Pengertian Teori Pertukaran Sosial

Diposting pada

Pengertian Teori Pertukaran Sosial

Teori-Pertukaran-Sosial

Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling memengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia tersebut terhadap:

  1. Keseimbangan antara apa yang di berikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu.
  2. Jenis hubungan yang dilakukan.
  3. Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Baca Juga : Pengertian Keadilan – Makna , Macam, Landasan, Sosial, Para Ahli


Teori Pertukaran Sosial Menurut Thibaut dan Kelley

Pada umumnya, hubungan sosial terdiri dari masyarakat, maka kita dan masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut, yang terdapat unsur ganjaran (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).


Thibaut dan Kelley menyimpulkan model/konsep pertukaran sosial sebagai berikut : “setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.


Empat konsep pokok dari teori ini, yaitu:

  • Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
  • Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat di dalamnya.
  • Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba.
  • Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran standar yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran standar ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun.

Baca Juga : Pengertian Kepemimpinan – Teori, Tipe, Sifat, Perbedaan, Para Ahli


Teori Pertukaran Sosial Menurut Peter M. Blau

Blau mengatakan tidak semua perilaku manusia dibimbing oleh pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang demikian. Social Exchange yang dimaksudkan dalam teori Blau ialah terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan itu tidak kunjung muncul.


Asumsi Dasar Teori Pertukaran Sosial

Asumsi-asumsi dasar teori ini berasal dari sifat dasar manusia dan sifat dasar hubungan. Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar manusia adalah sebagai berikut :


1. Manusia mencapai penghargaan dan menghindari hukuman.

Pemikiran bahwa manusia mencari penghargaan dan menghindari hukuman sesuai dengan konseptualisasi dari pengurangan dorongan (Roloff, 1981). Pendekatan ini berpendapatan bahwa perilaku orang dimotivasi oleh suatu mekanisme dorongan internal. Ketika orang,merasakan dorongan ini, mereka termotivasi untuk menguranginya, dan proses pelaksanaannya merupakan hal yang menyenangkan.


2. Manusia adalah makhluk rasional.

Bahwa manusia adalah makhluk rasional merupakan asumsi yang penting bagi teori pertukaran sosial.


3. Standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan bervariasi seiring berjalannya waktu dan dari satu orang ke orang lainnya.


Asumsi ketiga, menunjukkan bahwa teori ini harus mempertimbangkan adanya keanekaragaman. Tak ada satu standar yang dapat digunakan pada semua orang untuk menentukan apa pengorbanan dan penghargaan itu.


Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar dari suatu hubungan :


1. Hubungan memiliki sifat saling ketergantungan

Dalam suatu hubungan ketika seorang partisipan mengambil suatu tindakan, baik partisipan yang satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan akan terkena akibat.

Baca Juga : Pengertian Media Sosial – Sejarah, Fungsi, Peran, Jenis, Ciri, Pertumbuhan, Dampak, Para Ahli


2. Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses

Pentingnya waktu dan perubahan dalam kehidupan suatu hubungan. Secara khusus waktu mempengaruhi pertukaran karena penglaman-pengalaman masa lalu menuntun penilaian mengenai penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian ini mempengaruhi pertukaran-pertukaran selanjutnya.


Penerapan Teori Pertukaran Sosial

Di suatu daerah ada dua buah kampung, kita sebut saja kampung A dan kampung B. pada suatu hari kampung A mengundang kampung B untuk melakukan kerja bakti atau gotong royong ke kampung A, dengan senang hati kampung B menerima tawaran tersebut dan mengunjungi kampung A untuk melakukan gotong royong meskipun sebenrnya kampung B memiliki kesibukan tersendiri di kampungnya, namun mereka rela meluangkan waktu mereka dan menunda kesibukan yang mereka miliki untuk menerima ajakan dari kampung A tersebut karna kampung B merasa menghargai ajakan dari kampung A.


Dalam hal ini kampung B sudah melakukan suatu pengorbanan terhadap kampung A. Dan di suatu hari, kampung B pun ingin mengajak/mengundang kampung A untuk melakukan kerja bakti juga, namun sebaliknya yang terjadi, kampung A malah mengabaikan ajakan/undangan kampung B untuk melakukan kerja bakti tersebut hanya karna alasan kampung A memiliki kesibukan dikampungnya. Maka, dalam hal ini belum tejadi suatu proses pertukaran sosial karena kampung A belum bisa memberikan suatu reward atau penhgargaan kepada kampung B sebagaimana apa yang telah dilakukan kampung B terhadap kampung A.


Tetapi apabila kampung A menerima ajakan dari kampung B dan melakukan apa yang telah dilakukan kampung B maka dalam hal ini telah terjadi suatu proses pertukaran, karna tidak ada pihak yang merasa berat sebelah baik itu dari kampung A maupun kampung B.


Munculnya Teori Pertukaran Sosial

Secara umum, hubungan sosial terdiri dari orang-orang, perilaku kita dan orang lain telah melihat mempengaruhi satu sama lain dalam sebuah hubungan, yang ada unsur disiplin, pengorbanan dan keuntungan. Pahala sesuatu yang diperoleh melalui pengorbanan mereka, saat korban merupakan segalanya, dan keuntungan yang pahala dikurangi dengan adanya pengorbanan.


Perilaku sosial yang setidaknya terdiri dari pertukaran antara dua orang berdasarkan perhitungan biaya-manfaat. Misalnya, pola-pola perilaku di percintaan, tempat kerja, persahabatan dan perkawinan.


Analogi ini, di beberapa titik menemukan bahwa salah satu teman Anda dalam satu kelas selalu berusaha untuk mendapatkan sesuatu dari Anda. Saat ini Anda selalu memberikan apa yang Anda butuhkan dari teman Anda, tetapi sebaliknya sebenarnya terjadi ketika Anda membutuhkan sesuatu dari teman Anda.


Setiap individu harus memiliki tujuan membuat teman-teman untuk merawat satu sama lain. Individu pasti diharapkan untuk melakukan sesuatu untuk satu sama lain, saling membantu jika diperlukan, dan saling mendukung ketika yang sedih.


Namun, juga mempertahankan ramah hubungan (biaya), seperti kehilangan waktu dan energi serta kegiatan lain yang tidak begitu diadakan. Meskipun biaya ini tidak dilihat sebagai sesuatu yang mahal atau memberatkan ketika penghargaan cahaya (reward) yang diperoleh dari persahabatan.


Namun, biaya tersebut harus dipertimbangkan ketika kita menganalisis secara objektif hubungan persahabatan transaksi yang ada. Jika biaya tampaknya tidak tepat untuk kembali, yang terjadi hanya perasaan buruk pada mereka yang merasa bahwa kompensasi yang terlalu rendah dibandingkan dengan biaya atau pengorbanan yang telah diberikan.


Analisis hubungan sosial yang terjadi sesuai dengan biaya dan remunerasi merupakan salah satu ciri dari teori pertukaran. Teori pertukaran ini berfokus pada analisis tingkat mikro, utamanya pada tingkat realitas sosial (interpersonal). Dalam diskusi ini akan fokus pada pertukaran ide dengan teori Homans dan Blau. Homans dalam analisis menyusul penggunaan wajib prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial tidak hanya menjabarkan hal itu.

Baca Juga : Pengertian Perilaku Konsumen – Teori, Model, Ciri, Pendekatan, Para Ahli


Namun bila di sisi lain mencoba untuk naik dari tingkat pertukaran antarpribadi ke tingkat mikro, ke tingkat yang lebih makro, organisasi sosial. Ia berusaha untuk memperlihatkan bagaimana organisasi sosial yang lebih besar yang muncul dari proses pertukaran dasar.


Berbeda dengan analisis yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori pertukaran terutama melihat perilaku nyata, bukan hanya proses subjektif. Hal ini juga dianut oleh Homans dan bila tidak terfokus pada tingkat kesadaran hubungan subjektif atau timbal balik yang dinamis antara subjektif dan tingkat interaksi nyata seperti yang diterjadi pada interaksi berupa simbolik.


Homans berpendapat lebih jauh bahwa penjelasan ilmiah harus difokuskan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empiris (empirik). Proses dari pertukaran sosial juga sudah diungkap oleh para ahli dari klasik sosial.


Seperti diungkapkan dalam teori ekonomi klasik abad ke-18 dan 19 ekonomi seperti Adam Smith telah menganalisis ekonomi pasar sebagai akibat dari koleksi yang komprehensif dari jumlah transaksi ekonomi individu yang tidak dapat dilihat ukurannya. Dia mengasumsikan bahwa transaksi pertukuran akan terjadi hanya jika kedua belah pihak bisa mendapatkan keuntungan dari pertukaran, dan kesejahteraan masyarakat luas dapat dengan mudah diamankan jika individu yang tersisa untuk mengejar kepentingan pribadi melalui pertukaran pribadi dinegosiasikan.


Pertentangan Teori Pertukaran Sosial Individualistis dan Kolektivistis

Konflik merupakan hasil dari konflik yang berkembang antara orientasi individual dan kolektis. Homans mungkin seseorang yang sangat menekankan pada pendekatan individual untuk pengembangan teori sosial. Hal ini tentu berbeda dengan penjelasan yang Levi-Strauss kolektivistis terutama mengenai pernikahan dan keluarga.


Levi-Strauss merupakan seorang antropolog yang berasal dari Perancis, ia mengembangkan perspektif teoritis dalam pertukaran sosial di analisisnnya praktik pernikahan dan kekerabatan sistem masyarakat primitif. Dianalisisnya pola umum adalah orang yang menikahi putri saudara ibunya. Pola saudara jarang menikahi putri seorang ayah. Pola terakhir ini dianalisa lebih lanjut oleh Bronislaw Malinowski lebih lanjut dengan pertukaran nonmaterial.


Dalam menjelaskan Levi-Strauss membedakan dua sistem, yaitu pertukaran pertukaran dibatasi dan pertukaran umum. Dalam pertukaran dibatasi, anggota kelompok dyad yang terlibat dalam transaksi pertukaran langsung, masing-masing anggota pasangan saling memberikan dengan dasar pribadi. Sementara dalam pertukaran umum, anggota triad atau lebih, menerima sesuatu dari pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang berguna.


Dalam pertukaran ini berdampak pada integrasi dan solidaritas kelompok yang lebih besar dengan cara yang lebih efektif. Tujuan utama dari proses pertukaran ini tidak memungkinkan pasangan yang terlibat dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan individualistik. Tapi untuk mengungkapkan komitmen moral individu untuk kelompok. Analisis perilaku perkawinan dan keluarga adalah kritik dari penjelasan dari Sir James Frazer antropolog pola pertukaran ekonomi Inggris yang terjadi antara pasangan menikah di masyarakat primitif.


Kelebihan dan Kekurangan Teori Pertukaran Sosial


Kelebihan

Akan menimbulkan suatu keadilan dalam masyarakat, takkan ada yang merasa berat sebelah jika teori ini diterapkan karena teori ini membahas tentang bagaimana suatu hubungan sosial masyarakat bisa menyeimbangkan antara pengorbanan dan keuntungan yang didapatkan dari pihak lain.

Disamping itu juga jika menerapkan teori ini maka hubungan dalam suatu masyarakat sosial ataupun individu akan tetap terjaga dan tidak akan ada yang merasa dirugikan.


Kekurangan

Apabila seseorang menerapkan teori ini maka dikala seseorang tersebut memberikan atau melakukan sesuatu kepada orang lain maka penerima tersebut akan merasa risih menerima pemberian atau jasa yang telah dilakukan untuknya karna merasa apa yang telah dilakukan atau diberikan akan harus dibalas dengan yang demikian pula, sedangkan belum tentu si penerima mampu membalas apa yang telah dilakukan pemberi kepadanya. Disamping itu juga teori ini bisa saja membuat kita menjadi orang yang tidak ikhlas dalam melakukan sesuatu untuk seseorang karena terbiasa mengharapkan balasan atas apa yang telah dilakukan terhadap orang lain.

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari