Platyhelminthes (Cacing Pipih) adalah

Diposting pada

Hewan yang tidak bertulang belakang atau invertebrata terdiri atas beberapa jenis dan golongan. Jika ada yang memiliki rangka, maka rangka itu berbeda dengan rangka biasa yang kita kenal. Umumnya rangka invertebrata tersebut ada di luar menyelubungi tubuhnya.

Platyhelminthes

Hewan-hewan yang tidak bertulang belakang semuanya memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang belakang. Misalnya untuk peredaran darahnya bila kita amati, peredaran darah pada hewan bertulang belakang telah sempurna dengan jantung yang memiliki kamar-kamar dan pembuluh yang mempunyai tugas masing-masing.

Jika ada hewan yang tidak bertulang belakang memiliki peredaran darah tertutup, peredaran darah itu tidak sesempurna peredaran darah katak dan ikan atau hewan bertulang belakang lainnya. Selain peredaran darahnya, sistem pernafasan, pencernaan, dan pengeluarannya pun lebih sederhana. Hal ini berkaitan dengan struktur tubuh vertebrata yang jauh lebih rumit dibandingkan dengan struktur tubuh invertebrata.

Pada makalah ini kami akan menyajikan satu dari filum yang ada pada hewan tidak bertulang belakang atau invertebrata. Filum yang akan dibahas ini adalah filum platyhelminthes, di mana kita akan membahas mulai dari karakteristik umum dari platyhelminthes hingga peran platyhelminthes dalam kehidupan manusia.


Pengertian Platyhelminthes (Cacing Pipih)

Cacing pipih (Platyhelminthes) adalah cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.


Ciri-Ciri Platyhelminthes

Hewan-hewan yang termasuk ke dalam filum platyhelminthes memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:

  • Tubuhnya berbentuk pipih dengan beberapa bentuk seperti pita, keadaan tubuhnya lunak dan tidak memiliki segmen-segmen (berbuku-buku)
  • Tidak memiliki sistem peredaran darah
  • Sistem ekresinya dibangun oleh sel-sel berbulu getar yang disebut sel api (selenosit) dengan saluran-saluranekresinya.
  • Memiliki kulit luar yang lunak, bersilia atau tertutup oleh lapisan kutikula yang dilengkapi dengan alat penghisap.
  • Sisitem saraf terdiri atas ganglion otak dengan saraf-saraf tepi
  • Reproduksinya berlangsung secara generatif, testis damn ovarium terdapat bersama-sama dalam satu individu.
  • Umumnya ditemukan sebagai parasit yang hidup bebas, turbellaria yang hidup sebagai tidak berparasit.

Struktur dan Fungsi Platyhelminthes (Cacing Pipih)

Adapun struktur dan fungsi tubuh pada cacing pipih terdiri atas:

Struktur-dan-Fungsi-Platyhelminthes


1. Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan cacing pipih disebut dengan sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut, faring dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.

Cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.


2. Sistem Syaraf

Adapun sistem syaraf yaitu:

  • Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut syaraf melintang.
  • Sistem syaraf dapat tersusun dari sel syaraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel syaraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel syaraf motor (sel pembawa dari otak efektor), dan sel asosiasi (perantara).

3. Sistem Indera

Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pengatur keseimbangan) dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai).

Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia, sistem ini terdiri dari saluran berpembuluh yang berakhir di sel api. Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel.


4. Sistem Reproduksi

Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong hermaprodit.


Klasifikasi Platyhelminthes (Cacing Pipih)

Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi Platyhelminthes (Cacing Pipih), sebagai berikut:


  1. Turbellaria (cacing berambut getar)

Turbellaria

Keberadaan: 4000+ spesies di seluruh dunia; hidup di batu dan permukaan sedimen di air, di tanah basah, dan di bawah batang kayu. Hampir semua Turbellaria hidup bebas (bukan parasit) dan sebagian besar adalah hewan laut.

Kebanyakan turbellaria berwarna bening, hitam, atau abu-abu. Namun, beberapa spesies laut, khususnya di turumbu karang, memiliki corak warna lebih cerah. Panjang mulai kurang dari 1 mm hingga 50 cm. Spesies terbesar bertubuh seperti kertas.


a. Planaria sp

Cacing ini dipakai sebagai contoh yang mewakili anggota kelas Turbellaria pada umumnya. Anggota genus Dugesia, yang umumnya dikenal sebagai Planaria, berlimpah dalam kolam dan aliran sungai yang tidak terpolusi. Planaria mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang teduh, misalnya di balik batu-batuan, di bawah daun yang jatuh ke dalam air.

Bentuk tubuh anggota ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing yang panjang tubuh sekitar 5-25 mm. Planaria memangsa hewan yang lebih kecil atau memakan hewan-hewan yang sudah mati.

Planaria dan cacing pipih lainnya tidak memiliki organ yang khusus untuk pertukaran gas dan sirkulasi. Bentuk tubuhnya yang pipih itu menempatkan semua sel-sel berdekatan dengan air sekitarnya, dan percabangan halus rongga gastrovaskuler mengedarkan makanan ke seluruh hewan tersebut.

Sistem saluran pencernaan makanan terdiri dari mulut, faring, oesofagus, dan usus. Mulut, terletak di bagian ventral dari tubuh, yaitu kira-kira dekat dengan pertengahan agak ke arah ekor. Lubang mulut ini dilanjutkan oleh kantung yang bentuknya silindris memanjang yang disebut rongga mulut (Faring). Oesofagus merupakan persambungan daripada faring yang langsung bermuara kedalam usus; ususnya bercabang tiga, yaitu menuju ke arah anterior, sedang yang dua lagi sejajar menuju ke arah posterior.

Seperti halnya hewan tingkat rendah lainnya, Planaria juga belum mempunyai alat pernafasan yang khusus. Pengambilan O2 maupun pengeluaran CO2 secara osmosis langsung melalui seluruh permukaan tubuh.

Sistem ekskresi terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal yang mulai dari sel-sel nyala (flame cells) yang di bagian anteriornya berhubungan silang. Seluruh sistem ini terbuka ke luar melalui porus ekskretorius. Flame cells atau sel-sel api berfungsi sebagai alat ekskresi yang membuang zat-zat sampah yang merupakan sisa-sisa metabolisme dan juga sebagai alat osmoregulasi dalam arti ikut membantu mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air di dalam tubuh, sehingga nilai osmosis tubuh tetap dapat dipertahankan seperti ukuran normal.

Sistem saraf terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, yang di bagian anteriornya berhubungan silang, dan 2 ganglion anterior yang terletak dekat di bawah mata. Ganglion berfungsi sebagai otak dalam arti bertindak sebagai pusat susunan saraf serta mengkoordinir aktivitas-aktivitas anggota tubuh. Seonggok ganglion tersebut letaknya di bagian kepala persis di bawah lapisan epidermis agak di sebelah bintik mata. Ganglion ini karena terletak di bagian kepala dan berfungsi sebagai otak maka biasa disebut ganglion kepala atau ganglion cerebral.

Dari ganglin cerebral ini keluarlah cabang-cabang urat saraf secara radier menuju ke arah lateral, anterior, dan pasterior. Cabang anterior menuju ke bagian bintik mata, cabang lateral menuju ke alat indera cemoreseptor, sedangkan cabang posterior ada satu pasang kanan kiri yang saling bersejajar yang membentang di bagian ventral tubuh yang disebut tali saraf.

Planaria sudah mempunyai alat indera yang berupa bintik mata, dan indera aurikel, yang kedua-duanya terletak di bagian kepala. Bintik mata merupakan titik hitam yang terletak di bagian dorsal daripada bagian kepala. Masing-masing bintik mata terdiri dari sel-sel pigmen yang tersusun dalam bentuk mangkok yang dilengkapi dengan sel-sel saraf sensorik yang sangat sensitif terhadap sinar. Bintik mata itu sekedar dapat membedakan gelap dan terang saja.

Planaria bersifat hermafrodit, terdapat alat kelamin jantan dan betina. Alat kelamin jantan terdiri dari:

  • Testis, yang berjumlah ratusan, berbentuk bulat tersebar di sepanjang sisi tubuh keduanya.
  • Vasa eferensia, yang merupakan pembuluh yang menghubungkan testis dengan bagian pembuluh lainnya.
  • Vasa deferensia, merupakan pembuluh berjumlah dua buah yang masing-masing membentang di setiap sisi tubuh yang kedua-duanya saling bertemu dan bermuara ke dalam suatu kantung yang disebut vesiculus seminalis.
  • Vesiculus seminalis, berfungsi untuk menampung sperma dan menyalurkan sperma menuju ke penis.
  • Penis, yang merupakan alat pentransfer ke tubuh waktu mengadakan kopulasi pada perkawinan silang.

Sistem alat kelamin betina terdiri dari atas bagian-bagian seperti berikut:

  1. Ovari, berjumlah dua buah, berbentuk bulat terletak di bagian anterior tubuh.
  2. Oviduct, dari setiap ovarium akan membentang ke arah posterior sebuah saluran yang disebut oviduct (saluran telur). Antara saluran telur kanan dan kiri saling bersejajar yang masing-masing dilengkapi dengan kelenjar yang menghasilkan kuning telur.
  3. Kelenjar kuning telur, menghasilkan kuning telur yang akan disediakan bagi sel telur bila telah diproduksi oleh ovarium.
  4. Vagina, merupakan suatu aliran yang berfungsi untuk menerima transfer spermatozoid dari cacing planaria lain.
  5. Uterus, merupakan ruangan yang bentuknya menggelembung yang berfungsi untuk menyimpan spermatozoid. Uterus juga biasa disebut receptaculus seminalis.
  6. Genital atrium (ruang genitalis) yaitu muara antara kedua buah saluran telur.

Planaria berkembang biak dengan cara seksual maupun aseksual. Planaria akan menghindarkan diri bila terkena sinar yang kuat, oleh karena itu pada siang hari cacing itu melindungkan diri di bawah naungan batu-batu atau daun atau di bawah objek yang lain. Pada waktu istirahat biasanya Planaria melekatkanatau menempelkan diri pada suatu objek dengan bantuan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar lendir. Planaria melakukan dua macam gerak, yaitu gerak merayap dan meluncur.


  1. Trematoda (cacing hisap)

Trematoda

Keberadaan: 12000 spesies di seluruh dunia; hidup di dalam atau pada tubuh hewan lain. Semua cacing hisap adalah parasit, berbentuk silinder atau seperti daun. Panjang berkisar 1 cm hingga 6 cm. Cacing ini memiliki penghisap untuk menempelkan diri ke organ internal atau permukaan luar inangnya, dan semacam kulit keras yang membantu melindungi parasit itu. Organ reproduksinya mengisi hampir keseluruhan bagian interior cacing hisap.

Sebagai suatu kelompok, cacing trematoda memparasiti banyak sekali jenis inang, dan sebagian besar spesies memiliki siklus hidup yang kompleks dengan adanya pergiliran tahap seksual dan aseksual. Banyak trematoda memerlukan suatu inang perantara atau intermediet tempat larva akan berkembang sebelum menginfeksi inang terakhirnya (umumnya vertebrata), tempat cacing dewasa hidup. Sebagai contoh, trematoda yang memparasati manusia menghabiskan sebagian dari sejarah hidupnya di dalam bekicot.

Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.

Trematoda tidak mempunyai rongga badan dan semua organ berada di dalam jaringan parenkim. Tubuh biasanya pipih dorsoventral, dan biasanya tidak bersegmen dan seperti daun. Mereka mempunyai dua alat penghisap, satu mengelilingi mulut dan yang lain berada di dekat pertengahan tubuh atau pada ujung posterior. Alat penghisap yang kedua disebut asetabulum karena bentuknya mirip dengan mangkuk cuka.

Dinding luar atau tegumen trematoda adalah kutikula yang kadang2 mengandung duri atau sisik.

Sistem pencernaan makanan sangat sederhana. Terdapat mulut pada ujung anterior, yang dikelilingi oleh sebuah alat penghisap. Makanan dari mulut melalui farings yang berotot ke esofagus dan kemudian ke usus, yang terbagi menjadi dua sekum yang buntu. Sekum ini kadang2 bercabang, dan percabangan ini kadang-kadang sedikit rumit. Kebanyakan trematoda tidak mempunyai anus, dengan demikian sisa bahan makanan harus diregurgitasikan.

Sistem saraf adalah sederhana. Cincin dari serabut saraf dan ganglia mengelilingi esofagus, dan dari sini saraf berjalan ke depan dan belakang. Biasanya, sebatang saraf berjalan kebelakang pada setiap sisi, dan saraf-saraf bertolak dari sini menuju ke berbagai organ.

Trematoda tidak mempunyai sistem peredaran darah. Sistem ekskresi tersusun dari sebuah kandung kemih posterior. Sebuah sistem percabangan dari tabung pengumpul yang masuk ke dalam kandung kemih, dan sebuah sistem sel-sel ekskresi yang terbuka ke dalam saluran pengumpul tersebut. Tidak terdapat organ ekskresi yang terlepas, sel-sel ekskresi ditempatkan secara strategis di seluruh tubuh. Sel ekskresi terdiri dari sebuah sitoplasma basal yang berisi inti dan sebuah vakuola berisi seberkas silia ynag terbuka secara tetap ke dalam saluran pengumpul.

Sistem reproduksinya kompleks. Sebagian besar dari trematoda adalah hermafrodit, mempunyai organ jantan dan betina. Tetapi pembuahan silang merupakan hal yang biasa, dan pembuahan sendiri tidak umum. Pembuahan biasanya uterus, sperma melewati sirus dari satu cacing ke uterus cacing lain.

Siklus Hidup Trematoda

  • Clonorchis sp (cacing hati pada manusia)

Zygot → Larva Myrasidium → Sporosit → Redia → Sercaria → Metacercaria → Cacing dewasa.

Keterangan:

  1. Telur dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari penderita
  2. Telur akan berkembang menjadi larva mirasidium dan masuk ke inang perantara 1, biasanya adalah siput
  3. Di tubuh siput, larva myrasidium akan bermetamorfosis menjadi sporosit
  4. Sporosit ini mengandung banyak kantung embrio, yang akan tumbuh menjadi Redia
  5. Redia akan tumbuh dan mengandung embrio yang akan berkembang menjadi Sercaria
  6. Sercaria yang dihasilkan akan berpindah menempel pada tumbuhan air membentuk kista metasercaria
  7. Tumbuhan yang mengandung kista di makan oleh domba, maka kista akan berkembang menjadi cacing hati dewasa.
  • Fasciola hepatica (cacing hati pada domba)

Zygot → Larva Myrasidium → Sporosit → Redia → Sercaria → Metacercaria → Cacing dewasa.

Keterangan:

  1. Telur dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari penderita
  2. Telur akan berkembang menjadi larva mirasidium dan masuk ke inang perantara 1, biasanya adalah siput
  3. Di tubuh siput, larva myrasidium akan bermetamorfosis menjadi sporosit
  4. Sporosit ini mengandung banyak kantung embrio, yang akan tumbuh menjadi Redia
  5. Redia akan tumbuh dan mengandung embrio yang akan berkembang menjadi Sercaria
  6. Sercaria yang dihasilkan akan berpindah menempel pada tumbuhan air membentuk kista metasercaria.
  7. Tumbuhan yang mengandung kista di makan oleh domba, maka kista akan berkembang menjadi cacing hati dewasa

  1. Cestoda (cacing pita)

Cestoda

Keberadaannya: 3500 spesies di seluruh dunia; hidup sebagai parasit dalam tubuh hewan. Contoh cacing pita adalah Taenia solium dan Taenia saginata yang parasit pada orang.Taenia terdiri dari sebuah kepala bulat yang disebut scolex, sejumlah ruas, yang sama disebut disebut proglotid.

Pada kepala terdapat alat hisap dan jenis Taenia solium mempunyai kait (rostellum) yang sangat tajam yang mengunci cacing itu ke lapisan intestinal inang. Di belakang scolex terdapat leher kecil yang selalu tumbuh yang akan menghasilkan proglotid baru yang mula-mula kecil tumbuh menjadi besar. Panjang tubuh cacing pita mencapai 2 m. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).

Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri. Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja dengan membawa ribuan telur. Jika termakan hewan lain, telur akan berkembang dan memulai siklus hidup barunya. Cacing pita tidak memiliki saluran pencernaan. Cacing pita menyerap makanan yang telah dicerna terlebih dahulu oleh inang.

Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus). Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna. Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.

Cacing pita tidak mempunyai saluran pencernaan dan sitem peredaran darah. Makanan langsung melalui dinding tubuh. Sistem ekskresi yaitu berupa sel api.

Sistem saraf tersusun dari beberapa ganglion pada skoleks, dengan komisura melintang diantaranya. Dan tiga batang saraf longitudinal setiap sisil tubuh (sebuah batang besar disebelah lateral dan yang kecil disebelah ventral), satu ganglion kecil disetiap segmen pada masing-masing dari enam batang tersebut, dan komisura pada setiap segmen menghubungkan ganglion-ganglion ini.

Cestoda adalah hermafrodit, yang mempunyai organ jantan dan betina. Organ jantan terdiri dari testis (menghasilkan spermatozoa), vas deferen, seminal vesicle, penis, dan lubang kelamin. Sedangkan organ bertina terdiri dari ovarium, oviduk, seminal uterus, vagina, dan lubang kelamin.


Daur Hidup Platyhelminthes (Cacing Pipih)

Daur-Hidup-Platyhelminthes-(Cacing-Pipih)

  • Fasciola hepatica

Telur (bersama feces) -> larva bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea auricularis atau lymnea javanica) -> sporosista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista (metaserkaria) -> dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica) -> usus -> hati -> sampai dewasa


  • Chlornosis sinensis

Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa


  • Schistosoma javanicum

Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia -> pembuluh darah vena.


  • Taenia saginata / Taenia Solium

Proglotid (bersama feces) -> mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di manusia -> keluar bersama feces.


Peranan Platyhelminthes Dalam Kehidupan

Adapun peranan Platyhelminthes dalam kehidupan adalah sebagai berikut:

  1. Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain.
  2. Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia
  3. Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan tersebut disebabkan perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh.
  4. Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya, spesies ini dapat menghisap darah manusia.
  5. Paragonimus sp, parasit pada paru-paru manusia. dapat menyebabkan gejala gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, dahak/sputum becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
  6. Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran pencernaan. Terjadinya radang di daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan absces pada dinding usus. Terjadi gejala diaree kronis.
  7. Taeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp. Cacing ini menghisap sari-sari makanan di usus manusia.
  8. Fascioliasis, disebabkan oleh Fasciola hepatica. Merupakan penyakit parasit yang menyerang semua jenis ternak. Hewan terserang ditandai dengan nafsu makan turun, kurus, selaput lendir mata pucat dan diare.

Demikianlah pembahasan mengenai Platyhelminthes (Cacing Pipih) adalah: Ciri, Struktur, Klasifikasi, Daur Hidup dan Peranan semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.


Baca Juga:

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari