • Menurut  (Arif HP: 2013)

Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan.

Unsur-Unsur Kalimat Efektif

Unsur-Unsur-Kalimat-Efektif

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

  1. Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:

  • Ibuku sedang melukis.
  • Kursi direktur besar.
  • Yang berpakaian batik dosen saya.
  • Berjalan kaki itu membuat sehat badan.
  • Membangun jalan layang sangat mahal.

         Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

         Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berpakaian batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).

 

Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

         Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

  1. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
  2. Di sini melayani obat generic.
  3. Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

  1. Predikat (P)

            Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

  1. Anjing
  2. Ibu sedang tidur siang.
  3. Putrinya cantik jelita.
  4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
  5. Kucingku belang tiga.
  6. Robby mahasiswa baru.
  7. Rumah Pak Hartawan

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata mengendus pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan anjing. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

  1. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
  2. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
  3. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c).

karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

  1. Objek (O)

            Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.

  1. Nurul menimang …
  2. Arsitek merancang …
  3. Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

  1. Nenek mandi.
  2. Komputerku rusak.
  3. Tamunya pulang.

            Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

  1. Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
  2. Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
  3. Orang itu menipu adik saya (O)
  4. Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
  1. Pelengkap (pel)

            Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini:

  • Ketua MPR membacakan Pancasila.

                          S                  P             O

  • Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

                          S                    P            Pel

            Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:

            Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

               S                     P               O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

            Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

            Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

            Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

  • Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
  • Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
  • Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
  • Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
  • Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
  1. Keterangan (ket)

            Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.

            Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA

No Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1 Tempat Di

Ke

Dari

Pada

Di kamar, di kota

Ke Surabaya, ke rumahnya

Dari Manado, dari sawah

Pada permukaan

2 Waktu Pada

Dalam

Se-

Sebelum

Sesudah

Selama

sepanjang

Sekarang, kemarin

Pada pukul 5 hari ini

Dalam 2 hari ini

Sepulang kantor

Sebelum mandi

Sesudah makan

Selama bekerja

Sepanjang perjalanan

 

3 Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4 Tujuan Supaya/agar

Untuk

Bagi

Demi

Supaya/agar kamu faham

Untuk kemerdekaan

Bagi masa depan

Demi orang tuamu

5 Cara Secara

Dengan cara

Dengan jalan

Secara hati-hati

Dengan cara damai

Dengan jalan berunding

6 Kesalingan
7 Similatif Seperti

Bagaikan

Laksana

Seperti angin

Bagaikan seorang dewi

Laksana bintang di langit

8 Penyebab Karena

Sebab

Karena perempuan itu

Sebab kegagalannya

9 Penyerta Dengan

Bersama

Beserta

Dengan adiknya

Bersama orang tuanya

Beserta saudaranya

CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF dan Contoh Kalimat juga Strukturnya

Kalimat dinyatakan dapat memberikan informasi kepada pembaca secara tepat dan akurat seperti yang diharapkan penulis (efektif), apabila memiliki ciri-ciri yaitu : kesatuan gagasan, kesepadanan, keparalelan, kehematan, kelogisan, kecermatan, kebervariasian, ketegasan, ketepatan, kebenaran struktur, dan keringkasan.

  1. Kesatuan gagasan

Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan. Perhatikan kalimat berikut yang mempunyai lebih dari satu gagasan.

Contoh: Melihat perkembangan penduduk RW 06 Kampung Sidodadi yang semakin padat namun tidak didukung dengan perekonomian yang cukup dan tanpa kita sadari bahwa peningkatan tersebut memerlukan sarana dan prasarana yang memadai.

Kalimat tersebut mempunyai tiga gagasan:

  1. Perkembangan penduduk RW 06 Kampung Sidodadi yang semakin padat.
  2. Perkembangan itu tidak didukung dengan perekonomian yang cukup.
  3. Kita tidak menyadari bahwa peningkatan tersebut memerlukan sarana dan prasarana yang memadai.

Saran perbaikan kalimat tersebut:

Perkembangan penduduk RW 06 Kampung Sidodadi semakin padat, tetapi tidak didukung oleh perekonomian yang cukup dan sarana dan prasarana yang memadai.

  1. Kesepadanan

Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:

  • Memiliki subjek dan predikat yang jelas

Contoh:

  • Tidak diharapkan oleh bangsa mana pun, tetapi kenyataannya kita harus dapat menerimanya dengan tabah. (Tidak efektif)

(Apa atau siapa yang tidak diharapkan oleh bangsa mana pun?)

  • Krisis ekonomi tidak diharapkan oleh bangsa mana pun, tetapi kenyataannya kita harus dapat menerimanya dengan tabah. (Efektif)

(Krisis ekonomi memperjelas apa yang tidak diharapkan oleh bangsa mana pun)

  • Kata depan tidak berada di depan subjek

Contoh:

  • Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidak efektif)

(Bagi di depan subjek)

  • Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour.(Efektif)
  • Konjungsi intrakalimat tidak dipakai di dalam kalimat tunggal.

Contoh:

  • Saksi tidak hadir. Sehingga persidangan ditunda minggu depan.

(Sehingga di awal kalimat)

  • Saksi tidak hadir sehingga perseidangan ditunda minggu depan.

(sehingga di tengah kalimat)

  • Predikat tidak didahului konjungsi yang.

Contoh:

  • Supporter timnas Indonesia yang mengenakan baju merah putih.

(yang di depan predikat)

  • Supporter timnas Indonesia mengenakan baju merah putih.
  • Subjek tidak ganda.

Contoh:

  • Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa.

(Apa subjeknya: pembangunan jalan itu atau kami?)

  • Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (Subjek: saya)
  1. Keparalelan (Kesejajaran)

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata atau makna yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.

Contoh:

  • Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kalimat efektif. (Tidak paralel)
  • Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. (Paralel)
  • Ami menulisi surat. (Tidak paralel makna)
  • Ami menulis surat. (Paralel)
  1. Kehematan

Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:

  • Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk

Contoh:

  • Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. (Tidak hemat)
  • Saya tidak suka buah apel dan duren. (Hemat)
  • Menghindari kesinoniman dalam kalimat

Contoh:

  • Saya hanya memiliki 3 buah buku saja. (Tidak hemat)
  • Saya hanya memiliki 3 buah buku. (Hemat)
  • Menghindari penjamakan kata pada kata jamak

Contoh:

  • Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak hemat)
  • Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Hemat)
  1. Kelogisan

Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.

Contoh:

  • Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak logis)
  • Bapak kepala sekolah, kami persilahkan maju ke mimbar! (Logis)
  1. Kecermatan

Kalimat efektif ditulis secara cermat, tepat dalam diksi sehingga tidak menimbulkan tafsir ganda dan kerancuan dalam kalimat.

Contoh:

  • Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi Putri Indonesia tahun ini. (Tidak cermat)
  • Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi Putri Indonesia tahun ini. (Cermat)
  • Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit mengandung virus dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu botol. (Tidak cermat)
  • Bayi yang mendapat ASI akan lebih sedikit mengandung virus dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu botol. (Cermat)

Kecermatan juga diperlihatkan dengan tidak mengulang kata-kata yang sama yang bukan bertujuan penekanan seperti contoh berikut.

Contoh:

  • Pengumuman itu akan diumumkan kepada umum 2 minggu lagi. (Kurang cermat)
  • Pengumuman itu akan diumumkan kepada publik 2 minggu lagi. (Cermat)
  • Diharapkan proposal beserta keseluruhan kelengkapannya dapat melengkapi persyaratan administrasi proyek. (Kurang cermat)
  • Diharapkan proposal beserta seluruh kelengkapannya dapat memenuhi persyaratan administrasi proyek. (Cermat)
  1. Kebervariasian

Kalimat yang efektif menunjukkan penggunaan kalimat yang tidak monoton. Kalimat yang digunakan sebaiknya bervariasi dengan memanfaatkan jenis-jenis kalimat yang ada dalam bahasa Indonesia. Selain itu, variasi dalam panjang-pendek kalimat dan penggantian unsur di awal kalimat juga menandakan kefektifan kalimat.

Contoh:

  • Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang tua.
  • Dibutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua kepada anaknya.
  • Perhatian dan kasih sayang orang tua dibutuhkan anak.
  1. Ketegasan

Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokoknya sehingga ide pokoknya menonjol di dalam kalimat tersebut.  Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.

  • Meletakan kata yang ditonjolkan di awal kalimat

Contoh:

  1. Sudah saya baca buku itu. (penekanan pada baca buku)
  2. Buku itu sudah saya baca. (penekanan pada Buku itu)
  • Mengurutkan kata secara bertahap.

Contoh:

  1. Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)
  2. Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)
  • Mempertentangkan ide yang ditonjolkan

Contoh:

  1. Perusahaan itu tidak bangkrut, tetapi berkembang dengan pesat.
  2. Surti kurus, tetapi jago makan.
  • Menggunakan partikel penekanan

Contoh:

  1. Buanglah semua sampah itu!
  2. Jangankan emas uang pun aku tak punya.
  • Mengulang kata

Contoh:

  • Suroto ayah yang baik, ayah yang rela berkorban demi anak-anaknya.
  • Sudah merupakan kewajiban bagi mahasiswa untuk belajar, belajar, dan belajar.
  1. Ketepatan

Setiap kata yang digunakan perlu dipilih secara tepat dan cermat sehingga dapat mewakili tujuan, maksud, atau pesan penulis.

Contoh:

  • Posisi ketujuh korban saat ditemukan warga dan aparat kepolisian berada dalam satu ruangan. (Tidak tepat)
  • Ketujuh korban, saat ditemukan warga dan aparat kepolisian, berada dalam satu ruangan. (Tepat)
  • Posisi ketujuh korban saat ditemukan warga dan aparat kepolisian di dalam satu ruangan (Tepat)
  1. Kebenaran struktur

Kalimat efektif mengandung kebenaran struktur bahasa Indonesia, artinya unsur-unsur yang digunakan dalam kalimat tidak memakai unsur-unsur asing, atau daerah. Sebagai contoh, pemakaian unsur bahasa Inggris which, where tidak benar jika disepadankan dengan konjungsi dimana, di mana, atau yang mana dalam bahasa Indonesia. Penggunaan kata tersebut perlu dihindari. Begitu pula unsur bahasa daerah sebaiknya tidak dipakai dalam tulisan.

Contoh:

  • Kota dimana dia lahir kini hancur karena gempa. (Tidak benar)
  • Kota tempat dia lajir kini hancur karena gempa. (Benar)
  • Pemerintah akan membangun sebuah sekolah yang mana sekolah itu adalah satu-satunya sekolah yang ada di Desa Sipiongot. (Tidak benar)
  • Pemerintah akan membangun sebuah sekolah yang merupakan satu-satunya sekolah yang ada di Desa Sipiongot. (Benar)
  • Dengan kita punya kemampuan menggunakan teknologi baru, segala pekerjaan akan lancar. (Tidak benar)
  • Dengan kemampuan kita menggunakan teknologi baru, segala pekerjaan akan lancar. (Benar)
  1. Keringkasan

Dalam menulis ditemukan pemakaian kata dan kelompok kata yang sebenarnya memiliki makna yang sama. Dalam hal ini kelompok kata merupakan bentuk panjang, sedangkan kata merupakan bentuk ringkas atau pendek.

Contoh:

  • Kami mengadakan penelitian anak jalanan di Jakarta. (Bentuk panjang)
  • Kami meneliti anak jalanan di Jakarta. (Bentuk ringkas)
  • Pak Sanusi selalu memberi nasihat kepada anak-anaknya. (Bentuk panjang)
  • Pak Sanusi selalu menasihati anak-anaknya. (Bentuk ringkas)
  • Mahasiswa mengadakan diskusi mengerjakan tugas dari dosen. (Bentuk panjang)
  • Mahasiswa berdiskusi mengerjakan tugas dari dosen. (Bentuk ringkas)

 

Ciri CIri Kalimat Efektif Secara Umum :

  1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
  2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
  3. Menggunakan diksi yang tepat.
  4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
  5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
  6. Melakukan penekanan ide pokok.
  7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
  8. Menggunakan variasi struktur kalimat.

Syarat-Syarat Kalimat Efektif

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

  1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

  2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

  3. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.

  4. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.

  5. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.

  6. Sistematis dan tidak bertele-tele.

Struktur Kalimat Efektif

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.

      Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:

  1. Buat Papa menulis surat saya.
  2. Surat saya menulis buat Papa.
  3. Menuis saya surat buat Papa.
  4. Papa saya buat menulis surat.
  5. Saya Papa buat menulis surat.
  6. Buat Papa surat saya menulis.

      Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

      Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hukum yang sudah dibiasakan. dan menaati penyusunan kalimat efektif sebagai berikut:

Penggunaan Kata yang Mengalami Perubahan Makna :

      Penggunaan kata yang mengalami perubahan makna dalam perkembangan penggunaannya sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut sering terjadi karena pergeseran konotasi,rentang masa penggunaan,jarak dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, ameliorative, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan penjelasan dibawah ini:

Macam-macam perubahan makna:

  • Menyempit/spesialisasi

Kata yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya biasa dipakai untuk berbagai hal umum,tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.

Contoh:
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalam arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).

  • Meluas/generalisasi

Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.

Contoh:
Petani dulu dipakai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.

  • Ameliorasi (Peninggian Makna)

Peninggian makna adalah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tingg/ hormat/ halus/ baik nilainya, daripada makna lama.

Contoh:

Kata Makna lama Makna Baru
Bung Panggilan kepada orang laki-laki Panggilan kepada pemimpin
Petani Orang yang bekerja disawah Orang yang bekerja di bidang agribisnis
Putra Anak laki-laki Lebih tinggi daripada anak
Gadis Perawan Perempuan muda masa kini
  • Peyorasi (Penurunan Makna)

Penurunan makna adalah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya, daripada makna lama.

Contoh:

Kata Makna lama Makna Baru
Bini Perempuan yang sudah dinikahi Lebih rendah daripada istri/ nyonya
Bunting Mengandung Lebih rendah dari kata hamil
Janda Istri yang ditinggal karena suami meninggal dunia Istri yang ditinggalkan karena perceraian
  • Asosiasi

    Yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “Hati-hati dengan tukang catut itu”. Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif, begitu pula dengan kata kacamata dalam: “Menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar”.

  • Sinestesia

    Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.

Contoh:
Gadis itu berwajah manis (kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pegecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk,dan sebagainya).


Daftar Pustaka

Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan      Pengembangan Bahasa.

Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.

Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari