APEC : Latar Belakang Sejarah dan Tujuan

Diposting pada

APEC : Sejarah, Latar Belakang, Anggota, Permasalahan, Manfaat dan Tujuan adalah Asia-Pacific Economic Coorperation atau Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik

sejarah-dan-latar-belakang-apec


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Tujuan Asean – Pengertian, Prinsip, Tujuan, Struktur, Sekertariat, Kerjasama


Sejarah  APEC

APEC adalah Asia-Pacific Economic Coorperation atau Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik. APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik[1]. Koferensi negara-negara kawasan Asia Pasifik yang dilaksanakan atas prakarsa Australia pada bulan November 1989 di Canberra merupakan forum antar pemerintah yang kemudian dikenal dengan nama “Asia Pacific Economic Cooperation” atau disingkat APEC. Latar belakang berdirinya APEC ditandai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi regional akibat globalisasi sistem perdagangan, dan adanya perubahan berbagai situasi politik dan ekonomi dunia sejak pertengahan tahun 1980-an.


Asia pasific Economic Cooperation-APEC merupakan forum yang terbentuk dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia saat itu yang berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur, kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan menimbulkan proteksionisme dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya kecenderungan saling ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Forum yang dibentuk tahun 1989 di Canbera-Australia ini telah melaksanakan langkah besar dalam menggalang kerjasama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi, dialog dan sebagai lembaga informal yang kerjasama ekonominya berpedoman melalui pendekatan liberalisasi bersama berdasarkan sukarela, melakukan inisiatif secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan konsultasi yang intensif terus menerus diantara 21 ekonomi anggota.


Kerja sama APEC dibentuk dengan pemikiran bahwa dinamika perkembangan Asia Pasifik menjadi semakin kompleks dan di antaranya diwarnai oleh perubahan besar pada pola perdagangan dan investasi, arus keuangan dan teknologi, serta perbedaan keunggulan komparatif, sehingga diperlukan konsultasi dan kerja sama intra-regional. Anggota ekonomi APEC memiliki keragaman wilayah, kekayaan alam serta tingkat pembangunan ekonomi, sehingga pada tahun-tahun pertama, kegiatan APEC difokuskan secara luas pada pertukaran pandangan (exchange of views) dan pelaksanaan proyek-proyek yang didasarkan pada inisiatif-inisiatif dan kesepakatan para anggotanya. APEC dianggotai oleh 21 negara dari seluruh dunia, kebanyakan anggota dari APEC adalah negara yang memiliki garis pantai ke Samudra Pasifik, dan letak sekretariasnya berada di Singapore.


Sebagai salah satu forum kerja sama ekonomi utama di kawasan, APEC bertujuan untuk mencapai Bogor Goals, yaitu terciptanya liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik sebelum tahun 2010 untuk anggota Ekonomi Maju dan sebelum tahun 2020 untuk anggota Ekonomi Berkembang. Dalam mencapai Bogor Goals, APEC melandaskan kerjasama yang dibangun pada tiga pilar, yaitu :


  1. liberalisasi perdagangan dan investasi,
  2. fasilitasi bisnis, dan kerjasama ekonomi, dan
  3. teknik (ECOTECH).

Pada awalnya terdapat 12 negara sebagai pendiri yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Sejak saat itu telah menjadi wahana utama di kawasan Asia Pasifik dalam meningkatkan keterbukaan dan praktek kerjasama ekonomi sehingga dapat menarik masukan beberapa negara yaitu Republik Rakyat China, Hongkong-Cina dan Chinese-Taipe untuk bergabung pada 1991 yang kemudian disusul masuknya Meksiko dan Papua New Guinea tahun 1993 seerta Chili pada 1994. Sedangkan tiga ekonomi anggota terakhir yaitu Federasi Rusia, Peru dan Vietnam bergabung dalam forum APEC tahun 1998.


Dalam perkembangannya APEC memiliki peran cukup strategis dengan penduduk sekitar 2 milyar jjiwa atau lebih dari 40% populasi dunia dan mewakili 45% nilai perdagangan dunia (1996) – sebuah pasar potensial untuk perdagangan barang, jasa dan sumber daya manusia. Realisasi pertumbuhan GDP APEC tahun 2000 sebesar 4.1% berarti relatif sedikit lebih rendah dari pertumbuhan GDP dunia yang sebesar 4.7%, disamping itu APEC juga memiliki arti penting dalam rangka pembangunan nasional karena mewakili 69.1% pasar ekspor non-migas dan merupakan 63.3% sumber impor non-migas Indonesia masing-masing tahun 2000.


Serangkaian upaya penguatan infrastruktur forum kerjasama APEC terus diintensifkan kerjasamanya sehingga forum tersebut menjadi lebih kuat dan tangguh di kawasan. Forum ini sangat diharapkan tetap menjadi pelopor dalam pelaksanaan putaran uruguay untuk mencapai sistem perdagangan yang adil, terbuka dan transparan untuk mempertahankan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional dan global. Mengingat pentingnya peranan APEC dalam rangka memberikan dukungan terhadap sistem perdagangan dimaksud dalam menunjang pertumbuhan ekonomi regional dan global di kawasan, maka Para Pemimpin Ekkonomi APEC telah mengesahkan sejumlah Deklarasi yang memuat kesepakatan-kesepakatan yang signifikan terhadap perkembangannya antara lain mengenai VISI APEC, Bogor Goals, Osaka Actions Agenda (OAA) – yang memberikan arahan atau pedoman kerjasama APEC, dan taahun 1996 meluncurkan fase implementasi daripada OAA dalam bentuk MAPA (Manila Action Plans For APEC)[2]. Sedangkan tindakan konkrit lain yaitu berupa implementasi Rencana Aksi Kolektif (RAK) maupun Rencan Individu  (RAI) oleh seluruh anggotanya sehingga penjabaran secara keseluruhan terhadap langkah-langkah implementasi dalam melakukan liberalsme ekonominya merupakan cermin yang kuat dalam mewujudkan kearah sistem perdagangan dan investasi bebas dan terbuka tahun 2010/2020 untuk ekonomi maju dan berkembang APEC.


Implementasi kerjasam ekonomi dan teknik yang terkait dengan bidang perdagangan dan investasi, sesungguhnya baru berlangsung dalam 6 tahun terakhir sejak disahkannya MAPA, namun demikian dengan waktu yang singkat APEC berhasil mencatat berbagai kemajuan yang berarrti dalam rangka memperlancar arus barang, jasa, investasi dan mobilitasi para pelaku usaha dikawasan yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, dunia usaha dan para pihak yang terkait untuk mengetahhui perkembangan berbagai kesepakatan terakhir kerjasama ekonomi khususnya dalam mengantisipasi perdaganan bebas APEC.


Latar Belakang APEC

Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) atau Kerja Sama Ekonomi Negara-negara Asia Pasifik terbentuk pada tahun 1989 dalam suatu pertemuan tingkat menteri di Canberra, Australia. Gagasan APEC muncul atas prakarsa Robert Hawke, PM Australia saatitu.Pembentukan kerjasama regional di kawasan Asia Pasifik dilatar belakangi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.


  • Adanya dinamika proses globalisasi. Dinamika ini berdampak sangat luas dan terjadi secara global di seluruh belahan bumi, termasuk kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itulah, negara-negara di kawasan ini dituntut untuk melakukan berbagai penyesuaian lewat perubahan struktur ekonomi agar tidak merugikan mereka. Perubahan ini kemudian mendorong perekonomian negar-negara di kawasan Asia Pasifik menjadi saling tergantung (interdependensi).
  • Perubahan dalam konstelasi politik dunia seperti munculnya berbagai kelompok perdagangan regional yang bersifat tertutup dan cenderung membedakan kedudukan negara-negara Asia Pasifik dalam bidang perdagangan dan investasi. Contoh dari kerjasama regional ituantara lain NAFTA (North American Free Trade Area) atau kerjasama ekonomi negara-negara Amerika Utara.
  • Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan Putaran Uruguay. Kekhawatiran tersebutsempat menimbulkan ketidak pastianatas masa depan perekonomian dunia.
  • Adanya perubahan besar di bidangpolitik dan ekonomi yang terjadi dan berlangsung di Uni Soviet danEropaTimur.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian ASEAN – Sejarah, Tujuan, Lambang, Kerjasama, Daftar, Latar Belakang


Permasalahan di Dalam Tubuh APEC

Sejak berdirinya APEC, badan kerjasama ekonomi ini telah menghadapi berbagai macam tantangan. Di antara tantangan-tantangan tersebut adalah masalah dominasi AS dalam APEC, pergeseran misi APEC dan perpecahan dalam APEC. Dalam penjelasan berikut ini, penulis akan menguraikan setiap tantangan tersebut secara rinci.


Dominasi AS Di Dalam APEC

AS dengan kebijakan politik luar negerinya yang mengedepankan power selalu berusaha menjadi controller dalam berbagai forum kerjasama internasional, termasuk dalam APEC. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi APEC 2003 di Bangkok, Thailand, pada tanggal 20 Oktober, 2003, isu nuklir Korea Utara, terorisme, dan kegagalan pembahasan sistem perdagangan dunia mendominasi hari pertama. Fakta ini membuktikan dominasi Amerika Serikat atas penyusunan topik yang dibahas di APEC.


Bahkan sebelum pelaksanaan KTT tersebut, AS sudah mengambil langkah-langkah awal untuk memantapkan dominasinya di APEC. Dalam tur Asia sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) George Walker Bush telah mencanangkan penekanan isu terorisme di forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Sebelum tiba di Bangkok, Bush mendarat di Tokyo, kemudian di Filipina, dengan tujuan menggalang dukungan Asia untuk membasmi terorisme. Misi Bush yang lain adalah meraih dukungan soal rekonstruksi di Irak. Bush juga sudah menekankan bahwa dalam pertemuan puncak APEC dia akan menekankan “dunia ini masih berbahaya”.


Tentu saja banyak pihak merasa keberatan dengan sikap AS dan agenda politiknya dalam KTT APEC. Namun demikian, untuk mengurangi kritikan bahwa APEC telah didominasi oleh AS melalui pemaksaan pembahasan isu-isu non ekonomi, pihak AS mencoba memberikan argumentasi soal itu. Pada rangkaian pertemuan menteri perdagangan dan menteri luar negeri APEC di Thailand pada minggu pertama bulan Oktober 2003, AS lewat forum APEC memberikan sinyal bahwa buruknya keamanan akan bisa merusak perekonomian anggota APEC yang merupakan tempat bagi 60 persen kegiatan perekonomian dunia. Pihak AS lebih lanjut menegaskan bahwa keamanan dan ekonomi tidak terpisahkan.[1][7]


Dominasi AS juga nampak sekali dalam usulan mereka untuk membahas masalah nilai tukar Yuan (mata uang Cina). Dalam pertemuan bilateral selama masa KTT APEC 2003, Bush dan Presiden Cina Hu Jintao setuju untuk menunjuk para ahli membentuk panel. Tujuannya, menjajaki tentang bagaimana Beijing bisa membuat nilai yuan dapat mendekati nilai pasar. Sampai saat pelaksanaan KTT tersebut Cina masih mengontrol dan mematok nilai yuan. Usulan AS ini berawal dari keluhan para pebisnis AS yang mengeluh bahwa yuan memiliki nilai yang terlalu rendah (vastly undervalued). Kondisi ini membuat harga komoditas ekspor Cina menjadi murah dan menyerbu pasaran AS. Hal itu telah pula menyebabkan tergerogotinya sejumlah kesempatan kerja di AS. Faktor tersebut telah membuat AS berusaha keras untuk menekan Cina supaya mengambil kebijakan dalam bidang keuangan yang tidak merugikan kepentingan pelaku-pelaku bisnis AS.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Bentuk Dan Manfaat Kerjasama Antar Negara Lengkap


Pergeseran Misi APEC

Dalam KTT-KTT APEC akhir-akhir ini, pembahasan APEC tidak lagi terfokus pada masalah-masalah ekonomi, akan tetapi justru berkisar pada isu-isu non-ekonomi. Ini merupakan bukti nyata bahwa karena dominasi AS di APEC maka misi APEC telah mengalami pergeseran.


Anggota-anggota APEC sendiri banyak yang telah menyadari pergeseran misi APEC tersebut di atas. Menanggapi pergeseran misi ini, sejumlah anggota forum APEC merasa keberatan karena persoalan keamanan telah mengurangi penekanan APEC terhadap perekonomian dan isu perdagangan. Topik non-ekonomi juga mengurangi fokus pembahasan pada penghidupan kembali sistem perdagangan multilateral yang gagal pada pertemuan di Cancun, Meksiko, awal September 2003.


Mahathir Mohamad, yang pada tahun 2003 masih menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia mengatakan, bahwa APEC dibentuk sebagai satu kelompok kerja sama ekonomi. Itulah sebabnya Malaysia dan beberapa anggota APEC tidak setuju pengabaian isu ekonomi dengan mengutamakan isu keamanan, militer, atau politik yang bukan merupakan misi APEC. Untuk menjaga supaya APEC kembali pada misi awalnya, beberapa pemimpin negara anggota APEC mencoba mendesakkan pembahasan isu ekonomi dalam pertemuan-pertemuan APEC. Mereka menekankan pentingnya menciptakan peraturan global perdagangan untuk menghasilkan pertumbuhan yang berimbang. Mereka meminta agar agenda pembahasan perdagangan didorong, termasuk oleh APEC.


Perpecahan Dalam APEC

Perpecahan dalam tubuh APEC semakin kelihatan nyata.  Pada KTT APEC 2003 saja terdapat dua hal penting yang mengindikasikan adanya  perseteruan dan perpecahan dalam tubuh APEC. Seperti biasanya, di sela pertemuan APEC 2003, Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan-pernyataan diplomatic yang dapat membahayakan kesatuan anggota-anggota APEC. Dalam KTT APEC 2003, lewat Condoleezza Rice, yang waktu itu menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional Bush, AS mengecam PM Malaysia. Kecaman ini dilontarkan AS sehubungan dengan pernyataan Mahathir pada KTT Organisasi Konferensi Islam (OKI) bahwa Yahudi mengatur dunia secara tidak langsung. AS mengatakan, pernyataan Mahathir seperti itu bukan hanya terjadi sekali, tetapi sudah beberapa kali dan AS tidak dapat mentolerir pernyataan racist semacam itu. Tentu saja pernyataan AS ini menciptakan suatu perseteruan diplomatic antara AS dan Malaysia. Bila hal ini dibiarkan saja, besar kemungkinan bahwa keharmonisan antar anggota APEC dapat terganggu. Bukan hanya menyerang Malaysia, AS juga menyerang junta militer di Myanmar dalam KTT APEC 2003. AS mengecam keras penahanan pejuang demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan kegagalan Myanmar memperkenalkan demokrasi. Kecaman ini sudah pasti membuat pihak Myanmar berang dan makin menjaga jarak dengan AS.


Ketika pertemuan para pemimpin APEC berlangsung di Santiago, para pebisnis dan ekonom di Asia Pasifik mengkritik APEC sebagai suatu forum kerjasama yang tidak mengalami kemajuan yang berarti terutama dalam enam tahun terakhir. Bahkan dalam usianya yang sudah 19 tahun, APEC dinilai terancam pecah. Niat APEC untuk mengurangi hambatan pada aliran perdagangan dan investasi tidak memperlihatkan gerakan. Menurut ekonom terpandang AS, APEC sedang berubah ke sistem perdagangan global yang terbagi tiga (tripolar global trading system). Hal itu menjadi ancaman bagi kesatuan APEC dan bertentangan dengan semangat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).


Potensi keterpecahan APEC itu diutarakan ekonom AS, Dr Fred C Bergsten. Pada awal 1990-an, Bergsten merupakan bagian kelompok terkemuka (eminent persons group/EPG), yang membidani perkembangan APEC. Dia mengatakan, APEC kini tampaknya lebih tumpul. Liberalisasi Sukarela Sektoral Secara Dini (The Early Voluntary Sectoral Liberalization)-diprakarsai oleh AS untuk membuat APEC segera mengurangi hambatan perdagangan dan investasi di sektor tertentu-gagal terrealisasi karena penolakan Jepang.


Rencana-rencana Aksi Individu (The Individual Action Plans/IAP), yang diharapkan sebagai cetak biru bagi anggota untuk mempercepat liberalisasi perdagangan, hanya berakhir tak lebih dari sekadar laporan nasional. APEC didasarkan pada asas sukarela atas inisiatif sendiri. Anggota APEC punya rencana sendiri-sendiri (IAP) soal percepatan liberalisasi itu.

Namun, penurunan tarif global berjalan lambat-termasuk di APEC, yang dipicu oleh kegagalan WTO-mempercepat liberalisasi perdagangan. Sejumlah anggota APEC mulai menciptakan kesepakatan perjanjian perdagangan bilateral sendiri atau dengan beberapa negara di kawasan.


Padahal, rencana APEC adalah untuk membentuk satu kawasan perdagangan bebas tahun 2010 bagi anggotanya yang lebih maju dan tahun 2020 bagi anggota yang masih berkembang. Selain ada sejumlah perjanjian perdagangan bebas yang sudah terbentuk, sejumlah perjanjian baru dalam proses perundingan. Dan semua itu bukan dalam semangat tema APEC Cile 2004 “One Community, Our Future”.


Di Asia misalnya, 10 negara anggota ASEAN bersama Jepang, Korea Selatan, dan India sedang mengarah pada pembentukan kelompok perdagangan tersendiri mencakup 3 miliar penduduk.

Perundingan untuk formulasi Kawasan Perdagangan Bebas Amerika (Free Trade Area of the Americans) juga sedang berlangsung. “Perjanjian seperti itu berkembang pesat dan membentuk pengelompokan di APEC sendiri. Muncul peraturan perdagangan yang saling tumpang tindih dan perjanjian perdagangan itu berkualitas rendah,” kata Fred C Bergsten.[1][8]


Ekonom dari Korea Selatan, Kim Kih-wan, juga mengingatkan bahwa kesepakatan itu bersifat diskriminatif dan akan mengalihkan arus perdagangan di APEC menjadi antarkelompok sendiri. Kim mengatakan, kesepakatan perdagangan di APEC telah terpecah menjadi kelompok Asia dan Amerika, padahal Asia Pasifik memiliki APEC.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Masyarakat Ekonomi Asean” Pengertian & ( Tujuan – Kesiapan )


Manfaat dan Tujuan APEC

Tujuan APEC adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik dan meningkatkan kerja sama ekonomi melalui peningkatan volume perdagangan dan investasi. Selan itu, APEC bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan ekonomi di kawasan tersebut di tengah-tengah perkembangan ekonomi internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut APEC melakukan kerja sama dalam tiga ruang lingkup yang disebut dengan Tiga Pilar Kerja Sama APEC. Ketiga pilar itu adalah liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi usaha, kerja sama ekonomi, dan teknik


APEC adalah singkatan kepanjangan dari Asian Pasific Economic Coorporation, merupakan organisasi kerjasama ekonomiregional di kawasan Asia Pasifik.

APEC pertamakali dibentuk pada tahun 1989, saat pertemuan tingkat menteri Negara-negara Asia Pasifik diadakan di Canberra, Australia. APEC adalah forum ekonomi untuk meningkatkan kerjasama dan liberalisasi perdagangan yang meliputi semua ekonomi besar di wilayah Asia Pasifik. Perwakilan dari Negara-negara anggota APEC yang berjumlah 22 anggota, bertemu secara tahunan untuk mendiskusikan isu-isu yang dihadapi kelompok tersebut.


Berikut ini beberapa manfaat APEC bagi para anggotanya :

  1. Kerjasama dari APEC memberikan manfaat bagi negara anggotanya terutama anggotanya yang sedang dalam kondisi berkembang dan termasuk Indonesia juga, membuat harga barang dan jasa menjadi lebih murah dan dapat meningkatkan kemampuan untuk lebih berpartisipasi dalam meningkatkan ekspor.
  2. APEC juga memberikan manfaat bagi negara anggotanya dengan menciptakan lebih banyak lagi kesempatan pada tempat kerja, juga dapat membuat negara anggota untuk memenuhi kebutuhan negeri serta untuk terjalinnya kerjasama sehingga akan mempermudah dalam proses tolong menolong antara negara anggota yang secara otomatis akan menciptakan kedamaian dunia ketertiban internasional.
  3. Manfaat APEC bagi para anggotanya selanjutnya adalah untuk meningkatkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik.
  4. Bermanfaat dalam meningkatkan arus barang dan juga jasa sekaligus memajukan pertumbuhan ekonomi negara anggotanya. Dan juga dapat membuka pasar bagi industri dalam negeri yang akan semakin meningkat.
  5. APEC juga merupakan salah satu organisasi yang dapat meningkatkan jumlah ekspor dan impor sekaligus untuk meningktkan kerjasama terutama dalam budang ekonomi dari para negara anggota.
  6. Untuk meningkatkan peran swasta untuk menuju liberalisasi perdagangan. Dalam salah satu pilar APEC adalah untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi secara langsung.
  7. APEC merupakan salah satu organisasi yang dapat digunakan sebagai salah satu wadah untuk saling bertukar pengalaman. Karena salah satu forum yang ada pada APEC adalah Policy Dialogue yang secara tidak langsung akan memberikan manfaat yang sangat besar terutama untuk menarik berbagai pelajaran dan juga pengalaman positif dan juga negatif antara negara anggota APEC lainnya terutama dalam hal pengambilan dan juga pembuatan suatu kebijakan liberalisasi perdagangan dan juga investasi.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pertumbuhan Ekonomi – Pengertian, Ciri, Faktor, Non-Ekonomi, Teori, Perbedaan, Contoh


21 Anggota APEC

Berikut ini adalah Daftar Negara-negara Anggota APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) beserta Ibukota dan tahun Negara tersebut bergabung ke dalam APEC.

No.

Nama Negara Anggota

Ibukota

Tahun Bergabung

1 Australia Canberra 1989
2 Brunei Darussalam Bandar Seri Begawan 1989
3 Kanada Ottawa 1989
4 Indonesia Jakarta 1989
5 Jepang Tokyo 1989
6 Korea Selatan Seoul 1989
7 Malaysia Kuala Lumpur 1989
8 Selandia Baru Wellington 1989
9 Filipina Manila 1989
10 Singapura Singapura 1989
11 Thailand Bangkok 1989
12 Amerika Serikat Washington DC 1989
13 China (Republik Rakyat China) Beijing 1991
14 Hong Kong (China) Hong Kong 1991
15 Taiwan (Republik China)* Taipei 1991
16 Meksiko Mexico City 1993
17 Papua Nugini Port Moresby 1993
18 Chile Santiago 1994
19 Peru Lima 1998
20 Rusia Moskwa 1998
21 Vietnam Hanoi 1998

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari