Pengertian Serangga Beserta Jenis, Contoh Dan Gambarnya

Diposting pada

pengertian-serangga

Pengertian Serangga

Serangga adalah hewan yang beruas dengan mempunyai tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya bisa dirunut sampai pada masa Ordovicius. Fosil capung raksasa primitif dan kecoa telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera seperti lalat serta nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan.


Serangga merupakan kelompok hewan yang paling melimpah dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini terkait dengan kemampuan adaptasi serangga yang tinggi. Serangga telah hidup di  bumi  kira-kira 350 juta tahun. Selama  kurun waktu ini serangga telah mengalami perubahan evolusi dan menyesuaikan kehidupan pada hampir setiap tipe habitat. Kebanyakan serangga memiliki ukuran yang relatif kecil, sehingga memungkinkan serangga hidup ditempat-tempat yang tidak dapat ditempati oleh hewan-hewan yang lebih besar. Beberapa jenis serangga memiliki sayap yang memungkinkan mereka dapat menyebar dengan luas serta menghindari predator. Serangga memiliki kemampuan yang tinggi dalam berkembang biak dan menghasilkan keturunan yang banyak, serta memiliki siklus hidup yang pendek. Selain itu sebagian besar serangga melakukan metamorphosis, sehingga masing-masing fase hidupnya dapat hidup pada relung yang berbeda.


Serangga atau hexapoda  (hexa= enam ; podos= tungkai) termasuk kedalam filum Arthopoda (arthos= sendi;  podos= tungkai) mencakup semua jenis hewan dengan tungkai yang berbuku-buku.Secara umum, serangga memiliki ciri sbb:

  • Elzinga (1981) menyatakan bahwa serangga adalah hewan Arthropoda yang mempunyai tiga bagian tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen dan juga mempunyai sepasang antena. Jumlah segmen tubuhnya terdiri dari 19-20 segmen. Serangga adalah satu-satunya hewan invertebrata yang mempunyai sayap. Kebanyakan serangga adalah teresterial, meskipun ada beberapa serangga yang habitatnya aquatik. Perkembangannya epimorphik, kecuali pada ordo Protura, dan tidak ada segmen yang bertambah setelah menetas dari telur. Perubahannya sangat bervariasi dari metamorfosis tidak sempurna sampai metamorfosis yang sempurna.

  • Ukuran serangga berkisar antara 0,25 mm sampai 330 mm dan 0,5 mm sampai 300 mm dalam bentangan sayap. Serangga yang terbesar terdapat di Amerika utara yaitu berupa ngengat dengan bentangan sayap kira-kira 150 mm, dan serangga tongkat dengan panjang tubuh kira-kira 150 mm. Kisaran warna serangga mulai dari yang sangat tidak menarik sampai saangat cemerlang, bahkan beberapa serangga ada berwarna-warni (Borror, 1996).

  • Tidak seperti halnya vertebrata, serangga tidak memiliki kerangka dalam, oleh karena itu tubuh serangga ditopang oleh pengerasan dinding tubuh yang berfungsi sebagai kerangka luar (eksoskeleton). Proses pengerasan dinding tubuh tersebut dinamakan skerotisasi. Dinding tubuh atau kulit serangga disebut integumen. Integumen terdiri atas satu lapis epidermis, selaput dasar dan kutikula. Kutikula mungkin lunak dan lemas, akan tetapi biasanya mengalami skerotisasi dan membentuk menyerupai pelat yang dinamakan sklereit. Karena komponen integumen seperti itu, menyebabkan serangga tidak dapat menjadi besar. Pertumbuhan serangga memerlukan pembaruan dan penanggalan kulit lama secara periodik (Jumar, 2000).

  • Menurut Tarumingkeng (1999), ukuran tubuh serangga bervariasi dari mikroskopis (seperti Thysanoptera, berbagai macam kutu) sampai yang besar seperti walang kayu, kupu-kupu gajah dan sebagainya. Walaupun ukuran badan serangga relatif kecil dibandingkan dengan vertebrata, kuantitasnya yang demikian besar menyebabkan serangga sangat berperan dalam biodiversity (keanekaragaman bentuk hidup) dan dalam siklus energi dalam suatu habitat. Serangga merupakan salah satu kelompok hewan yang mudah sekali menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitarnya, terutama terhadap jenis makanan yang akan dimakan. Walaupun serangga suka pada tanaman tertentu, apabila makanan itu tidak ada ia masih dapat hidup dengan memakan jenis tanaman lain (Pracaya, 1999). Selanjutnya Jumar (2000) menyatakan bahwa, serangga memakan hampir segala zat organik yang terdapat di alam. Serangga mempunyai saluran pencernaan yang dimulai dari mulut dengan fungsi unuk memasukkan makanan, kemudian menguraikannya dengan cara hidrolisa enzimatik, mengabsorbsi hasil penguraian makanan tersebut ke dalam tubuh, kemudian dilanjutkan dengan mengeluarkan bahan-bahan sisa ke luar tubuh melalui alat saluran belakang, yaitu anus. Saluran pencernaan serangga bentuknya seperti tabung yang mungkin lurus atau berkelok, memanjang dari mulut sampai anus.

  • Serangga adalah makhluk yang berdarah dingin (poikiloterm), bila suhu lingkungan menurun, proses fisiologisnya menjadi lambat. Namun demikian banyak serangga yang tahan hidup pada suhu yang rendah (dingin) pada periode yang pendek, dan ada juga beberapa jenis diantaranya yang mampu bertahan hidup pada suhu rendah atau sangat rendah dalam waktu yang panjang (Borror, 1996). Selanjutnya Sumardi & Widyastuti (2000) menyatakan bahwa, serangga merupakan kelompok hewan yang paling luas penyebarannya. Hewan ini dapat hidup dimana-mana mulai dari daerah kering hingga daerah basah, mulai dari daerah panas hingga daerah kutub.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Ragam Ordo Serangga – Pengertian, Klasifikasi, Sejarah, Kemampuan, Biologi, Metamorfosis, Morfologi, Peran, Makanan


Metamorfosis dan Morfologi Serangga

Metamorfosis Serangga

Hewan tersebut adalah beberapa contoh klasik metamorfosis. Pada setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur sampai ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Peergantian tahapan bentuk tubuh ini sangat dinamis. Pada tahapan juga terjadi proses “pergantian kulit” yang dapat disebut dengan proses pelungsungan. Tahapan tersebut ialah instar. Ordo-ordo pada serangga sering dicirikan sebagai tipe metamorfosis.

Metamorfosis pada serangga ada dua macam, yakni metamorfosis tidak sempurna dan sempurna. Perbedaan yang sangat mencolok metamorfosis tidak sempurna ialah tidak ada tahapan pembentukan kepompong, dan sedangkan pada metamorfosis sempurna yakni adanya tahapan pembentukan kepompong.


Morfologi Serangga

Secara morfologi, pada tubuh serangga dewasa bisa dibedakan menajdi tiga bagian yang utama, sementara itu bentuk pradewasa bisanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas hampir sama dengan cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewaasa ialah kepala (caput), dada (thorax), serta perut (abdomen).


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Proses Metamorfosis Serangga – Pengertian, Ciri, Jenis, Sempurna, Tidak Sempurna, Hemimetabola

Klasifikasi Serangga

Insecta adalah salah satu kelas dari Anthropoda. Jenisnya sangat banyak, lebih kurna dari 80% dari arthropoda, penyebarannya sangat luas kecuali didalam air laut. Insecta meliputi hewan berkaki beruas-ruas yang jumlah kakinya enam atau tiga pasang dan merupakan satu-satunya invertebrata yang dapat terbang.

Berdasarkan ada atau tidak adanya sayap, insecta digolongkan kedalam dua sub-kelas, yaitu sebagai berikut:


Apterygota

Cir-cirinya:

  • Tubuh terdiri atas caput (kepala), thorax (dada), dan abdomen (perut) yang batasnya tidak begitu jelas
  • Tubuh tertutup sisik berwarna perak mengkilap
  • Tidak bersayap, terdapat tiga pasang kaki, dan sepasang antena yang panjang.
  • Tidak mengalami metamorfosis
  • Hidup dengan memakan atau merusak buku atau kertas
  • Menghasilkan enzim selulose untuk menghancurkan selulosa mejadi gula.
    Contohnya: lepisma saccharina (kutu buku)

Pterygota

Berdasarkan proses pembentukan sayap, pterygota dibedakan atas:

  • Eksopterygota; jika sayap berkembang dari tonjolan luar dorsothorax
  • Endopterygota; jika sayap berkembang dari tonjulan dalam dorsothorax

Eksopterygota

Eksopterygota, dibagi menjadi empat ordo, yaitu:

  1. Isoptera (Archiptera)
    Serangga ini memiliki sepasang sayap yang sama panjang, mengalami metamorfosis tidak sempurna. Misalnya capung dan rayap. Pada rayap (Reticulitermes flavipes) hidupnya membentuk koloni yang jumlahnya sangat banyak, mulutnya tipe pengunyah, batas thorax dan abdomen tidak jelas. Koloni rayap dibagi menjadi empat kasta, yaitu rayap sebagai ratu yang selalu bertelur, rayap sebagai pekerja, rayap sebagai tentara yang tidak bersayap dan steril, dan rayap tentara yang bersayap disebut laron. Makanannya terdiri atas kayu yang sudah mati, sehingga sering merusak bangunan atau perabot dari kayu.

  2. Orthoptera
    Orthoptera memiliki dua pasang sayap yang lurus, sayap depan (luar) lebih tebal dari sayap belakang (dalam). Sepasang kaki belakang umumnya besar dan kuat berfungsi untuk melompat. Pada ruas abdomen terakhir individu betina terdapat ovipositor untuk meletakan telurnya. Metamorfosisnya tidak sempurna.
    Contohnya: periplaneta (kecoa), gryllus sp (jangkrik), manthis religiosa (belalang sembah)


  3. Hemiptera
    Hemiptera mempunyai tipe mulut untuk menusuk dan menghisap. Mengalami metamorfosis tidak sempurna
    Contohya: leptocorisa acuta (walang sangit), nilaparvata lugens (wereng), dundupia manifera (tonggeret), dan cymex ratundatus (kepinding).


  4. Homoptera
    Homoptera mempunyai tipe mulut penusuk dan penghisap, mengalami metamorfosis tidak sempurna.
    Contohnya: pediculus capitis (kutu kepala), dan aphis medicaginis (kutu daun)


Endopterygota

Endopterygota dibagi menjadi enam ordo, yaitu

  1. Coleoptera
    Coleoptera meliputi berbagai macam kumbang dan kepik, merupakan insecta yang paling banyak anggotanya. Mempunyai sayap dua pasang, yang depan sangat tebal karena merupakan lapisan zat tanduk yang disebut elitra, menutupi sayap belakang yang tipis. Coleoptera mengalami metamorfosis sempurna. Diantara spesies coleoptera ada yang sangat merugikan manusia karena memakan biji-bijian (beras dan jagung) dan ada yang merusak pohon kelapa bagian ujung. Contohnya: calandra oryzae (kepik beras), oryctes rhinoceros (kumbang kelapa), dan chrysochrosa fulminans (samber lilin)

  2. Neuroptera
    Anggota neuroptera bersayap tipis, terdiri dari dua pasang sayap yang memperlihatkan garis-garis seperti jala. Neuroptera mengalami metamorfosis sempurna. Contohnya: chrysopa aculata (undur-undur)


  3. Hymenoptera
    Hymenoptera umumnya bersayap dua pasang, tipis menyerupai selaput. Ruas belakang abdomen hymenoptera betina terdapat ovipositor adan alat penyengat yang berfungsi untuk menyimpan telur dan untuk melumpuhkan mangsa. Hymenoptera mengalami metamorfosis sempurna, ada yang hidup soliter (bebas) dan ada yang membentuk koloni. Hymenoptera yang membentuk koloni terdiri atas ratu yang tugasnya bertelur, pekerja yang tugasnya mengumpulkan tepung dan madu, dan tentara yang tugasnya menjaga sarang. Pekerja dan tentara bersifat steril yang terjadi secara partenogenesis. Hymenoptera kebanyakan menguntungkan manusia karena membantu penyerbukan terutama tanaman budidaya dan dapat menghasilkan madu.
    Contohnya: apis indica (lebah madu), dan sphaerophthalma (semut)


  4. Diptera
    Diptera meliputi jenis lalat dan nyamuk, hanya memiliki satu pasang sayap yang dibelakangnya terdapat tonjolan bekas sayap yang mereduksi disebut halter. Mengalami metamorfosis sempurna. Larva lalat disebut lundi-lundi, sedangkan pada nyamuk disebut jentik. Diptera kebanyakan merugikan manusia karena menyebarkan berbagai macam penyakit, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan.
    Contohnya: anopheles sp (nyamuk malaria), dan musca domestica (lalat rumah)


  5. Lepidoptera
    Lepidoptera mempunyai dua pasang sayap yang tertutup sisik halus dan umumnya berwarna menarik. Mengalami metamorfosis sempurna. Larva disebut ulat yang selalu makan dengan tipe mulut menggigit sehingga merusak tanaman. kepompong ulat sutra merupakan bahan sandang yang bermutu tinggi. Imago dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
    Ngengat bersifat nokturnal, yaitu hewan yang mencari makan pada malam hari, pada waktu beristirahat sayapnya tetap terbuka.
    Kupu-kupu bersifat diurnal, yaitu hewan yang mencari makan pada siang hari, waktu beristirahat sayapnya vertikal dan antena menyerupai benang.
    Imago lepidoptera memiliki tipe mulut penjilat. Kupu-kupu membantu penyerbukan.
    Contohnya: bombyx mori (kupu ulat sutra), hyblaea puera (kupu ulat jati), dan tineola tripazella (ngengat).


  6. Siphonoptera
    Siphonoptera bersifat ekstraparasit pada mamalia, tidak bersayap, tipe mulut penggigit dan penghisap, kaki berfungsi untuk meloncat. Siphonoptera mengalami metamorfosis sempurna.
    Contohnya: ctenocepholus cannis (kutu anjing), ctenocepholus felis (kutu kucing), xenopsylla cheopsis (kutu tikus), dan pullex iritan (pinjal manusia).


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 100 Ciri-Ciri Insecta (Serangga) dan Klasifikasinya Terlengkap


Perkembangan Serangga

Serangga berkembang dari telur yang terbentuk di dalam ovarium serangga betina. Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya sangat besar. Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa serangga cepat berkembang biak. Masa perkembangan serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik, dan setelah serangga keluar (manetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca embrionik (Elzinga, 1981).

Pada serangga perkembangan individunya mulai dari telur sampai menjadi individu dewasa menunjukkan perbedaan bentuk. Keadaan ini disebut dengan metamorfosis. Dua macam perkembangan yang dikenal dalam dunia serangga yaitu metamorfosa sempurna atau holometabola yang melalui tahapan-tahapan atau stadium: telur-larva-pupa-dewasa dan metamorfosis bertahap atau hemimetabola yang melalui stadium-stadium: telur-nimfa-dewasa (Tarumingkeng, 1999).


  1. Metamorfosis Sempurna (Hilometabola)
    Beberapa jenis serangga mengalami metamorfosa sempurna. Metamorfosa ini mempunyai empat bentuk; mulai dari telur menjadi larva, kemudian kepompong (pupa) baru dewasa (Mahmud, 2001). Pada tipe ini serangga pradewasa (larva dan pupa) biasanya memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan serangga dewasa (imago). Larva merupakan fase yang sangat aktif makan, sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyusunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar, contohnya adalah serangga dari ordo Coleoptera, Diptera, Lepidoptera, Hymenoptera dan lain-lain (Jumar, 2000).
  2. Metamorfosis Tidak Sempurna
    Pada Hemimetabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan habitat stadium dewasanya (Tarumingkeng, 1999). Metamorfosa tidak sempurna mempunyai tiga bentuk: mulai dari telur, menjadi nimfa, kemudian dewasa. Dengan demikian metamorfosa tidak sempurna tidak terdapat bentuk kepompong, contohnya adalah pada ordo Odonata, Ephimeroptera dan Plecoptera (Mamud, 2001).

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Metamorfosis Serangga Dan Amfibi Terlengkap


Faktor Perkembangan Serangga

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga adalah Menurut Jumar (2000), menyatakan perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam yang dimiliki serangga itu sendiri dan faktor luar yang berda di lingkungan sekitarnya. Tinggi rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu waktu merupakan hasil antara kedua faktor tersebut.


1. Faktor Dalam

Kemampuan berkembang biak. Kemampuan berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh kepiridian dan fekunditas serta waktu perkembangan (kecepatan berkembang biak). Kepiridian (natalis) adalah besarnya kemampuan suatu jenis serangga untuk melahirkan keturunan baru. Serangga umunya memiliki kepiridinan yang cukup tinggi. Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuannya untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan oleh suatu jenis serangga, maka lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya. Biasanya semakin kecil ukuran serangga, semakin besar kepiridinannya (Jumar, 2000).


Perbandingan kelamin. Perbandingan kelamin adalah perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina yang diturunkan oleh serangga betina. Perbandingan kelamin ini umumnya adalah 1:1, akan tetapi karena pengaruh-pengaruh tertentu, baik faktor dalam maupun faktor luar seperti keadaan musim dan kepadatan populasi maka perbandingan kelamin ini dapat berubah (Jumar, 2000).


Sifat Mempertahankan Diri. Seperti halnya hewan lain, serangga dapat diserang oleh berbagai musuh. Untuk mempertahankan hidup, serangga memiliki alat atau kemampuan untuk mempertahankan dan melindungi dirinya dari serangan musuh. Kebanyakan serangga akan berusaha lari bila diserang musuhnya dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang atau menyelam. Sejumlah serangga berpura-pura mati bila diganggu. Beberapa serangga lain menggunakan tipe pertahanan ”perang kimiawi”, seperti mengeluarkan racun atau bau untuk menghindari musuhnya. Beberapa serangga melakukan mimikri untuk menakut-nakuti atau mengelabui musuhnya. Mimikri terjadi apabila suatu spesies serangga mimiknya menyerupai spesies serangga lain (model) yang dijauhi atau dihindari sehingga mendapatkan proteksi sebab terkondisi sebelumnya serupa predator (Jumar, 2000).

Siklus Hidup. Siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi pada seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi imago (dewasa). Pada serangga-serangga yang bermetamorfosis sempurna (holometabola), rangkaian stadia dalam siklus hidupnya terdiri atas telur, larva, pupa dan imago. Misalnya pada kupu-kupu (Lepidoptera), kumbang (Coleoptera), dan lalat (Diptera). Rangkaian stadia dimulai dari telur, nimfa, dan imago ditemui pada serangga dengan metamorfosis bertingkat (paurometabola), seperti belalang (Orthoptera), kepik (Hemiptera), dan sikada (homoptera) (Jumar, 2000).


Umur Imago. Serangga umumnya memiliki umur imago yang pendek. Ada yang beberapa hari,akan tetapi ada juga yang sampai beberapa bulan. Misalnya umur imago Nilavarpata lugens (Homoptera; Delphacidae) 10 hari, umur imago kepik Helopeltis theivora (Hemiptera; Miridae) 5-10 hari, umur Agrotis ipsilon (Lepidoptera; Noctuidae) sekitar 20 hari, ngengat Lamprosema indicata (Lepidoptera; Pyralidae) 5-9 hari, dan kumbang betina Sitophillus oryzae (Coleoptera; Curculinoidae) 3-5 bulan (Jumar, 2000).


2. Faktor Luar

Suhu dan Kisaran Suhu. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada waktu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umunya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 150C, suhu optimum 250C dan suhu maksimum 450C. Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit (Jumar, 2000).


Kelembaban/Hujan. Kelembaban yang dimaksud dalam bahasan ini adalah kelembaban tanah, udara, dan tempat hidup serangga di mana merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrem. Pada umumnya serangga lebih tahan terhadap terlalu banyak air, bahkan beberapa serangga yang bukan serangga air dapat tersebar karena hanyut bersama air. Akan tetapi, jika kebanyakan air seperti banjir da hujan deras merupakan bahaya bagi beberapa jenis serangga. Sebagai contoh dapat disebutkan, misalnya hujan deras dapat mematikan kupu-kupu yang beterbangan dan menghanyutkan larva atau nimfa serangga yang baru menetas (Jumar, 2000).


Cahaya/Warna/Bau. Beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terdahap cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi hari, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan distribusi lokalnya. Serangga ada yang bersifat diurnal, yakni yang aktif pada siang hari mengunjungi beberapa bunga, meletakkan telur atau makan pada bagian-bagian tanaman dan lain-lain. Seperti contoh Leptocorixa acuta. Selain itu serangga-serangga yang aktif dimalam hari dinamakan bersifat nokturnal, misalnya Spodoptera litura. Sejumlah serangga juga ada yang tertarik terhadap cahaya lampu atau api, seperti Scirpophaga innotata. Selain tertarik terhadap cahaya, ditemukan juga serangga yang tertarik oleh suatu warna sepeti warna kuning dan hijau. Sesungguhnya serangga memiliki preferensi (kesukaan) tersendiri terhadap warna dan bau (Jumar, 2000).


Angin. Angin berperan dalam membantu penyebaran serangga, terutama bagi serangga yang berukuran kecil. Misalnya Apid (Homoptera; Aphididae) dapat terbang terbawa oleh angin sampai sejauh 1.300 km. Kutu loncat lamtoro, Heteropsylla cubana (Homoptera; Psyllidae) dapat menyebar dari satu tempat ke tempat lain dengan bantuan angin. Selain itu, angin juga mempengaruhi kandungan air dalam tubuh serangga, karena angin mempercepat penguapan dan penyebaran udara (Jumar, 2000).


Faktor Makanan. Kita mengetahui bahwa makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik cepat. Sebaliknya, jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun. Pengaruh jenis makanan, kandungan air dalam makanan dan besarnya butiran material juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu jenis serangga hama. Dalam hubungannya dengan makanan, masing-masing jenis serangga memiliki kisaran makanan (inang) dari satu sampai banyak makanan (inang) (Jumar, 2000).


Faktor Hayati. Faktor hayati adalah faktor-fakor hidup yang ada di lingkungan yang dapat berupa serangga, binatang lainnya, bakteri, jamur, virus dan lain-lain. Organisme tersebut dapat mengganggu atau menghambat perkembangan biakan serangga, karena membunuh atau menekannya, memarasit atau menjadi penyakit atau karena bersaing (berkompetisi) dalam mencari makanan atau berkompetisi dalam gerak ruang hidup (Jumar, 2000). Serangga hampir selalu dapat ditemui di berbagai tempat, dan dengan demikian banyak kehidupan serangga bersinggungan dengan kehidupan manusia. Tak jarang serangga dan manusia menginginkan kebutuhan yang sama pada tempat dan waktu yang sama, sehingga serangga lebih dikenal sebagai hama. Padahal hanya sekitar 1% dari spesies serangga yang diketahui merupakan hama. Sebagian besar spesies serangga yang lain berperan menguntungkan atau belum diketahui manfaatnya bagi manusia.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Jaringan Pada Hewan Dan Tumbuhan (Termasuk Manusia) Dalam Biologi


Jenis dan Contoh Serangga

Hama pascapanen adalah organisme-organisme yang merusak hasil pertanian baik yang telah dipanen atau lewat masa panen. Akibat dari gangguan hama pascapanen tersebut yaitu terjadinya kerusakan dan kehilangan. Kerusakan adalah berhubungan dengan kondisi produk yang menunjukkan adanya habitat serangga, bekas makanan seperti berlubang, alur gerekan, dan lain-lain. Sedangkan, kehilangan adalah akibat adanya aktifitas serangga (termakan) sehingga akan mengurangi jumlah material yang disimpan (Kartasapoetra (1991) dalam Anaf (2009)).


Contoh kerusakan yang diakibatkan hama terutama serangga dapat terlihat pada produk biji-bijian yang disimpan dalam keadaan tidak terkontrol. Kualitas biji-bijian yang terserang hama tersebut dapat berubah. Perubahan kualitas terjadi secara berangsur-angsur dalam penyimpanan biji adalah hasil interaksi kompleks dalam sistem ekologi yang kompleks. Perubahan kualitas ini dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori : (1) Kondisi awal biji ketika biji dikirim ke penyimpanan. (2) Kondisi penyimpanan antara panen dan prosesing awal. (3) Teknik penanganan dan perlakuan pada sejumlah biji yang disebut Alur Teknik Penyimpanan. (4) Faktor deteorisasi biologi terutama oleh adanya cendawan dan hama-hama invertebrata (serangga dan tungau) (Fleurat – Lessard (2002) dalam Anaf (2009)). Berikut adalah beberapa jenis serangga yang menyerang bahan pangan (Imdad dan Nawangsih, 1995) dan produk olahan.


Bubuk beras (laser rice weevil)

Bubuk beras (laser rice weevil)

Kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae atau calandra oryzae) juga biasa disebut kumbang penggerek beras. Kumbang ini merupakan hama utama pada beras yang disimpan. Serangan kumbang ini ditandai dengan butir beras berlubang-lubang atau hancur menjadi tepung karena gerekan kumbang. Akibat hama ini, beras dapat kehilangan berat (susut berat) mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan. Sewaktu masih muda, kumbang bewarna coklat atau coklat kehitaman. Setelah dewasa, tubuhnya bewarna hitam. Panjang tubuhnya berkisar 2-5 mm (rata-rata 2-3,5 mm), tergantung pada ukuran butir beras atau jagung yang dimakan. Pada sayap bagian depannya terdapat empat buah bintik berwarna kuning kemerahan.


Kumbang bubuk beras betina yang akan bertelur menggerek salah satu sisi butiran beras dengan moncongnya untuk makan dan membuat lubang. Telur ditempatkan dalam lubang gerekan, setiap lubang ditempati satu butir telur dan ditutup dengan bekas gerekan. Kumbang betina dapat bertelur sebanyak 300-400 butir. Setelah beberapa hari, telur akan menetas menjadi ulat. Lingkungan hidup yang ideal pada suhu 25-30oC dengan kelembapan 70% dan kadar air bahan 10-15%. Dalam kondisi seperti ini, siklus hidupnya berlangsung 31-37 hari.


Pengerek/bubuk jagung

Pengere bubuk jagung

Kumbang penggerek/ bubuk jagung (Sitophilus zeamais) menyerang jagung yang disimpan. Gejala serangan hama ini adalah butir jagung berlubang-lubang sampai hancur membentuk bubuk. Serangga ini juga menyerang bahan lain, seperti kopra, gandum, beras, sorgum, dan biji-bijian lain. Pada jagung, serangga ini bersama ngengat beras akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Butir-butir jagung menjadi kotor dan digandeng-gandengkan satu sama lain dengan air liur ngengat.


Ciri-ciri tubuh dan cara hidup kumbang ini sangat sulit dibedakan dengan bubuk beras (S. oryzae). Perbedaan keduanya dapat dilihat dari moncongnya. Penggerek bubuk beras ujung moncongnya berbentuk tumpul sedangkan pada bubuk jagung ujung moncongnya berbentuk seperti capit kepiting. Ulat kumbang bubuk jagung juga hidup di dalam butiran jagung yang rusak sehingga menjadi kumbang dewasa.


Kumbang padi karatan (rust red grain beetle)

Kumbang padi karatan (rust red grain beetle)

Kumbang padi karatan (Cryptolestes ferrugineus) tidak menyukai bahan-bahan simpanan yang baru, lebih menyukai bahan-bahan yang sudah lama disimpan dan telah mengalami kerusakan. Kumbang ini  merusak bahan, seperti gabah, beras, jagung dan biji-bijian lainnya. Umumnya, hama ini memakan butiran biji atau bekas gerekan yang keadaannya lembab.


Tubuh kumbang berwarna coklat kemerahan seperti karat, panjang tubuh antara 2-3 mm, tetapi ada yang menyebutkan bahwa panjangnya rata-rata hanya 1,5 mm. Pada bagian kepalanya ada sepasang sungut yang panjangnya kira-kira sama dengan panjang tubuhnya. Ulat berwarna putih dan aktif bergerak. Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 200 butir. Telur-telur diletakkan di antara celah-celah bahan yang disimpan. Ulat yang baru menetas tidak menyukai bahan-bahan simpanan yang baru, karena itu akan mencari bagian yang telah rusak (berjamur). Ulat yang mendekati masa berkepompong menjalin sisa makan busuk dan kotoran menggunakan air liurnya.  Siklus hidup kumbang sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan setempat, pada lingkungan yang bersuhu 21oC dan kelembapan ruang 75%. Siklus hidupnya akan berlangsung selama 69-103 hari. Pada suhu 38oC dengan kelembapan 75%, siklus hidupnya hanya 17-26 hari saja. Pada kelembapan ruang di bawah 50%, kumbang akan mengalami kematian. Lingkungan hidup idealnya adalah pada lingkungan yang bersuhu 33oC dan kelembapan 70%.


Kumbang Khapra (Khapra beetle)

Kumbang Khapra (Khapra beetle)

Kumbang Khapra (Trigoderma granarium) banyak merusak biji-bijian yang berminyak dan beras. Tingkat keganasannya tidak kalah dengan bubuk beras (S. oryzae). Gejala kerusakan yang ditimbulkan berupa lubang bekas gerekan dan mrninggalkan gerekan berupa tepung. Tubuh kumbang bewarna coklat atau coklat gelap sampai hitam. Panjang tubuh sekitar 2-3 mm. Panjang kumbang betina dua kali panjang tubuh kumbang jantan. Bagian punggung dilengkapi dengan bulu-bulu halus bewarna gelap. Sungut (antena) pendek terdiri atas 3-5 ruas. Ulat berbentuk pipih, berambut, dan dibagian ekornya rambut tumbuh memanjang. Ulat muda bewarna putih kekuniangan, panjangnya 1,6 mm. Setelah tua, ulat berwarna coklat keemasan dan panjangnya mencapai 3 mm.


Kumbang ini juga ditemukan di Australia, Myanmar, Malaysia. Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 120-300 butir. Ulat yang menetas memiliki daya tahan yang sangat tinggi sehingga dapat hidup ditempat yang kurang menguntungkan. Tanpa makanan, ulat dapat bertahan hidup sampai 1 bulan. Lingkungan yang ideal untuk pertumbuhannya adalah yang bersuhu 35oC dengan kelembapan 73%. Dalam keadaan lingkungan tersebut, populasi serangga dapat berkembang dengan pesar dan siklus hidupnya hanya 18 hari saja. Namun, pada kelembapan rendah dan suhu lingkungan 25oC serangga masih dapat bertahan hidup.


Kumbang penggerak gabah (laser grain borrer)

Kumbang penggerak gabah (laser grain borrer)

Kumbang penggerek gabah (Rhizopertha dominica) sebenarnya adalah hama perusak kayu dan bambu, tatapi di Indonesia ditemukan juga merusak padi-padian dan gaplek. Kumbang menyerang gabah baik yang telah dikemas atau belum dikemas (curah). Gejala serangannya ditandai dengan berlubangnya gabah dan adanya sisa gerekan berupa dedak halus. Tubuh kumbang dewasa berwarna coklat gelap sampai kehitaman dan panjangnya 1,5-3 mm. Bentuk tubuh ramping dan agak silindris.kepala terletak di bawah pronotum (tengkuk) sehingga bagian mulut menghadap ke bawah. Kumbang ini mempunyai sungut 1 pasang yang masing-masing terdiri dari 10 ruas. Tiga ruas yang paling ujung berbentuk lebih tebal dan besar. Ulatnya berwarna putih abu-abu dan berambut halus.


Kumbang penggerek gabah merupakan serangga khas di daerah tropik. Kumbang ini suka hidup secara berkelompok dan berterbangan menuju sinar. Kumbang betina dapat menghasilkan telur sabanyak 300-500 butir. Telur diletakkan satu per satu atau secara berkelompok pada bekas gerakan. Kumbang dewasa dan fase ulatnya aktif merusak bahan. Fase ulat akan mengalami 3-5 kali pergantian kulit dan berkembang menjadi kepompong setelah 17 hari. Mula-mula ulat memakan sisa gerekan yang ada, kemudian berangsur-angsur menggerek bahan yang utuh dan memperdalam lubang yang telah ada. Perkembangan ulat terjadi lebih cepat pada biji dibanding dengan tepung. Kondisi lingkungan yang ideal untuk perkembangannya adlah pada suhu 34oC dengan kelembapan 70%, tidak dapt berkembang pada lingkungan yang lembap. Siklus hidupnya antara 40-60 hari.


Kumbang hidung lebar (broad nosed-grain weevil)

Kumbang hidung lebar (broad nosed-grain weevil)

Kumbang hidung lebar (Caulophilus oryzae) merusak beras dan jagung. Bentuk dan ukuran tubuhnya sama dengan Sitophylus spp. Bedanya bentuk moncong kumbang ini lebih pendek. Sungut terdiri atas 9 ruas.


Kumbang tepung merah (red-flour beetle)

Kumbang tepung merah (red-flour beetle)

Kumbang tepung merah (Tribolium castaneum) dikenal juga dengan nama ulat tepung. Gejala kerusakan ditandai dengan tepung menjadi bau pengap (apek), kotor, dan memadat (gumpalan). Kumbang juga merusak biji kakao, kopi, kacang-kacangan dan buah kering.


Kumbang dewasa berwarna coklat merah, panjang tubuhnya antara 2,3-4,4 mm, dan bentuknya agak pipih. Hama ini mempunyai sungut berbentuk menyerupai gada dan melebar ke arah ujung secara beraturan. Ulat berwarna coklat muda, panjang antara 5-6 mm, dan mempunyai 3 pasang kaki pada ruas tubuh kedua hingga ke empat. Panjang ulat yang telah berkembang penuh dapat mencapai 8-11 mm. Kumbang ini hanya sebenarnya memakan tepung atau bahan sisa dari Sitophylus spp. Dan kumbang penggerek lainnya. Kumbang betina mampu menghasilkan telur sebanyak 450 butir, tergantung temperatur lingkungan. Pada temperatur 32,5oC, kumbang dapat bertelur sebanyak 11 butir tiap harinya.


Kumbang tepung (Cadelle beetle)

Kumbang tepung (Cadelle beetle)

Kumbang tepung (Tenebroides mauretanucus) merusak berbagai bahan dalam simpanan, terutama tepung gilingan. Kumbang ini memakan tepung dan mengotori bahan sehingga aroma dan cita rasa asli bahan semakin hilang dan berubah menjadi bau pengap.


Kumbang ini merupakan satu-satunya serangga pengganggu tepung giling yang berukuran paling besar. Tubuhnya berwarna hitam agak kecoklatan dan panjangnya antara 7-11 mm. Bentuk tubuhnya agak berbeda dengan bentuk tubuh kumbang pada umumnya. Tubuh dan protorak dipisahkan oleh bagian tubuh sehingga bentuknya menyerupai leher. Ulatnya berwarna putih kelabu dengan kepala berwarna hitam dan seperti bertanduk, panjang tubuhnya dapat mencapai 15 mm. Baik kumbang dewasa atau fase ulatnya aktif merusak bahan dalam simpanan. Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1000 butir. Setelah 7-10 hari, telur akan menetas bercampur dengan bahan. Ulat yang keluar dari telur segera aktif makan (merusak). Kumbang yang kekurangan bahan pangan akan menyebar dan bersembunyi di tempat penyimpanan. Jika tersedia makanan cukup, kumbang dapat hidup hingga waktu 2 tahun.


Kumbang penggerek buah jengkol

Sesuai dengan namanya, kumbang penggerek buah jengkol (Tryphetsus incarnatus) merusak buah jengkol dan sejenisnya. Gejala kerusakannya, jika bahan dibelah melintang akan terlihat alur-alur bekas gerekan. Alur tersebut berwarna coklat kehitaman yang kadang tersumbat oleh sisa gerekan yang membusuk. Kumbang mempunyai moncong yang panjang. Tubuh kumbang berwarna merah kecoklatan. Panjang tubuhnya antara 7-10 mm yang diukur dari ujung moncong hingga perut bagian belakang. Ulat berwarna putih, tidak mempunyai kaki, dan panjangnya sekitar 5-6 mm.


Di daerah Jawa barat, kumbang banyak ditemukan pada musim panen, sekitar bulan Juni sampai Agustus. Kondisi yang kering cocok untuk pertumbuhannya. Kumbang betina meletakkan telur pada satu periode mencapai 3-8 butir dengan total yang dihasilkan 124 butir. Ulat yang menetas akan segera menggerek bahan dan membuat lubang yang semakin dalam. Siklus hidupnya berlangsung kira-kira 1 bulan, tergantung lingkungan. Kumbang betina bertahan hidup selama 2.5 bulan dalam keadaan cukup makanan.


Kumbang penggerek kopi (coffea bean weevil)

Kumbang penggerek kopi (coffea bean weevil)

Kumbang penggerek kopi (Araecerus fasciculatus) sebenarnya lebih dikenal sebagai kumbang pengrusak biji kopi dan biji kakao. Di Indonesia, kumbang ini merupakan hama utama pada gaplek yang disimpan. Gaplek yang diserang kumbang membentuk jalur berlubang-lubang dan berwarna coklat. Tubuh kumbang agak gemuk, pendek dan berwarna coklat muda. Panjang tubuhnya 4-5 mm dengan moncong pendek. Bagian sungut kadang melipat ke belakang melingkari tubuhnya. Bentuk ulat menyerupai uret dan berwarna putih abu-abu. Pada pertumbuhan penuh panjang, panjang tubuh ulat dapat mencapai 6-8 mm lebih panjang dari ukuran kumbang dewasa.


Kumbang betina meletakkan telurnya pada lubang bekas gerekan dan menutupnya dengan bekas gerekan. Dalam butir jagung, kumbang dapat bertelur sebanyak 15 butir. Kurang dari 9 hari, ulat akan menetas. Ulat kemudian aktif menggerek bahan dan membuat lubang yang lebih dalam. Periode ulat berlangsung selam 20 hari. Menjelang berkepompong, ulat menggerek bahan lebih dalam lagi dan lebar, lalu menutup ruang kepompong dengan anyaman benang liurnya. Masa berkepompong berlabgsung selama 5 hari. Kumbang dewasa akan tinggal di dalam umbi selama 12 hari, baru keluar ke permukaan bahan.


Kumbang kacang-kacangan (bean beetle)

Kumbang kacang-kacangan (bean beetle)

Di Indonesia, kumbang kacang-kacangan (Bruchus chinensis, Callosbruncus chinensis) ini banyak merusak kacang hijau (Phaselous radiatus). Pada permukaan biji kacang hijau yang terserang, terlihat ada bangun cincin putih. Jika cincin putih itu digores maka terlihat adanya lubang yang dalam dan berisi larva atau kepompong. Tubuh kumbang berwarna coklat kekuningan (oranye) dengan bagian sayapnya ada gambaran hitam yang berbaur dengan warna dasar kumbang. Tubuh berukuran panjang 2-2,5 mm dan berbentuk agak membulat. Ulat berwarna putih bersih dengan bagian moncong berwarna hitam.


Kumbang aktif bergerak di siang hari dan menyukai cahaya lampu. Kumbang betina dapat menghasilkan telur sebanyak 150 butir yang berwarna putih dan berbentuk oval. Telur diletakkan di atas biji, tanpa merusak permukaan biji. Tiap biji dapat ditemui lebih dari satu telur. Lima hari kemudian, telur akan menetas menjadi ulat. Ulat tidak akan keluar dari selubungnya, tetapi membuat lubang tepat di bawahnya pada permukaan biji. Dengan demikian biji sama sekali tidak ada gejala kerusakan yang terlihat. Ulat akan terus mengerek daging biji. Jika gerekan sudah optimal maka akan terlihat bangun cincin putih. Periode ulat berlangsung kira-kira 2 minggu, kemudian menjadi kepompong 4-6 hari. Siklus hidup kumbang sekitar 26 hari.


Kumbang bubuk kopi (coffea berry borer)

Kumbang bubuk kopi (coffea berry borer)

Nama ilmiah kumbang bubuk kopi adalah Hypothenemus hampei. Hama ini menggerek buah kopi yang telah masak hingga ke bagian bijinya. Jika kulit kopi dikupas maka biji akan berlubang-lubang dan rusak akibat gerekan. Tubuh kumbang berwarna hitam, bentuknya gemuk dan pendek. Pada bagian sayap ada protonum (bagian tengkuk kepala) yang ditumbuhi duri-duri halus secara merata. Moncong kumbang menghadap ke bawah. Ukuran tubuh kumbang betina lebih besar dan panjang (2,5 mm) dibandingkan kumbang jantan (1,6 mm). Kumbang jantan aktif terbang pada siang hari. Kumbang betina aktif merusak dan membuat lubang pada kulit buah, kemudian merusak salah satu biji kopi. Telur kumbang diletakkan pada biji kopi yang masak dan permukaannya keras. Dalam satu biji dapat diletakkan lebih dari satu butir telur. Kumbang betina bertelur dalam dua periode dengan jumlah telur 150 butir. Ulat yang menetas langsung menggerek biji kopi. Menjelang akan berkepompong, ulat menggerek biji lebih dalam dan lebar sebagai tempat berkepompong. Siklus hidupnya pada temperature ideal berlangsung selama 20-30 hari.


Kumbang jantan aktif terbang pada siang hari. Kumbang betina aktif merusak dan membuat lubang pada kulit buah, kemudian merusak salah satu biji kopi. Telur kumbang diletakkan pada biji kopi yang masak dan permukaannya keras. Dalam satu biji dapat diletakkan lebih dari satu butir telur. Kumbang betina bertelur dalam dua periode dengan jumlah telur 150 butir. Ulat yang menetas langsung menggerek biji kopi. Menjelang akan berkepompong, ulat menggerek biji lebih dalam dan lebar sebagai tempat berkepompong. Siklus hidupnya pada temperature ideal berlangsung selama 20-30 hari.


Kumbang kopra

Kumbang kopra

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) merupakan hama penting pada kopra yang disimpan. Kumbang ini menggerek daging buah kelapa hingga berlubang-lubang dan bentuknya berkelok-kelok. Tubuh kumbang berwarna hijau dan mengilap atau hijau kebiruan. Tubuhnya berbulu agak kasar. Di kepala terdapat satu pasang sungut yang bentuknya mirip gada dan berwarna coklat kekuningan hingga kemerahan. Warna kakinya mirip dengan warna sungut. Ulat berwarna ungu muda dan kepalanya hitam. Panjang tubuhnya antara 8-13 mm. jenis lain yang tidak merusak (N. ruficollis) mempunyai tubuh berwarna biru atau hijau mengilap.


Pada cuaca yang hangat, kumbang aktif bergerak siang dan malam hari. Kumbang ini menyukai kopra yang berkualitas rendah. Kumbang betina meletakkan telurnya pada celah atau retakan kopra yang terlindung dan tersembunyi. Ulat aktif m  enggerek kopra dan lebih aktif jika berada di luar liang gerekan. Ulat ini sering memakan sesamanya atau serangga lain yang ukuran tubuhnya lebih kecil. Menjelang berkepompong, ulat menggerek kopra lebih dalam dan lebar (oval) yang kemudian dilapisi dengan air liur sebagai perlindungan. Siklus hidupnya berlangsung dalam 5 minggu. Jika tersedia makanan yang cukup, kumbang dewasa dapat bertahan hidup selama 1 tahun.


Kumbang gigi gergaji

Kumbang gigi gergaji

Kumbang gigi gergaji (Oryzaephilus surinamensis) banyak diketemukan menyerang kopra bersama dengan kumbang kopra. Gejala yang ditimbulkan sama dengan krusakan akibat kumbang kopra, tetapi lubang gerekannya lebih sempit. Kumbang ini juga dapat merusak padi (gabah).Bagian dada (thorak) kumbang menyerupai gigi gergaji sehingga dinamakan kumbanng gigi gergaji. Tubuh kumbang dewasa berwarna coklat gelap dengan panjang antara 2,5-3,5 mm. ulat berwarna putih, bentuk tubuhnya memanjang dan pipih. Panjangnya dapat mencapai 4-5 mm.


Kumbang betina selama hidupnya dapat menghasilkan telur sebanyak 6-10 butir per hari. Jumlah totalnya mencapai 375 butir. Pada butir padi, telur diletakkan di dekat lekukan biji, sedangkan pada kopra diletakkan di celah-celah bahan secara terpisah atau berkelompok. Setelah beberapa hari, telur akan menetas, ulat yang keluar aktif memakan bahan. Jika ulat akan berkepompong maka mencari tempat berupa celah atau lekukan untuk menjadi pupa (kepompong). Kepompong bentuknya tidak sempurna karena dibuat dari air liur yang terbatas. Lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan larva (ulat) pada suhu 30-35°C dengan kelembapan 70-90%. Pada suhu 17,5°C dan 37°C dengan kelembapan antara 10-90% perkembangannya menjadi lambat. Siklus hidupnya berlangsung 1 bulan. Pada kopra berjamur, stadium ulat berlangsung hanya 9 hari, sedangkan pada kopra berkualitas no. 1, 80 hari.


Kumbang tembakau

Kumbang tembakau

Kumbang tembakau (Lasioderma serricorne) merupakan hama utama pada simpanan tembakau dan cerutu. Bahan yang terserang menjadi terpotong-potong. Jika menyerang ikatan daun, helaian daun akan berlubang-lubang. Tubuh kumbang berbentuk pipih, berwarna coklat terang atau coklat tua menyerupai tembakau. Kepalanya menghadap ke bawah (bongkok). Tubuhnya mempunyai panjang 2,5-3 mm dan sedikit berambut. Sungut tersusun atas 11 ruas dan panjangnya sama dengan panjang tubuhnya. Ulat berambut lebat dan panjangnya dapat mencapai 4 mm.


Kumbang betina meletakkan telur di antara bahan. Setelah 4-6 hari, telur akan menetas dan keluar ulat. Ulat ini aktif merusak bahan dengan menggereknya dan kemudian berpindah tempat. Pada bahan yang dipak, gerekan yang ditimbulkan lebih dalam. Menjelang berkepompong, ulat menggandeng-gandengkan sisa gerekan dengan liurnya. Lamanya berkepompong sekitar 5 hari, kemudian tumbuh menjadi kumbang dewasa. Kondisi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah yang bersuhu 30°C dan kelembapan 70%. Dalam kondisi seperti ini, siklus hidupnya berlangsung selama 26 hari.

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari