Wacana Adalah – Pengertian, Ciri, Syarat, Jenis, Komunikasi, Pelibatnya, Pemaparan, Narasi, Eksposisi, Contoh

Diposting pada

Wacana Adalah – Pengertian, Ciri, Syarat, Jenis, Komunikasi, Pelibatnya, Pemaparan, Narasi, Eksposisi, Contoh : Istilah “wacana” berasal dari bahasa sansekerta wac, wak, vak. yang berarti berkata ataupun berucap. Jika dilihat dari jenisnya, kata “wac” dalam bahasa sansekerta (morfologi) termasuk kata kerja golongan III parasmae pada (m) bersifat aktif, yakni ‘melakukan tindakan ujar‘. Kata tersebut lalu mengalami perubahan menjadi wacana Bentuk ‘ana’ yang muncul di belakang adalah sufiks (akhiran) yang berkata membendakan. pengertian wacana

Pengertian Wacana

Wacana adalah salah satu bagian dari strata kebahasan yang menduduki posisi tertinggi. Berdasarkan pernyataan itu, dapat dikatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, yang dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.


Menurut Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.


Lebih lanjut, menurut Kinneavy (dalam Supardo 1988:54) wacana pada umumnya adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan, tidak harus selalu menampilkan isi yang koheren secara rasional. Wacana dapat diarahkan ke satu tujuan bahasa atau mengacu sejenis kenyataan.


Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terstruktur secara lengkap yang disajikan secara teratur dan membentuk suatu makna yang disampaikan secara tertulis maupun lisan. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penulis.


Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” merupakan tulisan atau ucapan yang merupakan wujud penyampaian pikiran secara formal dan teratur. Dalam realisasinya wacana diwujudkan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Wacana yang diwujudkan dalam bentuk karangan akan ditandai oleh satu judul karangan. Wacana yang diwujudkan dalam bentuk karangan (karangan yang dituliskan) akan ditandai oleh satu judul karangan. jika karanagan itu dilisankan, maka wacana tersebut akan ditandai oleh adanya permulaan salam pembuka dan adanya penyelesaian dengan salam penutup.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan :  Pengertian, Dan Ciri-Ciri Kata Baku Dan Tidak Baku Beserta Contohnya Secara Lengkap


Di atas dikatakan bahwa wacana dapat berbentuk karangan utuh, paragraf, kalimat, atau kata. Hal ini menunjukkan bahwa panjang pendeknya karangan bersifat relatif. Artinya, wacana itu dapat panjang sampai berjilid-jilid, dapat pula hanya atas satu paragraf. Jadi ciri penanda wacana bukan dilihat dari panjang pendeknya pernyataan, tetapi dilihat dari kelengkapan amanat yang disampaikan.


Ciri-Ciri Wacana

Ciri-ciri Wacana adalah sebagai berikut :

  1. Terdapat tema
  2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
  3. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
  4. Memiliki hubungan koherensi
  5. Memiliki hubungan kohesi
  6. Medium bisa lisan maupun tulis
  7. Sesuai dengan konteks

Wacana dapat dibeda-bedakan atas beberapa macam penggolongan. Dapat dibedakan atas wacana ilmiah dan nonilmiah. Dapat dibedakan atas wacana fiksi dan nonfiksi. Dan masih dapat dibedakan atas penggolongan lain lagi, sesuai dengan kebutuhan penulisnya. Adanya berbagai macam penggolongan itu disebabkan oleh perbedaan dasar penggolongan masing-masing. Penulis dapat membedakan wacana menurut dasar penggolongan tertentu, sesuai dengan kebutuhan pembahasannya. Wacana bedasarkan cara pemaparannya di golongkan dalam lima bentuk, yakni narasi (kisahan), deskripsi (perian), eksposisi (paparan), argumentasi (bahasan), persuasi.


Kohesi dan Koherensi

Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur bahasa. Kohesi dalam wacana artinya terdapat keserasian hubungan unsur-unsur dalam wacana. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu pada bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki ketertkaitan secara padu dan utuh.


Koherensi adalah keterkaitan antara bagian satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh. Koherensi dalam wacana artinya wacana tersebut terpadu sehingga mengandung pengertian yang apik dan benar.


Kohesi merujuk pada perpaduan bentuk sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pada umumnya, wacana yang baik memiliki keduanya. Kalimat atau kata yang dipakai bertautan, pengertian yang satu menyambung pengertian yang lainnya secara berturut-turut. Jadi, wacana yang kohesif dan koheren merupakan wacana yang utuh.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Prosa – Pengertian, Jenis, Ciri, Bentuk, Contoh


Syarat-Syarat Pembangunan Wacana yang Baik

Agar wacana menjadi baik, kita harus memperhatikan persyaratan dalam pembangunan wacana. Syarat tersebut adalah wacana tersebut harus kohesif dan koheren. Bila wacana tersebut kohesif dan koheren, akan terciptalah wacana yang memiliki kepaduan, kesatuan, kelengkapan.


  • Kepaduan Wacana

Untuk mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah kemampuan merangkai kalimat dan paragraf sehingga bertalian secara logis dan padu. Untuk mempertahankan kalimat dan paragraf agar tetap logis kita harus menggunakan kata hubung.


Terdapat dua jenis kata hubung yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan antara anak kalimat dengan induk kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Contoh kata penghubung intrakalimat yaitu karena, sehingga, tetapi, sedangkan, apabila, jika, maka dan lain-lain. Contoh kata penghubung antarkalimat yakni oleh karena itu, jadi, kemudian, namun, selanjutnya, bahkan dan lain-lain.


  • Kesatuan Wacana

Selain kepaduan, persyaratan penulisan wacana yang baik adalah prinsip kesatuan. Yang dimaksud dengan prinsip kesatuan wacana adalah tiap paragraf-paragraf sebagai penyusun wacana memiliki keterkaitan yang dibahas.
Keterkaitan tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan menggunakan pola pengembangan khusus ke umum. Dengan pengembangan cara ini kita mampu menjeaskan sesuatu dengan secara umum terlebih dahulu.


  • Kelengkapan Wacana

Sebuah wacana dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat paragraf-paragraf yang menjadi inti dari suatu pembahasan yang diangkat dalam wacana tersebut secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran. Ciri-ciri paragraf penjelas yaitu berisi penjelasan-penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh dan lain-lain. Paragraf penjelas juga memerlukan kata penghubung, baik kata penghhubung antarkalimat maupun intrakalimat.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Komunikasi Verbal – Ciri, Jenis, Faktor, Fungsi, Contoh


Jenis-Jenis Wacana

Berdasarkan jenis dan bentuknya, wacana dapat dibedakan menjadi 5, yaitu

  1. wacana narasi
  2. wacana deskripsi
  3. wacana eksposisi
  4. wacana argumentatif, dan
  5. wacana persuasi.

Wacana Berdasarkan Media Komunikasi

Berdasarkan media komunikasi, wacana dibedakan menjadi dua wacana lisan dan wacana tulis. Berikut penjelasanya :


  • Wacana Lisan

Menurut Henry Guntur Tarigan wacana lisan adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Sedangkan, Menurut Mulyana wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Pada dasarnya bahasa lahir melalui mulut atau lisan.


Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana lisan. Jauh sebelum manusia mengenal huruf, bahasa telah digunakan oleh manusia. Bahasa lisan menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada bahasa tulis.


Wacana lisan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Wacana lisan memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi tidak terputus.
    2. Wacana lisan sulit diulang, dalam arti mengulang hal yang sama dengan ujaran pertama.
    3. Wacana lisan dapat dilengkapi dengan gerakan anggota tubuh untuk memperjelas makna yang dimaksud.
    4. Wacana lisan biasanya lebih pendek daripada wacana tulis.
    5. Wacana lisan juga melibatkan unsur kebiasaan atau pengetahuan yang telah diketahui bersama
  • Wacana Tulis

Menurut Henry Guntur Tarigan wacana tulis adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Sedangkan menurut Mulyana, wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan.


Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisian untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan yang utuh (buku, novel, ensiklopedia, dan lain-lain) yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada jenis wacana tulis.


Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk mengganti peran bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang bunyi. Huruf – huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan.


Wacana lisan memiliki ciri –ciri sebagai berikut :

    1. Wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk bahasa yang baku
    2. Wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit–unit kebahasaannya.
    3. Wacana tulis biasanya mempunyai unsur kebahasan yang lengkap

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Kalimat Persuasif – Pengertian, Ciri, Paragraf, Syarat, Langkah, Contoh


Wacana Berdasarkan Pelibatnya

Berdasarkan cara pelibatnya, wacana dibedakan menjadi tiga. Wacana monolog, wacana dialog, dan wacana polilog. Berikut penjelasanya :

  • Wacana Monolog

Pada wacana monolog pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan pembicara. Contohnya pidato,ceramah.


  • Wacana Dialog

Apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian peran Contohnya antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan.

  • Wacana Polilog

Apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran. Contohnya perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicara dan pendengar.


Wacana Berdasarkan Cara Pemaparan

Berdasarkan cara pemaparan, wacana dibedakan menjadi lima. Wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi. Berikut penjelasanya :

  • Wacana Narasi

Istilah narasi (dalam bahasa inggris: naration) berarti kisahan. Penyusunan wacana narasi erat kaitannya dengan rangkaian peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmahnya dari cerita itu.


Penataan gagasan dilakukan secara kronologis berdasarkan atas urutan waktu. Wacana narasi berisi fakta-fakta yang benar terjadi atau pula berupa khayalan. Wacana narasi yang berupa fakta misalnya otobiografi seorang tokoh terkenal dan sebaliknya wacana yang berbentuk novel, cerpen, roman, hikayat, drama, dan lain-lain digolongkan dalam wacana yang fiktif. Selain apa yang ada di atas terdapat beberapa bentuk lain yang termasuk narasi faktual, yaitu anekdot, laporan perjalanan, pengalaman seseorang.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 53 Pengertian Majas, Jenis Dan Contohnya Lengkap


Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah :

    1. kejadian,
    2. tokoh,
    3. konflik,
    4. alur/plot.
    5. latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.

Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut :

    1. menentukan tema cerita
    2. menentukan tujuan
    3. mendaftarkan topik atau gagasan pokok
    4. menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu.
    5. mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Perhatikan contoh Narasi Berikut:

Bandar Upal Diringkus

Bandar uang palsu (upal) yang beredar di kawasan Surabaya Timur, Asmat Syaeri 27 diringkus di rumahnya di kawasan Bulak Banteng Gg Lebar 10A oleh Polsekta Kenjeran, Kamis (20/3). Tersangka ditangkap setelah menjadi buron hampir setahun. Penangkapan ini berdasarkan informasi dan pengembangan tiga orang pengedar upal yang telah tertangkap Polresta Surabaya Timur dan Polsekta Rungkut Ketiga pelaku tersebut, Nurhaji 40, Rohimah 35, dan Hatip 25 ditangkap dua bulan lalu. Keduanya ditangkap ketika membelanjakan upalnya di toko kawasan Jalan Kapasan. Dari tersangka disita upal senilai Rp.200.000,00 dalam pecahan Rp.20.000-an.


Sementara Hatip ditangkap Polsekta Rungkut saat membeli rokok dan buah pakai uang palsu di kawasan Kali Rungkut. Petugas menyita barang bukti upal Rp.2.020.000 serta enam bungkus rokok.


  • Wacana Deskripsi

Istilah deskripsi (dalam bahasa Inggris : description) artinya perian. Wacana deskripsi adalah wacana yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, mencium, dan merasakan apa yang dipahaminya itu sesuai dengan pikiran penulisnya. Wacana ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan kesan utama sebagai pengikat semua kesan yang dilukisnya.


Wacana deskripsi ini ada dua macam, yaitu wacana deskripsi yang faktawi dan wacana deskripsi yang khayali. Wacana deskripsi yang pertama merupakan wacana yang berusaha menjelaskan bangun, ukuran, susunan, warna, bahan sesuatu menurut kenyataan, dengan tujuan untuk memberitahu/memberi informasi saja.


Wacana deskripsi yang kedua merupakan wacana deskripsi yang berusaha menjelaskan ciri-ciri fisik, cara-cara berlaku, sikap-sikap seseorang, keadaan suatu tempat menurut khayalan penulisnya. Hal ini bertujuan membangun alur cerita agar lebih mampu memberikan gambaran ke depan dan mampu menarik keingintahuan pembaca.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 109 Proses Dan Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli


Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:

    1. menentukan objek pengamatan
    2. menentukan tujuan
    3. mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
    4. menyusun kerangka karangan
    5. mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Perhatikan contoh berikut

SLTP Raiders Makasar

Membantu Anak Jalanan untuk Terus Bersekolah

Irfan sempat setahun meninggalkan bangku sekolah. Setamat SD anak ketiga dari empat bersaudara ini terpaksa harus turun ke jalan, menjajakan koran di lampu-lampu merah kota Makasar. Ketidakmampuan orang tua membuyarkan harapannya untuk melanjutkan pendidikan ke SLTP, jenjang yang lebih tinggi dari ijazah yang dipunyainya.


Di tengah kehilangan pengharapan, dia memperoleh informasi ada sekolah yang bisa member kesempatan untuk terus belajar. Sekolah itu adalah SLTP Raiders Makasar. Tak banyak persyaratan, tidak mesti mengeluarkan biaya yang cukup besar, sebagaimana lazimnya di lembaga pendidikan formal lain. Ke sanalah irfan ditemani orang tuanya.


Kepala SLTP Raiders Makasar, Wahyudin Hakim, S.Pd. M.Hum.menuturkan sedikitnya ada sepuluh orang anak jalanan yang ditampung di sekolah ini. Tak hanya putus sekolah karena ketidakmampuan orang tua, tapi hamper semuanya juga sudah menjadi pekerja, mencari uang untuk membantu orang tua.


Kebijakan seperti apa yang diberikan kepada mereka? Wahyu menuturkan tidak ada persyaratan administratif yang ketat, misalnya harus ada surat pindah atau keterangan lain dari sekolah sebelumnya. “Kalau sudah menunjukkan ijazah SD yang dimilikinya kita terima. Yang penting mereka bisa bersekolah.”, tuturnya. Hanya saja menurut Wahyu meski sudah kembali bersekolah tapi semuanya masih melakukan aktivitas kesehariannya, mencari uang di luar waktu sekolah.


Soal biaya, Wahyu mengatakan, “Kita tidak memberikan beban biaya pendaftaran.”. kebijakan lain SPP hanya dikenai separo yang besarnya RP. 13.000 per bulan. Itu pun tidak semua mampu membayar, meski telah diberi keringanan. Menghadapi kenyataan semacam ini, pihak sekolah tidak bisa berbuat banyak. “Yayasan tidak masalah”, tuturnya.


SLTP Raiders Makasar memang bukan sekolah favorit di kota itu. Terletak di kelurahan Tamamaung, kecamatan Panaklukang, Makasar, lokasi sekolah ini tidak berada di jalan utama. Bangunan sekolah berlantai dua seluas 380 meter persegi dibangun di atas lahan seluas 410 meter persegi.


Dibangun pada 1987 kini SLTP Raiders membina 89 siswa yang terdiri atas tiga kelas masing kelas I, kelas II, dan kelas III. “Ada tiga kelas dipakai dari lima kelas yang ada.”, katanya. Para siswa itu dididik oleh 13 guru, dua diantaranya guru negeri yang diperbantukan.


Disbanding tahun-tahun sebelumnya, sekolah ini pernah mendidik siswa dalam jumlah yang cukup. Semua kelas terpakai tidak seperti sekarang, hanya tiga dari lima kelas yang ada. “tahun 1989, kita pernah punya siswa lima kelas.”, kata Wahyu.


Meski mengalami gelombang surut dalam jumlah siswa, tapi dia masih menyimpan optimisme di tengah kesederhanaannya. “Saya optimis sekolah ini bisa berkembang.”, katanya. “Apalagi ada kebersamaan di antara sesame guru.”.


  • Wacana Eksposisi

Istilah eksposisi (dalam bahasa Inggris : exposition) yang artinya membuka atau memulai. Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.


Wacana ini bertujuan menyampaikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah, masalah, proses, unsur-unsur sesuatu, hubungan sebab-akibat, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar diketahui oleh pembaca.

Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.

    1. menentukan objek pengamatan
    2. menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi
    3. mengumpulkan data atau bahan
    4. menyusun kerangka karangan, dan
    5. mengembangkan kerangka menjadi karangan.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Teks Ulasan, Contoh, Ciri, Tujuan, Struktur Dan Kaidahnya


Perhatikan Contoh Berikut

Konsep Pengajaran SD Islam Disamakan

Sebanyak 44 guru SD Islam se-Sidoharjo selama tiga hari melakukan pelatihan guna meningkatkan profesionalitas dan pengelolaan proses belajar-mengajar. Pelatihan yang dilakukan Konsorsium Pendidikan Islam (KPI) bekerja sama dengan Yayasan Dana Sosial Alfalah (YDSF) ini, dilakukan bertahap. Untuk awal minggu ini pelatihan diprioritaskan pada guru IPA.


Saifullah, seorang pengurus KPI usia pembukaan pelatihan mengatakan perlunya pelatihan dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah Islam mulai berkurang. Selain itu, belum terjadinya komunikasi yang baik antarsekolah Islam.


“Melalui pelatihan ini semua guru SD Islam yang ada akan dihadapkan pada kesamaan konsep pengajaran dengan landasan Islam,” jelasnya. Ini mencontohkan bila selama ini seorang guru yang mengajar keilmuan misalnya fenomena gerhana matahari selalu dilihat dari sisi ilmiah saja. “Dengan pelatihan guru SD Islam ini, setidaknya nanti fenomena alam seperti gerhana matahari akan diwarnai dengan sudut ilmu keislaman,” papar Saifullah.


Hadir dalam kesempatan itu Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Sidoharjo, Tafrani SH dan Penilik Pendidikan Agama Islam dari Departemen Agama, Bashori.


  • Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi adalah wacana yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Wacana ini termasuk wacana yang paling sulit bila dibandingkan dengan wacana-wacana lain yang telah diuraikan terdahulu. Kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan bukti yang dapat menyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinannya.


Penulis argumen harus berpikir kritis dan logis serta mau menerima pendapat orang lain sebagai bahan pertimbangan. Agar dapat mengajukan argumentasi, penulis argumentasi harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas tentang apa yang dibicarakan itu. Kelogisan berpikir, keterbukaan sikap, dan keluasaan pandangan memiliki peranan yang besar untuk mempengaruhi orang lain. Ini semua merupakan persyaratan yang diperlukan untuk menyusun wacana argumentasi.


Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.

    1. Menentukan tema atau topik permasalahan
    2. Merumuskan tujuan penulisan
    3. Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung
    4. Menyusun kerangka karangan
    5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan

Perhatikan contoh berikut

Ada yang Bertindak Membabi Buta

Sekarang ini kita lihat ada yang bertindak membabi buta. Jauh dari semangat reformasi. Di dalam tubuh bangsa ini banyak orang yang bukan minta maaf dalam berbuat dosa dan kesalahan, tetapi malah justru meningkatkan perbuatan dosanya itu dengan berlipat ganda dari waktu ke waktu.


Keadaan semakin gawat dan semakin tertutup sulit dideteksi. Tindakan mereka itu menunjukkan kalau mereka semakin merasa tidak berdosa untuk berbuat kedhaliman yang luar biasa jahatnya. Kata-kata saya ini merujuk pada orang yang menjadi dalang kerusuhan-kerusuhan yang tidak pernah kapok menumpahkan darah anak-anak bangsanya sendiri di berbagai wilayah dan daerah di negara kita. Ini betul-betul sebuah kemunduran yang sangat serius dari sifat kemanusiaan bangsa kita sebagai sebuah bangsa besar, bangsa Indonesia.


Beberapa waktu ini saya pergi ke Jakarta di Wisma Ahmad Yani di dekat Taman Suropati. Di sana dikumpulkan tokoh-tokoh Nasional. Karena saya memang pernah mengatakan kala ada sebuah usulan yang bagus, inisiatif yang baik, darimanapun datangnya maka seperti ajaran Muhammadiyah kita harus mendatangiya. Nah pertemuan malam itu namanya pertemuan tokoh Ciganjur Plus yang terdiri dari Sri Sultan HB X, Abdurrahman Wahid, Megawati, Amin Rais, Jenderal Wiranto, Setiawan Jodi, Jenderal SB Yudhoyono, Nurcholis Majid dan lain-lain.


Saya mengatakan kepada Jenderal Wiranto bahwa saya ini sebagai anggota masyarakat yang awam dan tidak ahli dalam bidang intelijen, bukan ahli asalah hankam, tetapi sebagai orang awam pun sayan prihatin melihat seluruh kejadian kerusuhan dan seluruh ledakan sosial yang terjadi di negeri ini yang telah menumpahkan banyak darah sesama anak bangsa. Modus operandinya lebih kurang sama dan selalu mirip. Saya katakan pada Pak Wiranto bahwa kejadian di Banyuwangi berlanjut ke Semanggi ke Ketapang.


Ke Kupang kembali ke Lohksumawe Aceh, ke Krawang kemudian sekarang di Ambon Maluku dan nanti entah di mana lagi itu jelas ada pemegang skenarionya ada barisan provokatornya, ada barisan pelakunya, ada dalang-dalangnya dan lain-lain. Kemudian saya katakan ini bukan pekerjaan orang biasa. Bukan pekerjaan orang-orang kampong yang buta huruf atau orang-orang tidak terdidik. Tetapi, semua ini dilakukan orang-orang terlatih dengan baik yang terorganisir dengan baik dan terkondisi dengan baik pula dan ada pendanaan yang baik pula. Bukan dilakukan oleh Paijo dan Paijem yang buta huruf itu. Tetapi ini jelas dilakukan dalam scenario yang sistematik.


  • Wacana Persuasi

Pesuasi (dalam bahasa Inggris : persuasion) merupakan suatu cara yang dilakukan oleh orang untuk menyakinkan orang lain agar orang tersebut mau melakukan apa yang yang dikehendaki penulis baik masa sekarang atau masa yang akan datang. Dengan demikian, wacana persuasi adalah wacana yang disusun penulis dengan tujuan akhir agar pembaca mau melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki penulis dalam wacana tersebut.


Untuk itu, wacana semacam ini erat kaitannya upaya penulis untuk mempengaruhi cara-cara pengambilan keputusan pembaca. Keberhasilan penulis menyusun wacana persuasi akan mengakibatkan keputusan-keputusan pembaca merupakan keputusan yang disasarkan atas kesadarannya sendiri, dilakukan secara bijak, dan benar.


Perhatikan Contoh Berikut

Kurangi Efek Samping Obat Kimia

Pengobatan menggunakan bahan-bahan alami seperti tumbuhan, sudah lama dikenal masyarakat. Keahlian meracik atau membuat ramuan yang sering disebut jamu ini adalah salah satu warisan nenek moyangyang harus terus kita gali dan kembangkan.


Karena itu sentra-sentra pengobatan alternative, terutama yang menggunakan bahan-bahan alami seperti tanaman obat keluarga (Toga) harus dibina, dikaji dan diteliti sejauh mana manfaatnya bagi kesehatan masyarakat, demikian dikatakan Prof Dr. dr PG Konthen, Ketua Sentra P3T (Penelitian, Pengembangan dan Penggunaan Obat Tradisional).

Kepada Surya seusai meresmikan Warung Toga 2 Dayang Sumbi di Desa Puri, Mojokerto, Kamis (8/5) lalu, Prof Konthen menyatakan menggunakan obat-obat tradisional seperti Jamu Toga, semakin diminati masyarakat. Karena itu, lanjut dia, P3T berkewajiban melakukan pendekatan dan pembinaan pada sentra pengobatan tradisional, guna meneliti apakah pengobatan yang dilakukan memang berkhasiat baik dan aman.


Ia menjelaskan bila pengobatan menggunakan bahan alami ini ternyata dicari banyak orang, karena mereka merasakan khasiatnya dan tidak ditemukan efek samping maka produk tersebut bisa diangkat ke permukaan dan direkomendasikan menjadi obat alternatif di samping obat modern atau kimia. “Tetapi tentu saja obat itu harganya harus dapat dijangkau masyarakat atau tidak lebih mahal dari obat-obatan modern,” kata Kothen.


Bila obat alternatif itu lebih mahal dari obat-obatan modern, meskipun khasiat atau kegunaannya dicari masyarakat maka perlu dilakukan pendekatan agar produsen mau memikirkan harganya bisa dijangkau masyarakat. Sebab tujuan orang beralih ke pengobatan alternative salah satunya memperoleh pengobatan dengan harga lebih murah daripada dating ke dokter atau beli obat di apotik. “Kalau lebih mahal dari pengobatan modern, untuk apa,” ujar Kothen.


Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Ikatan Kimia Beserta Jenisnya Lengkap


(Dikutip dari “Surya”, Senin, 12 Mei 2003, halaman 30)
(Dikutip dari Surya, 21 Maret 2003, halaman 27)
(Dikutip dari Surat Kabar “Republika”, 7 April 2003 halaman 1).
(Dikutp dari “Surya” Senin, 12 Mei 2003 halaman 28).
(Dikutip dari suara Muhammadiyah, No. 4/Th. Ke-84, Februari 1999).
Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari