Peran Vitamin K Dalam Tubuh

Diposting pada

pengertian-vitamin-K

Pengertian Vitamin K

Vitamin K ditemukan pertama kali di Denmark (1964), pada saat itu ditemukan anak ayam yang diberi makan ransum bebas lemak, ternyata memperlihatkan gejala hemorhagia. Pada bayi, hemorhagia dapat dicegah dengan memberikan vitamin K pada ibunya sebelum bayi tersebut dilahirkan. Berdasarkan alasan tersebut maka vitamin K disebut juga vitamin koagulasi, karena vitamin ini bertperan dalam menjaga konsitensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Defisiensi vitamin K menyebabkan waktu pembekuan darah menjadi lebih panjang, sehingga penderita defisiensi vitamin K bisa mati hanya karena perdarahan ringan. Proses pembekuan darah terdiri dari dua tahap, yaitu (1) protrombin, dengan adanya tromboplastin, kalsium dan faktor-faktor lain diubah menjadi trombin dan (2) fibrinogen diubah menjadi gumpalan fibrin.


Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemoragik.  Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang terjadi  karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari makanan.  Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir.

Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama.  Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam empedu. Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam darah. Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler.


Dasar Vitamin K

Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak, yang Mayoritas vitamin K dalam tubuh anda berasal dari bakteri dalam usus besar anda, dan sementara sisanya berasal dari makanan yang anda makan. Untuk sumber makanan vitamin K termasuk sayuran hijau, alfalfa, kembang kol, tomat, stroberi, hati, yogurt dan kuning telur.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Suntik Vitamin C – Pengertian, Manfaat, Peranan, Konsumsi, Pemberian, Efek Samping


Struktur Kimia & Klasifikasi Vitamin K

Struktur kimia vitamin K terdapat dalam tiga bentuk berbeda (Gambar 1.), pertama adalah vitamin K1 atau filoquinon, yaitu jenis yang ditemukan dan dihasilkan tumbuh-tumbuhan dan daun hijau. Kedua, adalah K2 atau disebut juga dengan menaquinon, yang dihasilan oleh jaringan hewan dan bakteri menguntungkan dalam sistem pencernaan. Dan yang ketiga adalah K3 atau menadion, yang merupakan vitamin sintetik, bersifat larut dalam air, digunakan untuk penderita yang mengalami gangguan  penyerapan vitamin K  dari  makanan.

Struktur Kimia & Klasifikasi Vitamin K


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Fungsi dan Jenis-Jenis Vitamin


Sifat Kimia vitamin K

Vitamin K yang terdapat di alam larut dalam lemak, namun beberapa preparat sintis larut dalam air. 2-Metil-1,4-nafrakuinon, yang disebut juga menadion, adalakah suatu produk sintetis vitamin K, yang bersifat lebih aktif dibanding vitamin K1.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 4 Penggolongan Bahan Pangan Dalam Biologi


Fungsi Vitamin K

Fungsi vitamin K antara lai 91) memelihara kadar normal faktor-faktor pembeku darah, yaitu faktor II, VII, IX, dan X, yang disintesis di hati; (2) berperan dalam sintesis faktor II, yaitu protrombin; (3) sebagai komponen koenzim dalam proses fosforilasi.

Vitamin K digunakan untuk mata lebih bersinar, hal ini banyak ditemukan di krim mata yang juga mengandung retinol. Vitamin K dipercaya bisa membantu mengatasi lingkar mata hitam. Pembuluh kapiler yang rentan dan bocor di sekitar daerah mata sering diakui sebagai penyebab hitamnya daerah di sekitar mata. Vitamin K, yang dikenal juga sebagai phytonadione, bisa membantu mengontrol aliran darah. Penggunaan vitamin K teratur bisa membuat bagian lingkar mata yang menghitam terlihat lebih cerah. Biasanya digunakan 2-3 hari seminggu, setiap sebelum tidur untuk mencegah iritasi. Vitamin K uga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal.


Seluruh vitamin K dalam tubuh diproses dalam liver di mana nantinya akan digunakan untuk memproduksi zat pembuat darah bisa membeku.  Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang terutama jenis K1.   Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal dan memastikan tidak salah sasaran.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengujian Zat Makanan – Jenis, Fungsi, Persyaratan, Alat dan Bahan, Cara Kerja, Data, Hasil Pengujian


Sumber dan Metabolisme Vitamin K

Sumber Vitamin K

Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain jumlahnya  terbilang kecil,  sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri yang mampu mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam hati.  Namun begitu,  tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan.

Meskipun kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Vitamin K juga terkandung dalam makanan,  seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak dan sayuran sejenis kobis (kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedele, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu menstimulasi produksi vitamin ini.


Metabolisme Vitamin K

Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90% vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati, vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah, vitamin K bergabung dengan VLDL dalam plasma darah.

Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diewkskresikan melalui feses. Pada gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 %.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Dinoflagellata – Ciri, Klasifikasi, Toksisitas, Macam, Fenomena, Contoh, Para Ahli


Vitamin K dan Koagulasi

Phyllis Balch mengatakan di dalam bukunya “resep untuk penyembuhan gizi” bahwa vitamin K sangat diperlukan untuk produksi protrombin dan protein penting lainnya yang terlibat dalam pembekuan darah. Karena itu, vitamin ini sangat penting untuk pembekuan darah normal membantu mencegah pendarahan dan masalah perdarahan lainnya.

Untuk kekurangan vitam K akan dapat menyebabkan mudah memar, mimisan, gusi berdarah, darah dalam tinja atau urin. tinja barwarna hitam atau perdarahan menstruasi yang sangat berat. Kekurangan pada bayi dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam jiwa, dan karena ini bayi biasanya disuntik dengan vitamin K saat lahir hal ini untuk mencegah defisiensi vitamin K.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Gizi – Sejarah, Perkembangan, Pengelompokan, Makro, Mikro, Ruang Lingkup, Cabang Ilmu, Para Ahli


Vitamin K Dan Tulang Anda

Vitamin K juga sangat memiliki peran dalam produksi protein tulang ‘Osteokalsin’. Dengan demikian ialah penting untuk pembentukan tulang yang tepat dan perbaikan dan kekurangan vitamin K dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang dan peningkatan risiko patah tulang.

Bahkan, beberapa studi klinis telah menunjukkan bahwa vitamin K dapat meingkatkan intergritas tulang anda, dan Balch mengatakan bahwa hal itu mungkin karena itu berguna untuk pencegahan Osteoporosis. Elson Haas, MD, menambahkan dalam bukunya ‘sehat dengan gizi’ bahwa vitamin K mungkin juga bermanfaat untuk penderita rheumatoid arthritis karena kemampuannya untuk mengurangi peradangan pada lapisan sendi sinovial.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Lemak Beserta Fungsinya Terlengkap


Vitamin K Dan Protein Gas6

Dalam hal ini menurut The Linus Pauling Institue, vitamin K adalah penting untuk produksi protein yang dikenal sebagai “Gas6” Gas6 ditemukan di seluruh sistem saraf, jantung, paru-paru, ginjal, lambung dan tulang rawan dan tampaknya akan diperlukan untuk tepat pertumbuhan sel dan regulasi. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan fungsi yang tepat dari Gas6, tetapi mungkin memainkan peran sentral dalam pengembangan dan penuaan dari sistem saraf.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Perbedaan Lemak Dan Lipid – Pengertian, Sifat, Fungsi, Lilin, Steroid, Golongan


Keracunan Vitamin K

Keracunan vitamin K bisa terjadi, misalnya pada orang yang menerima pengganti vitamin K larut air.  Gejala-gejalanya adalah hemolisis (penghancuran sel darah merah), penyakit kuning dan kerusakan otak.

Walaupun kekurangan vitamin K dianggap langka, Haas mengatakan bahwa orang-orang dengan kelainan genetik atau hati tertentu, mereka yang mengambil antibiotik sering atau memiliki kekurangan kemampuan untuk memproduksi vitamin K dalam usus dan individu mereka dengan kolitis, penyakit celiac dan masalah malabsorpsi usus lainnya mungkin semua menjadi kekurangan. Haas menambahkan bahwa kekurangan vitamin K juga terjadi kadang-kadang pada orang tua karena pola makan yang buruk dan dapat mengurangi flora usus. Apabila anda menduga bahwa anda kekurangan vitamin K, Hass menganjurkan meningkatkan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin K sebelum mempertimbangkan suplemen.


Daftar Pustaka

John, B. C. Mol. Cell. Biochem. 1981, 38, 77-121.
Suttie, J. W. Ann. Rev. Biochem. 1985, 54, 459-477.
Renzulli, R.; Tuchshmid, P.; Eich, G.; Fanconi, S.; Schwobel, M. G. J. Pediatr. 1998, 157, 663-665.
Solves, P.; Altes, A.; Ginovart, G.; Demestre, J. Ann. Hematol. 1997, 75, 65-66.
Brousson, M. A.; Klein, M. C.; Can. Med. Assoc. J. 1996, 154, 307-315.
Tam, D. A.; Myer, E. C. J. Child Neurol. 1996, 11, 244-246.
Hathaway, W. E.; Isarangkura, P. B.; Mahasandana, C. J. Pediatr. 1991, 119, 461-464.
Cornelissen, E. A. M.; Klollee, L. A. A.; Motohara, K.; Monnens, L. A. H. J. Pediatr. Gastroenterol. Nitr. 1993, 16, 301-305.
Motohara, K. Kuroki, Y.; Kan, H.; Endo, F.; Matsuda, I. Pediatr. Res. 1985, 19, 354-357.
Haroon, Y.; Bacon, D. S.; Sadowski, J. A. Clin. Chem. 1986, 32, 1925-1929.
Bancroft, J.; Cohen, M. B. J. Pediatr. Gastroenterol. Nitr. 1993, 16, 78-80.

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari